24. Bad News

444 57 4
                                    

Changbin masih setia menunggui Jisung yang masih enggan membuka matanya.

Memang cukup mustahil bagi Jisung untuk membuka matanya sekarang ini, mengingat keadaannya yang sangat memprihatinkan.

Sampai sekarang, masih belum ada pendonor yang cocok untuk Jisung. Ya, karena kalian tahu, pendonor paru paru itu sulit untuk ditemukan. Kalau pun ada, sering terjadi ketidak cocokan dengan paru paru sang pasien.

Tiba tiba saja, ponsel Changbin berdering. Membuat remaja seo itu mau tidak mau harus meninggalkan Jisung sendirian di dalam ruang ICU.

"Halo...."

....

"APA?! Sekarang bagaimana kondisinya?" tanya Changbin cemas.

Jeda sejenak, dikarenakan lawan bicara sedang berbicara.

"Sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit?" tanya Changbin memastikan. "Baiklah. Hati hati di jalan! Bilang pada Felix, dia harus kuat!"

Changbin langsung berlari ke arah pintu belakang rumah sakit saat mendengar suara ambulan datang. Firasatnya mengatakan bahwa itu ambulan yang membawa Felix.

Dan benar saja, sebuah brankar keluar dari ambulan itu dengan Felix di atasnya. Tak lama kemudian, keluarlah Minho dengan mata sembab, dan ingus meler kemana mana. Sungguh jorok.

"Bagaimana bisa?" tanya Changbin kepada Minho. Raut wajah tak percaya terlihat jelas di sorot matanya yang tajam.

Minho menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Bin. Felix tidak cerita kepadaku, kalau penyakitnya kambuh di pertengahan quater keempat," jawab Minho.

Minho dan Changbin, kedua memandangi pintu UGD, tempat dimana Felix diberi penanganan pertama.

Tak lama kemudian, seorang pria dengan jasa putih, yang diketahui adalah dokter Park Jinyoung, keluar dari ruangan UGD.

"Dengan keluarga Lee Felix?" tanyanya.

"Kami keluarganya, dok," jawab Minho dengan segera. "Bagaimana keadaannya?"

"Sangat buruk. Jantungnya melemah. Kita butuh donor jantung secepatnya," jawab dokter Park.

Minho langsung terduduk lemas di lantai depan UGD. Masih tak percaya dengan apa yang diucapkan sang dokter. Setelah Jisung, kini Felix? Apakah tuhan benar benar ingin mengambil Jisung dan Felix dari kehidupan Minho secara bersamaan?

"Apakah sudah ada pendonor yang cocok untuk Felix?" tanya Changbin kepada sang dokter.

"Sampai sekarang belum ada. Kami masih berusaha mencarikan pendonor secepat mungkin," jawab dokter Park lagi.

Changbin mengangguk lesu. "Baik, dok. Terima kasih," balas Changbin.

Changbin pun terduduk lemas di samping Minho yang sedang menangis tersedu sedu. Tak terasa, Changbin pun juga menangis, sama seperti Minho. Air mata yang sedari tadi ia tahan, kini keluar dengan derasnya layaknya aliran kali Ciliwung.

"Ba-bagaimana keadaan Ji-Jisung?" tanya Minho terbata bata.

Changbin menggeleng pelan. "Tak berbeda jauh dengan Felix. Sama sama di ambang kematian."

Tangis Minho pecah untuk sekian kalinya. Dia terancam kehilangan dua orang yang paling dia sayangi.

Di tengah tengah duka mendalam yang menyelimuti keduanya, datanglah seorang remaja seumuran Minho dan Changbin atau mungkin lebih tua sedikit.

"Permisi, apakah kalian tahu dimana tempat Han Jisung dirawat?" tanya remaja itu ramah. Walaupun demikian, guratan panik tertera jelas di wajahnya.

Minho mendongakkan kepalanya, dan matanya pun membulat kaget.

Remaja di hadapan mereka berdua adalah Brian, kakak kandung Jisung.

Minho berusaha menghapus jejak air mata di pipinya, dan menatap Brian dengan datar. Aura mencekam mulai keluar dari tubuhnya, membuat Brian merasa sedikit takut.

"Mau apa kamu ingin bertemu dengan Jisung? Ingin menyakitinya lagi? Kalau begitu, pergilah! Dia sudah cukup tersakiti dengan penyakitnya, jangan sampai dia disakiti juga olehmu!" bentak Minho, membuat Brian sedikit termundur.

"Woah woah.. Calm down, bro. Aku ingin meminta maaf kepadanya, dan ingin menjenguknya. Aku tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya, orangtua kami merahasiakannya. Dan saat aku ingin bertanya kepadanya, Papa sudah terlebih dahulu membuangnya entah kemana," jelas Brian dengan mata berkaca kaca, menahan tangis.

Minho yang merasa dirinya sudah keterlaluan dengan Brian, hanya bisa mengangguk. "Jisung ada di ICU."

Brian langsung lemas mendengarnya. "Te-terima kasih."

Brian langsung melesat ke arah ICU, meninggalkan kedua remaja tersebut dengan duka yang mendalam.

Cklek...

Remaja bermarga Han itu memasuki ruangan ICU, tempat sang adik dirawat untuk sementara waktu.

Pandangannya pun jatuh pada seorang remaja berwajah mirip tupai yang masih belum sadarkan diri.

Dengan segera, Brian menghampiri Jisung, dan menggenggam tangan sang adik.

"Hei, Ji... Kamu masih ingat kakak, kan?" tanya Brian.

Tak ada jawaban untuk pertanyaan itu. Jisung sama sekali tak bersuara. Hanya ada suara deru napas tak beraturan yang menyapa rungu Brian.

"Maaf... Kakak baru bisa menjengukmu," lanjut Brian sambil mengusap air mata yang turun dengan kasar. "Maaf.... Kakak tidak tahu tentang penyakitmu ini, karena Papa tak pernah memberitahu kakak. Kakak ingin bertanya kepadamu, tapi kamu sudah tidak ada di rumah. Ternyata.... Papa membuangmu.."

Brian menatap adiknya yang masih tak merespon ucapannya. Sang adik sepertinya tidak mengetahui keberadaan Brian di sampingnya.

"Jujur saja, kakak sedih. Kakak baru bisa menjengukmu saat kamu sedang tidak sadarkan diri," ucap Brian lagi, berharap ada keajaiban yang membuat sang adik membuka matanya. "Kakak mohon buka matamu, Ji...."

Tangan Brian masih menggenggam tangan Jisung dengan erat, seolah sangat adik bisa menghilang dari hadapannya, jika ia tidak menggenggam tangannya kuat kuat.

Brian memutuskan untuk keluar dari ruangan Jisung, namun sebuah tangan lemah menahan pergerakannya. Sontak, Brian menoleh.

"K-kak... Te-terima kasih sudah menjenguk Ji-Jisung.."

Brian langsung memeluk sang adik, dan menangis. Jisung juga ikut menangis, dan membalas pelukan Brian dengan satu tangan.


(A/N):
Double up!!
Hehe... Khusus perayaan 300 readers (bahkan hampir 400 reader), ditambah sama 100+ vote, jadi aku update dua kali. Thank you so much!

Btw... Kayaknya sad ending bagus juga, ya. Happy ending udah terlalu klise.

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang