30. Meet you again

448 54 12
                                    

Felix menunduk sebentar, berusaha menahan air matanya. Namun, gagal. Dan kemudian, mengangkat wajahnya dengan air mata menghiasi pipinya yang mengalir dengan derasnya.

Sedangkan orang tersebut, terlihat sangat kaget, dan berusaha untuk menutupi raut wajahnya itu.

"Jisung?" cicit Felix sambil memeluk orang tersebut. "Kamu masih hidup, Ji?" tanya Felix lagi.

Jisung terlihat berdiri kaku, tanpa ada niatan untuk membalas pelukan Felix. Namun sedetik kemudian, dia membalas pelukan Felix, dan mengelus punggung Felix lembut.

"Ya, ini aku," jawab Jisung sambil menahan tangisnya yang sebentar lagi akan pecah.

"Ternyata, kamu masih hidup, Ji."

"Maaf sudah membohongimu, Lix. Aku sebenarnya belum mati, dan aku bukanlah pendonor jantungmu."

"Tidak apa apa. Aku malah senang, kalau kamu bukanlah pendonor jantungku. Aku senang kamu masih hidup, Ji."

Jisung dan Felix sama sama mengeratkan pelukan masing masing. Tak ingin lepas begitu saja.

"Felix! Felix! Kamu dimana, dik? Jangan sampai tersesat!" Terdengar suara Minho dan Changbin bersahut sahutan. Sepertinya mereka sedang mencari Felix yang tiba tiba hilang, entah kemana.

Langkah dari seruan mereka pun terhenti saat melihat Felix dan Jisung berpelukan. Keduanya mengucek kedua mata berulang kali. Takut apa yang mereka lihat sekarang hanyalah ilusi.

"Ji-Jisung?" cicit Minho, tak percaya.

Jisung dan Felix serempak melonggarkan pelukan masing masing, dan menatap Minho dan Changbin yang sama sama menatap mereka dengan mata berkaca kaca.

"Ka-kamu masih hidup, Ji?" tanya Changbin, sama sama tak percaya seperti Minho.

"Maaf....," ucap Jisung sambil memundurkan dirinya beberapa langkah untuk menjauhi ketiganya.

Jisung hanya takut bahwa mereka akan marah kepadanya, namun kenyataannya ternyata tidak seperti itu. Minho, Changbin dan Felix malah berlari ke arahnya, dan memeluknya erat sekali. Bahkan, dia tak bisa bernapas karenanya.

"Ternyata ini beneran kamu, Ji," ucap Minho sambil berulang kali mengecup surai Jisung.

Jisung tersenyum tipis, dan mengangguk. "Maaf, telah berbohong kepada kalian. Jika kalian ingin marah kepadaku, maka marahlah. Karena memang aku berhak mendapatkannya. Aku seorang pengecut."

Minho, Changbin, dan Felix menggeleng ribut secara bersamaan, membuat Jisung kembali mengulas senyuman manisnya.

"Tidak peduli jika kamu membohongi kami atau tidak, kami akan tetap menyayangimu, dan tidak akan pernah marah kepadamu, Ji. Yang terpenting, kamu masih hidup," bantah Changbin sambil mengambil ancang ancang untuk memeluk Jisung untuk sekian kalinya.

Jisung hanya pasrah jika Changbjn ingin memeluknya lagi. Toh, dia sangat menyukai pelukan hangat dari Changbin.

Changbin hendak memeluk Jisung, namun tak jadi saat melihat sebuah tas gitar di genggaman Jisung.

"Tadi kamu yang bernyanyi?" tanya Changbin.

Jisung hanya mengangguk pelan. "Hehe... Ya, begitulah. Suara pas pasan, tapi maksain untuk busking di sini."

Felix terlihat kagum dengan pengakuan Jisung. Matanya memancarkan sinar yang terang, dengan binar binar yang indah. Membuat siapa saja yang melihat, akan gemas seketika.

"Dasar, merendah untuk meroket," celetuk Minho, membuat Jisung mendelik tajam.

"Memangnya kakak bisa? Tidak, kan?" ejek Jisung.

"Iya, betul! Kak Minho tidak bisa bernyanyi seperti Jisung! Sungguh memalukan!" ucap Felix, menjadi kompor.

"Nah, betul tuh. Sok sok-an mengejek orang, padahal dirinya sendiri juga tidak bisa!" tambah Changbin.

Jadi ibarat kata,  Felix itu adalah kompornya, Changbin adalah gas elpijinya, sedangkan Jisung, dia batu arangnya. Ketiga tiganya sama memanas manasi situasi.

"Cih. Meledek kok keroyokan? Tidak gentle sekali!" ejek Minho untuk sekian kalinya.

"Laki laki kok takut ketinggian? Penakut sekali," balas Felix.

"Iya, naik kora kora aja sampai menjerit histeris. Apalagi saat naik bianglala!" tambah Changbin.

Jisung terkekeh pelan. "Kalian pasti baru selesai berkeliling ke Wolmido, kan?" tebak Jisung, membuat ketiganya menoleh serempak.

"Tahu dari mana?" tanya Changbin tak menyangka Jisung bisa dengan mudahnya menebak tempat destinasi mereka.

Jisung tak langsung menjawab, ia merogoh ponselnya, dan menunjukkan sebuah postingan instagram. Postingan instagramnya Felix.

Felix langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Malu juga saat tahu kembaran beda rahimnya itu tahu bahwa ia adalah orang yang narsis di sosial media, terutama di instagram.

"Gak biasanya kalian jalan jalan ke sini. Pasti lagi ada acara?" tanya Jisung, dan langsung dianggukki dengan semangat oleh Felix.

"Iya. Tadi aku ikut turnamen basket!" jawab Felix sambil berseru girang, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan gemas sendiri.

Jisung tersenyum manis. Dia bangga dengan kembarannya yang satu ini.

"Biar kutebak, kamu pasti menang, kan?" tebak Jisung, dan langsung diangguki oleh Felix dengan semangat.

Jisung langsung memeluk kembarannya itu, dan mengecup surai Felix berulang kali. "Kamu memang hebat, Lix!" puji Jisung, membuat Felix tersenyum kecil.

Changbin dan Minho hanya tersenyum kecil, berusaha untuk tidak terkena UwU phobia.

Pemandangan menggemaskan di depan mereka, benar benar membuat detak jantung kedua manusia tua itu berdetak dua kali lebih cepat daripada biasanya.

Felix kembali tersenyum manis, dan menatap Jisung lekat lekat. "Tinggal bersamaku lagi, ya?" pintanya.










(A/N):
Kemarin malam aku sebenarnya mau up chapter ini, tapi berhubung wifi tiba tiba mati, jadi aku tunda dulu.

Btw, udah pada dengerin lagu Changlix belum? Aku malah baper pas dengerin tuh lagu.

#ChanglixKembaliBerlayar

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang