22. The Day

369 49 3
                                    

Jisung terlihat bersiap siap untuk turnamen. Dia mempersiapkan segala macam hal dengan matang matang. Begitu pula dengan Felix.

Walaupun hanya sebatas pemain cadangan, Felix tetap saja mempersiapkan yang terbaik untuk nanti. Kita, kan tidak tahu ke depannya seperti apa.

Minho terlihat tersenyum saat melihat kedua adiknya bersiap siap. Dia masih tak menyangka mereka akan benar benar mengikut turnamen itu, apalagi keduanya mempunyai penyakit parah yang tidak bisa dianggap sepele. Tapi biarlah... Mereka ingin berusaha, kenapa harus dilarang?

"Weis... Ada yang sudah siap ikut turnamen nih. Siapa ya, namanya?" goda Minho, membuat kedua adiknya tersenyum kecil.

"Aish... Kakak mah ganggu aja!" gerutu Felix sambil mengusir kakaknya yang dengan sengaja mengganggu waktu 'me time' nya dengan tali sepatu.

"Dih... Kakak sendiri malah diusir. Sabar sabar....," ucap Minho tak terima.

"Kasihan nasibmu, Kak," sahut Jisung, tiba tiba ikut nimbrung.

"Memang patut dikasihani. Sudah jomblo, ngenes pula," tambah Felix, membuat Minho ingin menenggelamkan adiknya di samudra terdekat.

"Namanya juga jones," tambah Jisung, membuat Felix terkikik kecil, sedangkan Minho malah mendelik.

"Salah apa hamba, punya adik kok kelakuannya mirip setan?"

"Kalau aku setan, berarti kakak juga setan. Secara, kita kan terlahir dari rahim yang sama."

"Kalau kalian setan, berarti aku bukan setan. Aku kan bukan saudara kandung kalian. Aku tidak satu spesies dengan kalian."

"Spesies, spesies... Emangnya kita ini hewan apa?"

"Sudah sudah, jangan bertengkar. Sebentar lagi kalian berangkat lho... Nanti ditinggalin sama teman teman kalian, gimana?" lerai Minho.

"Ya, jangan sampai ditinggalin lah. Masa iya, kaptennya tidak ditungguin?" sahut Jisung.

"Iya deh, iya. Sana. Mereka sudah nungguin kalian di depan rumah," usir Minho.

"Iya, Kak. Kita berangkat dulu, ya. Doain dapat juara!" pamit Felix dan Jisung berbarengan.

"Iya, si kembar. Nanti Kakak doain yang terbaik untuk kalian. Ingat ya, jangan paksain diri kalian jika tidak mampu. Jangan sampai berdampak dengan penyakit kalian," peringat Minho, dan langsung dihadiahi anggukkan dari keduanya.

"Beres, Kak!"

~Dream~

Mereka kini berada di dalam mini bus berisikan rombongan tim basket SOPA.

Keadaan di dalam bus cukup ricuh, dikarenakan mereka mengadakan permainan truth or dare untuk mengisi kekosongan yang ada.

Semuanya ikut, kecuali Jisung. Jisung merasa sedikit lemas, jadi ia lebih memilih untuk tidak ikut, dan menabungkan energinya untuk nanti.

Seungmin yang mendapat bagian memutar botol, terlihat bingung saat melihat Jisung tertidur dengan gelisah. "Lix, kakakmu kenapa? Lagi sakit kah?"

Felix yang asyik berbincang dengan Jeongin, langsung menoleh ke arah sang kakak. Dia terlihat cemas. Tapi tidak mungkin dia membocorkan keadaan sang kakak kepada teman teman setim.

"Ah... Tidak. Mungkin hanya efek dari kelelahan saja, yang menyebabkan dia mengalami mimpi buruk. Tapi entahlah.. Aku sendiri tidak tahu," jawab Felix berbohong.

Yang lainnya hanya mangut mangut, dan melanjutkan permainan yang sempat tertunda beberapa menit.

~Dream~

"Jisung! Fokus!" seru Hyunjin saat Jisung kehilangan bola untuk sekian kalinya.

Mungkin kalau hanya sekedar 1 atau 2 kali, tentu itu masih wajar. Tapi Jisung sudah kehilangan bola hampir 7 kali. Dan tentu, hal itu membuat tim lawan mendapatkan poin lebih.

"Maaf...," cicit Jisung pelan, namun tak digubris oleh Hyunjin.

Jisung kembali membangun konsentrasinya, namun lagi lagi buyar karena pusing yang tiba tiba menyerangnya.

'Ya Tuhan... Jangan sekarang.'

Berusaha mengabaikan rasa pusing yang semakin menjadi jadi, Jisung berlari untuk membantu Hyunjin yang berusaha mencuri bola dari lawan.

'Jangan sampai kamu kalah dengan rasa sakit itu, Jisung. Tunjukkan bahwa rasa sakit itu tak dapat mengalahkanmu.'

"Jisung!" seru Hyunjin, mengoper bola ke Jisung.

Jisung langsung menerima bola tersebut dengan sigap, dan berlari ke arah ring basket.

Tepat di area tiga angka, terdapat Seungmin yang sudah stand by di sana. Dengan segera, Jisung mengoper bola basket tersebut ke Seungmin.

Bola basket ditangkap dengan baik oleh Seungmin, dan langsung di-shoot ke arah ring basket, tanpa mengulur ulur waktu lagi.

Dan....

Cringg...

Bola basket masuk ke dalam ring dengan mulus.

Jisung tersenyum kecil saat melihat papan poin yang diletakkan tak jauh dari tempat ia berdiri. Poinnya sudah setara dengan tim lawan.

"Jisung!" panggil Seungmin.

Jisung langsung menoleh ke arah Seungmin yang sedang mengoper bola ke arahnya.

Namun belum sempat Jisung menggapai bola tersebut, lawan sudah menggapainya terlebih dahulu.

Dan kini, kedua tim saling kejar mengejar untuk mencuri bola.

Untungnya, keberuntungan berada di tangan tim SOPA. Hyunjin berhasil merebut bola tersebut dari lawan saat lawan tengah lengah.

Dengan cekatan, Hyunjin mengopernya ke Seungmin, dan Seungmin mengopernya ke Jisung yang kebetulan berada paling dekat dengan area tiga angka.

"Jisung!" seru Seungmin.

Jisung berhasil menangkap bola tersebut tanpa hambatan. Tetapi-

Brukk...

Jisung sudah ambruk terlebih dahulu, sebelum berlari.

Permainan pun dihentikan.

Jisung sebenarnya masih dalam keadaan setengah sadar. Dia masih bisa mendengar suara suara di sekitarnya, walaupun hanya sayup sayup.

"Jisung, kamu kenapa?!" seru seseorang yang Jisung yakini adalah Felix.

"L-lix.... Gan-gantikan aku!" ucap Jisung lirih.


(A/N):
Menjelang ending~
Gak kerasa udah mau tamat aja nih book.
Btw, mau sad ending atau happy ending, nih?

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang