4| Dia Yang Harus Tahu

289 61 16
                                        

Jungkook menghela napasnya kasar lalu menyandarkan tubuhnya pada sisi tempat tidurku. Pria itu sangat terkejut dengan cerita yang baru kujelaskan perihal perjodohan yang terjadi padaku.

"Benar-benar tidak ada cara untuk menolaknya, ya?" tanya Jungkook dengan mata menerawang ke depan.

"Aku sudah memikirkan berbagai cara untuk membatalkan perjodohan ini," jawabku lalu merebahkan tubuhku di ranjang. "Tapi keputusannya akan sulit saat melihat Paman Park memohon begitu padaku. Kau tahu? Sejak sang istri meninggal, hubungannya dan Chanyeol tidak begitu baik."

"Istrinya meninggal kenapa?" tanya Jungkook sembari mengubah posisi duduknya di atas karpet. Aku menggeleng sembari menatap langit-langit kamar. "Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu urusan keluarga mereka."

Jungkook mengangguk pelan lalu kami sama-sama kembali terdiam. Aku tenggelam dalam lamunanku yang semakin lama semakin meresahkan. Bagaimana dengan Chanyeol? Apakah pria itu berhasil membujuk ayahnya untuk menolak perjodohan ini?

"Jadi, kalian akan menikah diam-diam?" tanya Jungkook lagi.

"Kurasa begitu," ujarku, "bisa mati aku jika sekolah tahu aku menikah."

"Kalau begitu, kurasa tidak masalah,"

"Hah?"

Jungkook menoleh lagi. "Kalian menikah diam-diam selama setahun. Selama itu tugasmu hanya menemani Chanyeol, memastikan pria itu tidak bertingkah aneh seperti menyakiti dirinya, dan membantu pria itu untuk sembuh dari gangguannya. Jika kau bisa melalui itu semua dengan baik, kau bisa kuliah lagi setelah bercerai dengan Chanyeol."

Penjelasan panjang lebarnya kali ini membuatku kembali berpikir. Apa yang dikatakan Jungkook cukup masuk akal. Hanya satu tahun, kan? Kurasa jika aku bisa melalui semuanya dengan baik, tidak masalah. Tapi ...,

"Bagaimana aku harus menghadapi Chanyeol? Pria itu sangat menyeramkan. Aku bisa tersiksa jika harus hidup bersamanya ...,"

"Aku yakin kau bisa menghadapinya," kata Jungkook tersenyum menenangkan. "Sebisa mungkin hindari saja dia jika kau merasa tak nyaman."

Aku menghela napas, lalu memejamkan mataku. Hembusan angin musim gugur membuat tirai kamarku bergerak sepoi-sepoi. Meskipun rasanya aku mengantuk dan ingin tidur, tidak demikian dengan pikiranku.

Kembali sosok Chanyeol melintas di kepalaku, tentu saja dengan penampilannya yang terlihat baik-baik saja. Aku jadi penasaran, bagaimana sosok Chanyeol yang sebenarnya di balik semua hal yang ia miliki. Apakah orang-orang tidak tahu tentang gangguan mental yang ia miliki itu?

"Hei, sepertinya aku harus pulang," kata Jungkook tiba-tiba bangkit dari duduknya.

"Baiklah," jawabku, "besok jadi mengerjakan tugas bersama, kan?"

Ia mengangguk. "Tentu saja. Aku akan ke sini setelah kelas tambahan besok."

Jungkook pun pamit setelahnya dan keheningan di rumahku membuatku kembali mengantuk. Kurasa tidur sebentar sambil menunggu orang tuaku pulang rasanya tidak buruk juga. Di saat aku hampir saja terlelap, suara gawai membuatku membuka mata. Panggilan masuk dari ayahku.

"Halo?"

"Sohyun ...! Kau bisa ke Rumah Sakit Hamdong sekarang?!"

Aku terjengit kaget dan mendudukkan tubuhku lagi saat mendengar suara panik ayahku.

"Ru-rumah sakit?! Siapa yang sakit?! Ibu?!" aku mulai panik.

"Chanyeol ...," ujar ayah sontak membuatku tertegun.

"Ada apa dengan—"

"... dia sekarang di rawat di rumah sakit setelah melakukan percobaan bunuh diri. Ayah mohon datang ke sini, Sohyun."

Eternal Moment ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang