17. Date?

444 57 3
                                    

"Felix."

Felix yang sedang menggunakan jas almamater miliknya, kini menoleh ke arah Jisung.

"Ada apa?" tanya Felix.

"Enggak. Aku hanya ingin bilang, kalau seandainya aku tidak bisa ikut turnamen basket, tolong gantikan aku ya," ucap Jisung, membuat Felix mengernyitkan keningnya.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Felix bingung.

"Ah... Tidak apa apa. Hanya seandainya. Kita, kan tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari."

Jisung langsung melesat ke dapur sebelum Felix bertanya lebih lanjut tentang ucapannya tadi.

~Dream~

"Felix!"

Sang empunya nama yang langsung menoleh.

Terlihat Changbin sedang melambai lambaikan tangannya ke arah Felix.

Jisung yang sadar diri bahwa dia akan menjadi nyamuk di sana, langsung mengambil langkah terlebih dahulu, dan meninggalkan Felix bersama dengan Changbin.

"Ada apa, Kak?" tanya Felix sambil menghampiri Changbin yang juga sedang berjalan menghampiri Felix.

"Enggak. Cuma mau nanya," jawab Changbin.

"Nanya apa?"

"Eung... Besok sabtu, kamu ada acara gak?"

Felix tampak berpikir sejenak, lalu menggeleng. "Sepertinya tidak ada."

"Kalau latihan basket?"

"Enggak. Banyak yang protes, jadi khusus hari sabtu diliburin."

"Oh... Gitu."

Changbin terdiam sejenak. Terlihat bimbang ingin menanyakan hal tersebut atau tidak.

Remaja bermarga Seo itu menghela napas sejenak, lalu kembali bersuara. "Kalau jalan bareng, mau gak?"

Felix berkedip selama beberapa saat. Otaknya masih belum on.

"Jalan bareng?"

"Iya. Jalan berdua."

Felix terlihat bingung, namun kemudian menganggukkan kepalanya. "Boleh."

Senyuman Changbin langsung merekah begitu saja. "Terima kasih banyak, ya Lix. Nanti aku jemput."

Felix mengangguk, dan berjalan menyusul Jisung yang sedang terduduk di tangga paling atas. Sepertinya, dia sedang memandangi kembarannya yang tiba tiba diajak nge-date oleh remaja yang 'katanya' preman sekolah.

"Ayo ke kelas," ajak Felix sambil menarik tangan Jisung.

"Ciee.. Ada yang diajak kencan nih.."

"Apaan? Cuma jalan jalan doang."

"Ah, masa?"

Felix langsung cemberut, membuat Jisung tertawa lepas.

"Kamu kapan nih? Aku lompatin gak apa apa?" tanya Felix.

Jisung terkekeh. "Gak apa apa. Toh, aku sendiri juga gak tahu, masih bisa ngerasain jatuh cinta apa enggak."

Langkah Felix langsung terhenti begitu saja. "Maksudnya?"

Jisung kembali terkekeh. "Hehe... Bercanda. Aku cuma iseng doang."

"Beneran?"

"Beneran, Lee Felix Yongbok."

Felix langsung ngamuk, karena Jisung menyebut nama koreanya.

"Kejar aku kalau bisa, Lee Yongbok!" tantang Jisung.

Felix tak langsung berlari. Ia tidak mungkin berlari, dikarenakan penyakitnya. Jadilah, dia mengancam Jisung dengan tatapannya yang tajam.

Jisung hanya bisa tertawa sepanjang jalan menuju kelas.

"Gak apa apa, Ji. Ketawa aja dulu. Sebelum nantinya kamu gak bisa tertawa lagi."

~Dream~

Hari sabtu,

"Jisung! Bantuin!" seru Felix.

"Ada apa lagi sih? Bantuin apa?" tanya Jisung diiringi gerutuan kecil, karena dia yang sedang asyik menonton anime One Piece, malah diganggu oleh Felix.

"Bingung nyari baju," jawab Felix.

"Tinggal pakai baju apa aja, Lix," ucap Jisung.

"Baju yang mana? Aku bingung."

"Gini toh, rasanya mau nge-date," goda Jisung.

Felix langsung memasang muka muka kemusuhan. Sedangkan Jisung, dia hanya tertawa kecil sambil mencarikan baju yang tepat untuk Felix.

"Memangnya mau jalan kemana sih?" tanya Jisung penasaran.

"Gak tahu," jawab Felix seadanya.

"Apa jangan jangan... Kamu mau diajak ke California?" tebak Jisung.

Felix langsung tertawa lepas. "Ada ada aja. Mana ada ke California."

"Siapa tahu gitu."

"Uang dari mana coba?"

"Ya, kamu, kan tahu sendiri. Changbin itu orang kaya, jadi dia bisa aja ngajak kamu ke tempat tempat mahal. California, Paris, Roma, Sydney, Amsterdam, London, atau mungkin.... Malah ke pelaminan," ucapan Jisung mulai ngelantur.

"Haduuh... Ji. Itu kejauhan! Jangan ngelantur!" omel Felix.

Jisung cuma terkekeh kecil. Ternyata, menggoda Felix itu seru, ya.

Tak lama kemudian, Changbin datang dengan mobilnya.

Felix langsung berangkat bersama remaja itu. Tidak lupa dia berpamitan dengan Minho.

Dan seperti biasa, sebelum Felix berangkat, Minho mengoceh panjang lebar kali tinggi.

"Ya, Kak, iya. Felix mengerti," jawab Felix sudah kewalahan dengan tingkah over-protective sang kakak.

"Ya sudah. Hati hati!" ucap sang kakak pada akhirnya.

Felix mengangguk, dan berlari ke arah Changbin yang juga ikut berpamitan dengan Minho tadi.

"Bin, jagain Felix! Jangan sampai dia lecet atau segalanya!" Kalau biasanya yang berpesan itu Minho, lain lagi ceritanya dengan yang satu ini. Jisung ikut ikutan berpesan.

"Iya, Ji. Beres itu mah," jawab Changbin. "Tenang aja. Semua akan aman."

Keduanya pun masuk ke dalam mobil, dan beranjak pergi, meninggalkan kedua orang yang masih senantiasa mengawasi mereka dari kejauhan.

"Ah... Tuh anak sudah besar saja rupanya," gumam Minho.

"Iya," sahut Jisung.

Minho menatap Jisung sejenak. "Kamu kapan?"

Jisung menoleh. "Entah... Aku sendiri juga tidak tahu, apakah aku masih punya waktu untuk merasakan cinta atau tidak."

Minho mengernyitkan keningnya. "Maksudnya?"

Jisung mengedikkan kedua bahunya. "Tidak ada yang tahu umur, kan?"

Minho hendak bertanya lebih lanjut tentang itu, namun Jisung sudah terlebih dahulu melesat masuk ke dalam rumah.

"Kok aku merasa aneh, ya?" tanya Minho bermonolog.

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang