Biasanya, pagi hari merupakan waktu dimana seluruh penghuni rumah Lee sedang bersiap siap menjalani aktivitas masing masing dengan keadaan sunyi dan tenang. Namun, kali ini jelas berbeda.
Dengan kedatangan anggota baru keluarga tersebut, rumah sederhana itu terdengar sedikit rusuh dibandingkan biasanya.
Ya, itu semua bermula dari si kembar yang saling menanyakan letak kaos kaki masing masing.
"Eh, Sung, kaos kaki aku kemana, ya?" tanya Felix sambil mengobrol abrik seisi lemari. "Kemarin masih ada, kenapa sekarang hilang?"
"Aku tidak tahu, Lix. Aku baru tinggal disini semalaman, jadi aku masih belum tahu banyak hal tentang rumah ini," jawab Jisung yang sudah merasa lelah disalahkan terus oleh Felix.
"AKHIRNYA KETEMU!!" seru Felix girang. Jisung hanya bertepuk tangan ria, meramaikan hari ditemukannya kaos kaki Felix.
"Lho? Kenapa kaos kaki aku yang sekarang hilang?" Jisung menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan sepasang kaos kaki miliknya yang ia letakkan di atas meja belajar Felix.
Jisung menoleh ke arah kaki Felix.
"YAK! FELIX, ITU KAOS KAKIKU!"
"BUKAN! INI KAOS KAKIKU!"
"TADI AKU LETAKKAN DI ATAS MEJA, TERUS KAMU GUNAKAN!"
"EIT.... ENAK SAJA! INI KAOS KAKIKU! KAOS KAKIMU MUNGKIN ADA DI KOLONG KASUR!"
"TIDAK ADA!"
"LAH, SALAH SENDIRI!"
"DIIIAAMMMMMMM!!"
Si kembar langsung diam membungkam, ketika Minho masuk ke kamar mereka sambil membawa wajan.
"Ada apa lagi sih?" tanya Minho sudah lelah menangani masalah si kembar.
"Kaos kaki Jisung hilang."
"Ya, dan Jisung mengira Felix menggunakan kaos kakinya."
Minho lemas seketika. Dia mengira, si kembar bertengkar karena masalah yang besar, ternyata hanya bertengkar karena kaos kaki yang hilang.
"Sudah sudah. Jangan bertengkar. Jisung, kamu gunakan saja kaos kaki kakak. Nanti biar kakak carikan kaos kaki milikmu."
Jisung langsung mengangguk dengan senyuman merekah di wajahnya. Memang, ternyata kakaknya Felix itu memang kakak yang terbaik.
"Felix, kamu mau bawa bekal apa? Roti isi kornet? Atau roti isi telur ceplok?" tanya Minho kepada Felix.
"Telur dadar!"
Minho terkekeh kecil, dan mengangguk. "Telur dadar. Oke. Kalau Jisung?"
"Terserah kakak saja."
Minho kembali lagi ke dapur untuk melaksanakan rutinitasnya yang sempat tertunda, gara gara ulah si kembar.
"Jisung."
Jisung langsung menoleh ke arah Felix. "Ada apa?"
"Aku pengin main basket."
Jisung tersenyum getir, dan beranjak mendekati Felix. "Tapi, bagaimana dengan penyakitmu, Lix? Aku tidak ingin kamu kenapa napa."
"Sepertinya, kalau hanya bermain sekali, tidak apa apa," jawab Felix ragu, membuat Jisung ikut ragu.
"Aku tanyakan ke Kak Minho dulu, ya."
Felix mengangguk sambil tersenyum manis ke arah Jisung. Jisung pun membalas senyuman itu.
~Dream~
Keadaaan sekolah School Of Performing Arts (SOPA) sudah sangat ramai, padahal ini masih sangat pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream [Jilix ft. Minbin] ✔
Fanfiction"Kak, aku boleh gak main basket?" "Lix, udah berapa kali kakak bilang, jangan bertanya tentang hal itu. Kakak gak mau kamu kenapa napa." Hanya secuil kisah Lee Felix yang ingin bermain basket, tetapi selalu dilarang sama kakaknya, Lee Minho. Di sa...