3| Jalur Berkelok

270 60 15
                                    

Soodam sedang berbaris untuk minta tanda tangan dengan para produser musik yang telah selesai memaparkan materi talkshow, sementara aku memilih untuk berdiri di tempat yang cukup jauh. Tidak berminat menemani Soodam, apalagi jika harus berpapasan dengan Park Chanyeol. Tapi hal yang membuatku heran adalah sikapnya semalam sedikit berbeda dengan saat ini, meskipun tidak bisa dipungkiri tatapan matanya tetap terlihat dingin dan menyeramkan. Berbanding terbalik dengan pria yang duduk di sebelah Chanyeol. Pria yang katanya seumuran Chanyeol itu bernama Kim Seokjin. Dia lebih murah senyum dan suka bercanda. Mengingat perbincangan di talkshow tadi, keduanya adalah rekan kerja satu agensi sebagai produser musik.

Aku menghela napas kasar saat Soodam sudah tepat di hadapan Chanyeol. Dari kejauhan, aku bisa melihat betapa senangnya gadis itu bisa berhadapan langsung dengan idolanya. Mereka terlibat percakapan singkat dan tiba-tiba Soodam menoleh ke arahku, diikuti tatapan mata Chanyeol.

Oh, sial!

Cepat-cepat aku memutar tubuhku, pura-pura tidak melihat mereka. Kuharap Chanyeol tidak tahu aku ada di sini. Bahkan saat duduk tadi pun, aku memilih menutup wajahku dengan masker agar ia tak bisa mengenaliku.

Lima menit berlalu, Soodam akhirnya selesai dengan urusannya.

"Kau sudah selesai? Ayo pulang," ujarku.

"Sohyun, aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya tapi ...," Soodam menghentikan kalimatnya, membuatku tertegun. Ekspresi wajahnya terlihat ragu-ragu, dan pada akhirnya ia melanjutkan, "... katanya Park Chanyeol ingin bertemu denganmu."

"Hah?!" seruku cepat.

"Kau kenal dengan Park Chanyeol, ya? Dia bilang kalian saling mengenal," kata Soodam yang membuat dadaku berdebar tak tenang. Astaga, jadi itu yang mereka bicarakan sampai keduanya menoleh ke arahku tadi?! Aku bingung harus menjawab bagaimana, tapi pada akhirnya terpaksa aku mengakuinya.

"Ya, aku kenal Park Chanyeol," jawabku, yang kali ini berhasil membuat rahang Soodam jatuh ke bawah.

"Sungguh?! Kenapa kau tidak bilang padaku tadi?!"

"Kami hanya saling tahu, tapi tidak dekat. Ayahku bekerja dengan ayahnya," jelasku. Kulirik sosok Chanyeol yang kini tengah menatapku dengan tajam. Tatapan itu seolah-olah memberikanku kode bahwa ia ingin bicara denganku setelah kegiatan ini berakhir. Sebenarnya, bisa saja aku tidak mempedulikannya, memilih untuk pulang lalu mengistirahatkan tubuhku. Tapi kurasa aku harus bicara dengannya, mengingat hal yang tak menyenangkan yang kami alami semalam.

***

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Chanyeol setelah aku bertemu dengannya. Kami berada di ruang tunggu kosong, sementara Soodam menunggu di luar ruangan.

"Apalagi? Tentu menemani temanku ke sini," jawabku.

"Kau tahu pekerjaanku?"

"Ya, setelah aku melihatmu hari ini, Ahjussi." Chanyeol menatapku tajam saat mendengar aku memanggilnya begitu. "Aku belum terlalu tua untuk mendapat julukan itu."

"Aku tidak peduli. Yang jelas, kau tetap pria tua yang tidak suka mengalah."

"Aku punya alasan kenapa kotak musik itu harus kudapatkan," jawabnya lalu menyandarkan tubuhnya di dinding sambil melipat tangan. Ia tahu apa yang jadi topik pembicaraan barusan.

"Apa yang ingin kau bicarakan? Jika tidak ada, aku mau pulang."

Ia menatapku dingin. "Tolak perjodohan itu."

Eternal Moment ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang