Keadaan malam ini cukup kacau. Setelah Paman Chanyeol tahu kebenaran dari pernikahan kami—karena kesalahanku—keadaannya jadi memburuk seketika. Aku, ibu, dan ayahku segera pulang ke apartemen tempatku tinggal dan mendapati Paman Chanyeol mengurung diri di kamarnya. Panik, ayah mencoba mendobrak pintu kamar ketika tidak ada jawaban dari Paman Chanyeol, sedangkan ibu menghubungi Tuan Park untuk datang ke sini karena keadaan sedang tidak baik.
Ketika kamar Paman Chanyeol terbuka, keadaannya buruk. Ada pecahan kaca di kamarnya, dan juga tangannya yang terluka.
Maka di sinilah kami sekarang. Aku duduk di kamar apartemen dengan perasaan cemas yang teramat sangat. Di sebelahku, ibu sedang menggenggam jemariku dan mengusap punggungku agar aku berhenti menangis. Di ruang tengah, Ayah, Tuan Park, dan Paman Chanyeol tengah duduk bertiga. Dari dalam sini, aku bisa mendengar percakapan mereka dengan suasana yang sangat mencekam.
"Kenapa kalian tidak pernah bilang padaku? Bahwa pernikahan yang kalian buat untukku hanyalah sebuah perjanjian?! Kalian bahkan tidak mengindahkan wasiat ibuku?!" tanya Paman Chanyeol.
"Chanyeol, kami memang berniat memberitahumu, tapi tidak dengan keadaanmu yang seperti ini," ujar ayahku dengan lembut.
"Sampai kapan? Sampai kapan kalian membuatku menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa, bahwa kalian memanfaatkan perasaanku untuk kepentingan kalian?!"
"Ini bukan untuk kepentingan kami, tapi ini untukmu, Chanyeol!" seru Tuan Park. "Kami ingin kau sembuh dari gangguan mentalmu itu!"
"Dengan memaksaku menikah dengan gadis yang bahkan tidak pernah mencintaiku, begitu?!"
Aku mengepalkan tanganku. Aku ingin berteriak bahwa aku mencintainya! Tapi ibu menahanku agar aku tidak ikut campur dalam urusan mereka untuk saat ini. Dalam diam aku menyesal, karena belum pernah sekalipun, aku menyatakan perasaanku pada pria itu.
"Aku tidak tahu bagaimana perasaan putriku padamu, Chanyeol. Tapi aku percaya, dia tulus peduli padamu. Kami memang salah karena menikahkan kalian, tanpa memberitahumu alasan yang sebenarnya. Tapi jujur, kami ingin kau sembuh," kata ayahku lagi.
Kudengar Paman Chanyeol menghela napas dengan kasar. Aku tahu semua ini mulai terasa melelahkan.
"Aku ingin tidur," jawab Paman Chanyeol tiba-tiba. "Kalian bisa menginap, atau pergi."
"Chanyeol—"
"Apa lagi yang perlu di bahas sekarang?" potong Paman Chanyeol pada ayahnya. "Semuanya sudah jelas. Sohyun menikah denganku bukan karena tulus padaku, melainkan karena iming-iming kuliah keluar negeri, yang sebentar lagi akan dia dapatkan. Keadaanku juga sudah lebih baik. Jadi, bukankah sudah selesai? Jadi kumohon, jangan pernah ganggu aku lagi. Soal perceraian itu, silakan kalian urus, jika mau."
Aku tidak tahan lagi, sungguh! Mengabaikan ibuku, dengan segera aku berlari keluar dari kamarku. Namun terlambat, karena Paman Chanyeol sudah masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya. Dadaku sesak lagi. Aku ingin sekali saja bicara dengannya dan menjelaskan semuanya, mengatakan perasaanku padanya, betapa aku begitu mencintai pria pendiam itu! Tapi kenapa, dia tidak memberikanku kesempatan sama sekali?!
Aku menangis dalam diam, dengan ibu yang mengusap punggungku lembut. Ayah dan Tuan Park mendesah lelah dengan masalah yang secara tidak sengaja, sudah mereka perbuat pada kami.
Tapi semua itu tidak sepenuhnya salah mereka. Aku juga turut andil dalam masalah ini. Jika aku tidak terbawa emosi dan egois, aku tidak akan menyebabkan masalah ini terjadi dan semuanya bisa berakhir dengan baik.
Malam itu, merupakan malam yang sangat melelahkan untukku...
***
Besok adalah ujian perguruan tinggi, tapi aku benar-benar kehilangan semangatku untuk belajar. Aku bahkan sudah tidak berminat lagi memikirkan kuliah di luar negeri karena masalah ini. Tadi pagi, aku berharap bisa mendapatkan kesempatan untuk bicara dengan Paman Chanyeol, tapi tetap saja, dia tidak membuka pintunya hingga aku menyerah dan memutuskan pergi ke sekolah. Di sekolah pun, aku tidak bisa tenang memikirkan Paman Chanyeol. Hasil ujian nasional yang keluar hari ini, tidak membuatku senang sama sekali padahal aku mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Seandainya kami tidak bertengkar, mungkin aku tidak sabar ingin memberi tahu Paman Chanyeol hasil ujianku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Moment ✓
RomansaKupikir takdir mempermainkanku ketika aku harus bertemu dengan pria dingin yang menyeramkan itu, seolah tali takdir itu enggan terputus meskipun aku sudah berusaha mengakhirinya. Di balik itu semua, tersimpan sebuah rahasia yang membentuk sosoknya...