Untuk pertama kalinya aku merasa ingin tidur dalam waktu yang lama. Ketika pulang dari rumah sakit, aku langsung memutuskan untuk masuk ke kamarku dan merebahkan tubuhku. Jungkook dan Soodam tentu menemaniku pulang, dan memutuskan untuk menemaniku di rumah selagi Paman Chanyeol belum pulang.
Dan entah sejak kapan, aku mulai tertidur lelap. Setidaknya aku bisa melupakan sejenak perasaanku pada Paman Chanyeol. Ketika terbangun, aku melihat langit sudah gelap. Begitu juga dengan kamarku karena lampu belum kunyalakan. Aku berjalan keluar, berharap Jungkook dan Soodam masih di sana. Namun sepertinya harapanku pupus ketika yang kutemukan selembar kertas di atas meja, dengan makanan yang ditutup di sana.
Ada sebuah pesan di kertas tersebut, tertulis; Dari Jungkook. Maaf, aku dan Soodam harus pulang lebih dulu karena orangtua kami mencari. Nanti, setelah pulang, kami akan ke rumahmu lagi. Ini makanan yang Soodam masak untukmu. Jangan lupa dimakan.
Kutatap ruangan yang terasa kosong. Kutebak, Paman Chanyeol masih di rumah sakit menemani Jiwon. Ah, membayangkannya membuatku menjadi lebih sedih sekarang. Tanpa sadar air mataku menetes. Sial sekali. Kenapa aku harus menangis hanya karena hal seperti ini?
Bukankah aku sudah bertekad bahwa aku akan berusaha menekan perasaanku agar tidak terlalu dalam pada Paman Chanyeol?
Sepertinya berpisah dengan Paman Chanyeol dan pergi ke Singapura adalah keputusan yang tepat bagiku.
Ketika aku hendak duduk dan makan, suara pin pintu yang ditekan terdengar. Tidak lama kemudian, Paman Chanyeol pulang. Di tangannya ada sekantung makanan yang sepertinya ia beli dari luar. Pria itu kemudian menghampiriku cepat dengan ekspresi wajahnya yang cemas.
"Kenapa kau pulang tidak mengabariku?" tanyanya seraya meletakkan bawaannya di atas meja.
"Aku hanya lelah, dan tidak ingin mengganggumu," jawabku.
Paman Chanyeol menghela napasnya pelan, lalu berjongkok di hadapanku. Ia menatapku dengan tatapan lembutnya yang sekali lagi membuatku berdebar dan sesak di saat yang sama.
"Aku minta maaf untuk hari ini. Semuanya di luar dugaanku," ujarnya seraya menyentuh jemariku. Namun perlahan, aku melepaskan diriku darinya. Kulihat Paman Chanyeol semakin tertegun melihat sikapku.
"Tidak apa-apa. Bukan salahmu." Aku kemudian bangkit berdiri dan menyiapkan makananku untuk dibawa ke kamarku.
"Mau makan di mana?" tanya Paman Chanyeol.
"Di kamarku. Aku harus belajar untuk ujian perguruan tinggi," jawabku. Ketika aku berjalan hendak mengambil nampan, Paman Chanyeol menahan lenganku.
"Kau marah padaku?"
Ingin sekali aku menjawab; Iya! Aku marah padamu!
Tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak ingin terlihat egois di matanya. Rekan kerjanya kecelakaan dan ia harus bertindak selayaknya seorang teman, yah, meskipun adegan di ruang rawat tadi tidak menunjukkan kalau mereka hanya teman.
"Aku lapar, Paman. Mau makan."
"Kalau begitu ayo makan bersamaku!" suaranya mulai meninggi, membuat dadaku bergemuruh. Aku tidak suka keadaan seperti ini.
"Aku ingin sendirian, kumohon..." jawabku. Kuberanikan diri menatap matanya yang menunjukkan pancaran sedih dan kecewa. Perlahan ia melepaskan lenganku tanpa berkata apa-apa. Aku dengan segera membawa makanan yang dimasak Soodam lalu pergi ke kamarku. Untuk sekali ini, biarkan aku berusaha keras melupakan perasaanku padamu, Paman.
***
"Kami semalam ke rumahmu, tapi kata Chanyeol kau sudah tidur. Jadi kami langsung pulang begitu saja," jawab Jungkook. Kami bertiga sedang berada di kelas, menikmati jadwal kosong sebelum jadwal ujian perguruan tinggi diumumkan. Di luar kelas, ada acara lomba antar kelas dan terlihat meriah. Hanya saja, kami bertiga lebih suka menghindari keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Moment ✓
RomanceKupikir takdir mempermainkanku ketika aku harus bertemu dengan pria dingin yang menyeramkan itu, seolah tali takdir itu enggan terputus meskipun aku sudah berusaha mengakhirinya. Di balik itu semua, tersimpan sebuah rahasia yang membentuk sosoknya...