Haloo semuaanyaaa 😁😁😍
Long time no see di cerita ini hehehe
Sebelumnya author mau ngucapin terima kasih utk para pembaca yang udh baca dan suka cerita ini.. ^^
Author mau kasih kabar kalau cerita ini dapet juara 3 di event KWC3 😁
Terima kasih sebesar2nya untuk thekimsquads karena telah menyelenggarakan event ini yg ketiga kalinya 😍
Author dapat kesempatan menulis lagi dan ngga nyangka bisa menang, padahal jarang update karena kesibukan.
Well, karena ada waktu luang, akhirnya author bisa berkesempatan utk update cerita ini lagi. Meskipun lamaaaaa updatenya, author janji bakal menyelesaikan cerita ini 😁😁
Sekali lagi, terima kasih yg sudah suka cerita ini dan setia menunggu ❤️❤️
Happy reading semuanya!!! 😊
.
.
.
.
.
.
Angin siang hari menerpa wajahku saat duduk di bukit, di belakang gedung sekolahku. Aku suka ke sini kadang-kadang ketika aku merasa bosan duduk di atap sekolah. Tempat ini mengingatkanku dengan sekolah di kartun Doraemon. Sangat sejuk dan menenangkan. Sepertinya aku harus sering-sering ke sini karena aku tidak bisa berpikir dengan baik selama dua hari terakhir.
Semua karena Paman Chanyeol.
Seharusnya aku tidak perlu menaruh perhatian lebih terhadap pria yang lebih tua sepuluh tahun dariku itu. Dia sudah dewasa, dan harusnya aku tidak perlu khawatir ketika ia kembali mengunci dirinya di kamar hampir selama dua hari. Ia hanya keluar kamar saat tengah malam, dan itu pun hanya mengambil makanan ringan dan buang air. Setelah itu, ia kembali ke kamarnya lagi, tanpa membiarkanku berbicara dengannya sama sekali. Meskipun ia punya gangguan mental, sepertinya ia sudah baik-baik saja. Jadi, aku tidak perlu memikirkannya, bukan?
"Hah ... dia benar-benar menyebalkan," gumamku pelan.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Aku menoleh ketika mendapati suara dan langkah kaki yang mendekat. "Aku heran denganmu. Kenapa selalu bisa menemukanku padahal aku tidak memberitahumu."
Jungkook mengeluarkan senyum gigi kelincinya lalu duduk di sebelahku. "Kau tidak bisa kutemui di atap sekolah. Jadi kutebak kau ke sini. Soodam mencarimu. Dia tidak punya teman makan."
"Kau, kan, bisa makan dengannya," balasku.
"Dan menjadikan kami sebagai bahan gosip sekolah? Aku tidak mau,"
"Kalian teman, kenapa harus malu? Apa yang mereka gosipkan? Kalian pacaran, begitu? Lantas mengapa-"
"Aku dan Soodam hanya sahabat, oke? Dia cantik, tapi dia bukan tipeku. Begitu juga denganmu. Terlalu sering bersamamu membuatku tidak bisa membayangkan bagaimana jika kau jadi kekasihku. Jadi berhentilah menjodohkan kami," jawab Jungkook dengan wajah merengut. Jelas, ia merasa terganggu dan tak suka sekarang.
"Ya, ya, maafkan aku," balasku. "Habis, kalian terlihat cocok bersama."
Pria mendengkus, lalu membuang mukanya. Sementara aku hanya memberikan senyum usil seperti biasa. Jungkook kemudian menoleh kembali ke arahku pelan-pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Moment ✓
RomanceKupikir takdir mempermainkanku ketika aku harus bertemu dengan pria dingin yang menyeramkan itu, seolah tali takdir itu enggan terputus meskipun aku sudah berusaha mengakhirinya. Di balik itu semua, tersimpan sebuah rahasia yang membentuk sosoknya...
