Biasanya aku suka hari Senin.
Di hari Senin, ada pelajaran kesukaanku; Sastra Korea dan juga pelajaran olahraga. Aku tahu, kesukaanku rada aneh, tapi ya begitulah. Aku suka Sastra Korea karena Pak Min Yoongi mengajar dengan cara yang menarik (selain itu Pak Min juga tampan!). Dan aku suka pelajaran olahraga karena aku suka berlari dan bermain di lapangan bersama teman-teman sekelasku.
Namun kali ini, aku jadi tidak begitu menyukai hari Senin karena statusku yang sudah menikah. Bukan karena aku harus menjalankan tugasku sebagai seorang istri, tapi aku harus mengurus diriku sendiri. Meskipun ada Bibi Yoo (asisten rumah tangga yang ternyata ditugaskan untuk datang setiap hari kemari oleh Ayah Park) yang membantuku, tetap saja aku merasa kesulitan melakukan semuanya sendirian karena selama ini ibu yang mengurusi semua keperluan sekolahku.
Hari-hariku sepertinya akan jadi lebih melelahkan daripada ini.
"Selamat pagi!" seru Soodam menghampiri mejaku, mendudukkan dirinya di kursi Jungkook yang ada di depanku.
"Eoh, pagi," jawabku lesu sambil merebahkan kepalaku di atas meja.
"Ah, kasihan sekali sahabatku satu ini," ujar Soodam lagi sembari tersenyum. Senyum yang penuh dengan kode-kode menyebalkan.
"Jika kau ingin meledekku, kembalilah ke tempat dudukmu. Aku lelah," balasku.
"Memangnya apa yang kau lakukan hingga lelah seperti ini?" tanyanya lagi. Aku hanya menghela napas, malas untuk memberikan tanggapan karena aku butuh memejamkan mataku sebentar saja.
"Minggir." Terdengar suara Jungkook menyapa telingaku. Meskipun aku tidak lihat, aku yakin raut wajah Soodam masam setelah pria itu 'mengusirnya'.
"Nanti siang makan bersama di kantin, ya!" ujar Soodam sebelum akhirnya kembali ke tempat duduknya yang ada di ujung ruangan. Aku mendengar Jungkook meletakkan tasnya di atas meja, lalu ia memutar tubuhnya ke arahku.
"Kau baik?" tanyanya pelan.
"Kau tidak perlu bertanya jika sudah tahu jawabannya, Jungkook," balasku lesu. Jungkook tak menjawabku, lalu terdengar suara bel terdengar. Laguh-lagah terdengar bersahutan dengan cepat di dalam kelas karena para siswa yang masuk. Tidak lama kemudian masuklah Pak Min ke dalam kelas. Penampilannnya sangat rapi dan memukau dengan kemeja abu-abu yang digulung sesiku itu. Ah, lumayan, cuci mata pagi-pagi. Tapi, maafkan aku, Pak Min. Sepertinya aku tidak bisa konsentrasi menerima pelajaran hari ini karena aku mengantuk.
***
"Jungkook, oper bolanya!"
"Lari, lari!"
"Cepat kejar!"
"Kiper bersiaplah!"
Aku dan Soodam duduk di pinggir lapangan usai pelajaran olahraga berlangsung. Pak Jung memberi kami waktu selama setengah jam untuk istirahat atau bermain di lapangan sesuka hati.
"Sepertinya pernikahan ini benar-benar mempengaruhi hidupmu ya, Sohyun," bisik Soodam di sebelahku. "Biasanya kau selalu semangat di pelajaran olahraga."
Aku menghela napas—entah untuk keberapa kalinya—dengan berat. "Ya. Benar-benar mengubah hidupku. Kau tahu? Aku harus belajar mulai mandiri sekarang. Ya, meskipun ada asisten rumah tangga yang ditugaskan untuk membantuku. Tapi tetap saja mayoritas kukerjakan sendiri. Untungnya tadi Bibi Yoo menyiapkan sarapan untukku. Jika tidak, aku akan kelaparan setengah mati sekarang."
Soodam mengangguk saat ia mendengarkan. "Lalu, bagaimana dengan Chanyeol? Kalian benar-benar tidak bicara atau bagaimana setelah menikah? Jangan bilang padaku kalian tidak sekamar seperti yang ada di novel-novel!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Moment ✓
RomanceKupikir takdir mempermainkanku ketika aku harus bertemu dengan pria dingin yang menyeramkan itu, seolah tali takdir itu enggan terputus meskipun aku sudah berusaha mengakhirinya. Di balik itu semua, tersimpan sebuah rahasia yang membentuk sosoknya...
