Aku meringis sembari menahan sakit di sudut bibirku yang terluka. Sesekali menjauhkan telingaku dari sumber suara tangis yang kencang di sebelahku.
Dia, Han Yura, penampilannya sekarang lebih buruk dariku.
Jika kalian pikir aku kalah saat mereka merundungku, maka jawabannya adalah tidak!
Aku menghabisi Han Yura dan keempat temannya sendirian, menjambak, menendang, dan memukul mereka semampu yang kubisa. Dan inilah yang terjadi pada akhirnya. Pertengkaran kami didengar salah satu murid di luar ruang musik, dan ia melaporkannya kepada guru kedisiplinan, yang pada akhirnya menyidak kami.
Han Yura masih menangis histeris setelah rambutnya berhasil kujambakㅡlagiㅡdengan kencang hingga beberapa helai rambutnya rontok. Kami berdua duduk di dalam ruang Pak Kim Suho, guru kedisiplinan yang berwajah tampan namun bermulut wanita.
"Kenapa kalian bisa bertengkar seperti ini, eoh?!" serunya dengan gaya bicara yang berlebihanㅡmenurutku. "Sohyun, kenapa kau membuat Yura babak belur seperti ini?!"
"Dia yang mulai duluan, Pak," ujarku pelan.
"BOHONG!!! HUAAA!!!"
Aku mengernyit lagi lalu menjauhkan telingaku dari suara tangis Yura yang kembali meraung, yang bisa memekakkan telingaku kapan saja. Dia selalu seperti ini ... berlebihan. Dia tukang bully, tapi dia juga menangis saat dirundung. Pak Suho menghela napasnya kasar ketika melihat kami berdua.
"Aku ingin orang tua kalian datang sekarang juga. Mereka harus tahu apa yang kalian lakukan di sekolah. Astaga, kalian itu perempuan tapi suka berkelahi! Ini sudah kedua kalinya kalian berkelahi seperti ini," kata Pak Suho lagi.
Maka meneganglah tubuhku saat mendengar ucapan Pak Suho, sementara Han Yura tanpa ragu langsung menghubungi kedua orang tuanya yang kutahu adalah pejabat. Aku tidak mau orang tuaku tahu jika aku berkelahi. Aku harus bagaimana...
Tiba-tiba aku teringat soal Paman Chanyeol. Meskipun ragu, aku pada akhirnya menghubunginya. Berharap dia mengangkat panggilanku, namun tiga kali panggilan, Paman Chanyeol tidak menjawabnya. Dan hal ini membuatku semakin cemas ketika Pak Suho terus menanyakan kapan orang tuaku datang. Aku tidak bisa bertemu Jungkook dan Soodam untuk meminta tolong karena aku ditahan di dalam ruang guru.
Di saat aku hampir saja menangis, sebuah panggilan masuk ke gawaiku. Dengan cepat aku menjawabnya saat nama Paman Chanyeol terpampang di sana.
"Paman!" panggilku pelan sembari berdiri di sudut ruangan agar Pak Suho dan Yura tak mendengar apa yang kami bicarakan.
"Kenapa?"
"Bisakah kau menolongku?" tanyaku. "A-aku berkelahi di sekolah, dan guruku menyuruh orang tuaku datang ke sekolah. Tapi aku tidak mau membuat kedua orang tuaku tahu, jadi bisakah kau datang sebagai waliku?"
Kudengar Paman Chanyeol menghela napasnya kasar. Aku takut dia akan marah dan menolak permintaanku, namun jawabannya membuat netraku terbelalak tak percaya.
"Sepuluh menit lagi aku akan tiba," jawabnya.
***
Aku pernah melihat adegan seperti ini di drama-drama tentang sekolah, di mana adegan orang tua dari masing-masing murid yang bertengkar datang ke sekolah. Satu berasal dari keluarga miskin, satunya dari keluarga kaya. Siapa sangka, kini aku harus merasakannya sendiri kali ini. Terlebih lagi Yura masih merengek dan menangis, seolah-olah dia adalah korban di sini.
"Saya tidak terima jika anak saya diperlakukan seperti ini! Ini namanya kekerasan dan saya bisa menuntut keadilan di sekolah ini!" seru ayah Han YuraㅡHan Kibum, salah satu anggota dewan rakyat. Pria tua itu berbicara dengan nada menggebu-gebu yang membuatku ikut kesal, sementara Paman Chanyeol hanya duduk diam di kursinya mendengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Moment ✓
RomanceKupikir takdir mempermainkanku ketika aku harus bertemu dengan pria dingin yang menyeramkan itu, seolah tali takdir itu enggan terputus meskipun aku sudah berusaha mengakhirinya. Di balik itu semua, tersimpan sebuah rahasia yang membentuk sosoknya...