10. Not Sure

477 75 0
                                    

Koridor sekolah terlihat sangat ramai. Ya, itu semua dikarenakan sekarang ini adalah jam istirahat.

Anak anak terlihat sedang memakan bekalnya masing masing, termasuk Felix.

Felix kini sedang memakan bekalnya di dalam ruang kelas yang kebetulan sudah kosong, dikarenakan banyak siswa yang sudah berhamburan keluar.

Siswa siswi terlihat sibuk dengan makanannya, namun hal itu tak berlaku untuk Jisung. Remaja itu kini sedang berdiri di depan ruangan--entah ruangan apa.

Remaja itu terlihat berpikir pikir terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan tersebut. Namun, pada akhirnya, Jisung tetap memasuki ruangan itu.

Cklek....

Seorang remaja yang sedang menulis sesuatu, langsung menoleh ke arah pintu ruangan.

"Jisung? Ada apa?" tanya remaja yang merupakan panitia dari turnamen basket tahun ini.

"Eung... Ini mau menyerahkan daftar pemain yang ikut serta dalam perlombaan basket nanti," jawab Jisung sambil menyerahkan kertas yang dibawanya itu.

"Lho? Jadi ikut?" tanya sang panitia.

"Jadi, Kak."

Sang panitia terlihat sedang sibuk mengobrol abrik lacinya, mencari sesuatu.

"Sudah cukup, kan anggotanya?" tanya panitia itu sambil menyalin nama anggota anggota yang akan ikut serta nanti.

"Sudah, Kak."

Tiba tiba saja, sang panitia berhenti menulis, dan menatap Jisung dengan tatapan bingung. "Apakah kamu sudah mengisinya dengan benar? Tidak ada yang salah, kan?"

Jisung mengerutkan dahinya bingung. "Sudah, Kak. Memangnya kenapa?"

Remaja itu menunjukkan Jisung sebuah nama yang dianggapnya sangat aneh.

'Lee Felix'

"Apakah anak itu bisa bermain basket? Dan kalaupun bisa, apakah fisiknya kuat?"

Jisung menghela napas pelan. "Dia bisa bermain basket, walaupun fisiknya bisa dibilang sedikit lemah."

"Lalu, kenapa kamu memasukkannya ke dalam daftar anggota?"

"Hanya sebatas syarat saja. Dia tidak akan turun lapangan."

"Kamu yakin, Jisung? Ada banyak siswa yang bisa kamu ajak, tapi kenapa kamu memilih Lee Felix?"

"Saya yakin. Lagipula, siswa siswa lainnya juga tidak begitu berminat untuk ikut."

Si panitia hanya mengangguk anggukkan kepalanya.

"Baiklah. Sudah," ucap panitia itu. "Ada perlu lainnya kah?"

"Tidak ada. Hanya itu," jawab Jisung. "Saya permisi dulu."

Jisung pun beranjak keluar dari ruangan tersebut.

~Dream~

Seorang remaja yang sedang sendirian di kelas, terlihat celingak celinguk mencari seseorang. Ya, itu adalah Felix.

Felix sepertinya sedang menunggu seseorang. Namun, seseorang itu tak kunjung datang.

Tap tap tap tap...

Terdengar langkah kaki mendekati kelas itu. Dan Felix yakini bahwa langkah kaki itu adalah milik seseorang yang sedang ia tunggu tunggu.

"Jisung!" panggil Felix saat sang empunya nama muncul di depan pintu kelas.

Jisung yang sedang berjalan ke arah kelasnya, langsung mengerem mendadak, dan melongok ke dalam kelas Felix lewat jendela.

"Ada apa, Lix?" tanya Jisung dari ambang pintu kelas.

"Sudah selesai urusannya?"

Jisung mengangguk pelan. "Sudah."

"Panitia tidak keberatan, kan jika aku ikut?"

Jisung tersenyum kecil. "Tentu tidak keberatan."

"Oh, ya sudah kalau begitu."

Jisung pun menghilang dari pandangan Felix. Anak itu sudah beranjak ke kelasnya. Lapar, katanya.

~Dream~

"Bagaimana? Sudah ada yang mendaftar?" tanya seorang remaja yang lebih pendek dibandingkan yang satunya.

"Sudah," jawab sang lawan bicara.

"Oh, siapa saja?" tanya remaja itu lagi.

Remaja yang lebih tinggi langsung meraih selembar kertas, dan menyerahkannya ke temannya itu.

Temannya terlihat sedang membaca daftar tersebut dengan seksama. Sedetik kemudian, matanya membulat.

"Lee Felix? Bukannya anak itu punya kelainan jantung? Apakah dia bisa bermain basket tanpa melukai dirinya sendiri?" tanya remaja itu tak percaya.

"Tadinya aku berpikir begitu. Tetapi, setelah si kapten basket bilang kalau Felix ikut hanya sebagai formalitas saja, akhirnya aku mengizinkan Felix untuk ikut."

"Sebentar... Maksudmu Jisung?"

"Iya, siapa lagi? Hanya itu, kan kapten basket sekolah ini."

"Wah... Berani sekali tuh anak."

"Memang harus aku akui, Jisung itu anak yang selalu mengambil keputusan ekstrim. Keputusan yang perlu dipikirkan matang matang, karena jika salah sedikit saja, akibatnya cukup fatal."

"Tapi... Bukannya Felix tidak bisa main basket?"

Si lawan bicara hanya mengedikkan kedua bahunya, tanda tak tahu.

"Aish... Jisung... Ada ada saja kau, nak," gumam remaja yang lebih pendek.

"Terima kasih, ya, Chan. Aku mau ke Jisung dulu. Nanti kalau ada apa apa, langsung bilang saja," pamit remaja itu.

"Ya, Bin."

Remaja bernama Changbin itu beranjak pergi dari ruangan itu. Tujuannya hanya satu. Bertemu dengan Jisung.

Sebenarnya, Changbin tak masalah jika Jisung memasukkan nama orang lain di dalam daftar itu. Tapi, kalau nama Felix yang dimasukkan, Changbin akui, ia cukup khawatir. Takut jika Felix harus turun lapangan, dan akhirnya malah menyebabkan penyakitnya kambuh.

Di tengah tengah perjalan menuju kelas Jisung, Changbin berpapasan dengan Felix yang sedang berjalan ke arah kelasnya.

"Lho, Lix? Dari mana?"

Felix yang tadinya sedang berjalan dengan telinga tersumpal earphone, langsung menoleh ke arah Changbin, dan melepas earphone-nya itu.

"Ada apa, kak?"

"Eh, tidak. Hanya memanggil saja."

Felix hanya mangut mangut, dan kembali memasang earphone miliknya.

Changbin pun melanjutkan perjalanannya. Namun, baru beberapa langkah, Changbin berhenti lagi.

"Felix!"

Felix yang baru sampai di depan pintu kelas, langsung menoleh. "Ada apa lagi, kak?"

"Kamu ikut turnamen basket?"

"A.... Iya...," jawab Felix lirih.

"Kamu yakin bisa? Kakakmu tidak khawatir?" tanya Changbin kepada remaja yang lebih muda daripadanya 1 tahun.

"Aku hanya sebagai pemain cadangan. Tidak ikut turun lapangan. Hanya formalitas semata."

Changbin menghela napasnya kasar. "Bagaimana kalau tiba tiba, kamu harus turun lapangan?"

"Ya.... Tinggal turun aja. Apa susahnya?" Jawaban Felix yang terlewat santai, tentu membuat Changbin gemas.

"Penyakitmu gimana?" tanyanya gemas.

Felix mengedikkan kedua bahunya acuh, dan memasuki kelasnya, meninggalkan Changbin yang masih berdiri di sana.

Dream [Jilix ft. Minbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang