25. Sad Day

428 56 8
                                    

Hari sudah malam, namun tak ada kabar tentang pendonor yang cocok untuk Jisung dan juga Felix. Hal ini membuat Minho, dan Changbin bingung sekaligus sedih.

Lalu, bagaimana dengan Brian? Brian sudah pulang terlebih dahulu. Katanya, ada urusan yang perlu diselesaikan, entah urusan apa.

Minho dan Changbin sekarang ini berada di UGD, tempat Felix terbaring lemah. Mereka tidak mungkin menginap di ICU, karena ICU tidak boleh digunakan untuk menginap.

Minho jujur saja khawatir dengan kondisi kedua adiknya, Felix dan Jisung. Tapi dia masih berusaha untuk tegar menghadapi segala cobaan ini.

Tiba tiba saja, dokter Park muncul di samping brankar yang Felix gunakan untuk sementara waktu. Dan tentu, itu membuat Minho dan Changbin bingung.

"Ada apa, dok?" tanya Minho kepada dokter Park.

"Ah.. Itu.. Saya ingin menyampaikan bahwa ada seorang pendonor yang cocok untuk Felix. Jadi, malam ini, operasi akan dilaksanakan. Karena lebih cepat itu lebih baik," jelas dokter Park, membuat Minho dan Changbin membulatkan mata.

"Sudah, dok?" tanya Changbin lagi, masih tak percaya.

"Sudah. Dan pendonor juga dengan sukarela membayar biaya operasi pasien Lee Felix," jawab dokter Park, membuat Minho dan Changbin saling berpelukan dan menangis bahagia.

"Operasi akan dilaksanakan beberapa menit lagi. Kalau tidak ada yang ditanyakan, saya permisi," pamit dokter Park.

Minho dan Changbin langsung melompat seperti anak kecil yang dibelikan mainan baru oleh sang ibu. Bahkan, mereka tidak peduli jika sekarang ini mereka masih berada di dalam UGD.

~Dream~

Sekarang ini, Minho sedang menunggui sang adik operasi. Sedangkan Changbin, dia sedang ke supermarket untuk membeli makan malam untuk Minho dan untuk dirinya sendiri.

Sebelum operasi dimulai, Changbin dan Minho sempat mengecek keadaan Jisung. Dan syukurlah... Jisung masih baik baik saja, walaupun masih memerlukan pendonor paru paru secepatnya.

Minho sedari tadi mondar mandir di depan pintu ruang operasi sambil merapalkan doa untuk keselamatan Felix.

Operasi ini sangatlah berbahaya. Kemungkinan berhasil dan tidaknya itu 50:50, sehingga membuat Minho dan Changbin ketar ketir.

"Oh ya... Siapa nama pendonornya?" tanya Minho entah kepada siapa.

Minho baru ingat kalau dirinya belum menanyakan siapa pendonor yang baik hati itu. Tapi karena sudah terlanjur lupa, Minho memutuskan menanyakannya nanti setelah operasi selesai.

"Yo! Gimana?" tanya Changbin sambil menenteng sebuah kantong plastik berukuran besar.

"Belum, Bin. Belum selesai," jawab Minho. "Btw... Kamu beli apa saja? Kok banyak sekali?" tanya Minho sambil meraih kantong plastik berukuran besar itu.

"Ya, makanan lah. Apa lagi?" jawab Changbin.

Changbin memandangi lampu ruang operasi yang masih menyala dengan tatapan sendu. Sudah beberapa jam berlalu, namun operasi belum selesai selesai juga.

"Bin, aku mau menjenguk Jisung dulu, ya. Titip makanan," pamit Minho, namun tangannya ditahan oleh Changbin.

"Nanti dulu saja, hyung. Kamu belum makan sama sekali dari tadi. Nanti kamu sakit, siapa yang mau mengurus kamu? Aku juga, kan?"

Minho akhirnya menurut, dan memilih untuk makan terlebih dahulu. Lagipula, perutnya memang sudah berteriak teriak seperti orang gila, karena kelaparan.

Mereka berdua pun makan lesehan di depan ruang operasi. Sungguh kurang elite, namun mereka sama sekali tidak peduli akan hal itu.

Berulang kali, ada orang yang lewat di hadapan mereka sambil menatap mereka bingung, namun sekali lagi, Minho dan Changbin sama sekali tidak peduli akan hal itu. Yang terpenting adalah makan untuk mengisi perut mereka yang kosong.

Baru saja Minho hendak pergi ke ruang ICU, lampu ruang operasi telah padam, menandakan operasi telah usai. Minho akhirnya tidak jadi menjenguk Jisung. Bukan tidak jadi, melainkan menunda sejenak kegiatan tersebut.

"Bagaimana, dok? Apakah operasi lancar?" tanya Changbin, mewakili Minho.

Dokter tersebut tersenyum, dan mengangguk. "Operasi berjalan dengan lancar. Pasien Lee Felix bisa diselamatkan," jawabnya, membuat Minho dan Changbjn girang bukan main.

Sebelum sang dokter pergi dari hadapan mereka, Minho memutuskan untuk bertanya terlebih dahulu.

"Dokter, maaf, mau bertanya. Siapa yang menjadi pendonor jantung untuk Felix? Saya ingin berterima kasih kepadanya," tanya Minho kepada sang dokter.

"Tunggu sebentar. Biar saja ambilkan datanya terlebih dahulu," jawab sang dokter sambil berlari ke suatu tempat untuk mengambil data sang pendonor.

Tak lama kemudian, dokter bernama Park Jinyoung itu kembali dengan membawa secarik kertas berisikan data data sang pendonor.

"Ini data datanya," ucap dokter Park sambil menyerahkan kertas tersebut kepada Changbin.

Changbin langsung meraih kertas tersebut, dan membacanya. Sedetik kemudian, raut wajahnya berubah 180°.

"Siapa, Bin?" tanya Minho tak sabaran.

Changbin tak kunjung menjawab pertanyaan tersebut, membuat Minho berdecak kesal, dan mengambil alih kertas tersebut dengan paksa.

Sama seperti Changbin, Minho pun berubah raut wajahnya saat membaca nama sang pendonor.

"Han Jisung.....," baca Minho.

Sedetik kemudian, Minho terduduk sambil menangis. Adiknya berhasil selamat, namun adiknya yang satu lagi malah meninggal.

Changbin pun sama seperti Minho. Dia juga menangis. Menangis dipojokkan sambil memeluk kedua lututnya.

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang