12| Dia yang Sebenarnya

259 50 15
                                        

Festival sekolah akan dilaksanakan besok, sehingga hari ini aktivitas belajar sekolah diliburkan, diganti dengan kegiatan siswa-siswa yang akan melakukan berbagai macam hal untuk festival besok. Sebenarnya aku ingin ke sekolah, tapi mengingat kasus perkelahianku kemarin, aku jadi malas. Aku malas harus bertemu dengan Han Yura di sekolah hari ini, sehingga aku memutuskan tidak ke sekolah. Sebagai gantinya, nanti sore Soodam dan Jungkook mengajakku untuk latihan musik bersama untuk penampilan besok.

Aku menghabiskan waktuku pagi ini di kamarku saja setelah membuat sarapan. Mungkin menonton beberapa film menyenangkan juga. Namun sebuah panggilan membuyarkan keinginanku untuk bersantai. Apalagi ketika aku melihat nama Paman Seokjin berada di layar gawaiku.

"Halo?" jawabku.

"Oh, Sohyun, apakah kau sedang sibuk sekarang?" tanya Paman Seokjin.

"Aku ingin menonton film sambil makan karena tidak ada kegiatan. Memangnya kenapa, Paman?"

Paman Seokjin tertawa kecil saat mendengar jawabanku. "Bisakah kau datang ke studio musik sekarang?"

"Kenapa?" tanyaku mulai penasaran. "Bukankah ada Paman Chanyeol di sana?"

"Justru karena ada dia di sini, aku ingin kau datang dan melihatnya."

Aku terdiam sejenak, kembali teringat bagaimana sikapnya yang dingin dan menyebalkan kemarin. "Aku tidak mau."

"Aku tahu apa yang terjadi antara kau dan Chanyeol. Pria itu cerita padaku, dan jujur, dia merasa bersalah padamu, Sohyun," ujar Paman Seokjin.

Pernyataan Paman Seokjin kembali membuatku terdiam dan bertanya dalam hati. Apakah benar yang diucapkannya tentang Paman Chanyeol? Apakah benar pria itu merasa bersalah dengan apa yang terjadi kemarin? Aku jadi teringat lagi kotak obat yang Paman Chanyeol berikan padaku sebelum ia pergi. Benarkah itu bentuk penyesalannya?

"Kumohon datanglah. Ada sesuatu yang ingin kutunjukan padamu," kata Paman Seokjin lagi, memecah lamunanku.

"Baiklah," jawabku pada akhirnya. "Setelah sarapan, aku akan ke studio."

"Oke, aku tunggu!" balas Paman Seokjin, lalu ia mengakhiri panggilannya.

***

Aku tiba di gedung agensi setengah jam kemudian. Sepertinya ini masih jam sibuk dan aku merasa ragu untuk masuk ke dalam. Namun karena satpam yang menjaga melihatku dan mengizinkanku masuk atas izin Kim Seokjin, maka dari itu aku memberanikan diri masuk ke gedung. Orang-orang yang ada di gedung agensi ini beberapa kali menatapku. Tentu saja aku merasa tak nyaman, tapi mau bagaimana lagi. Sebuah pesan masuk dari Paman Seokjin, menyuruhku langsung naik ke lantai atas, tempat ruangan studio produser musik berada.

Ketika aku sampai di lorong ruangan, aku melihat pintu studio musik Paman Chanyeol terbuka. Samar-samar, aku mendengar suara piano yang mengalun dari sana. Kupelankan langkah dan kucoba untuk mendekat ke arah pintu. Aku mengintip sedikit dan tertegun ketika melihat Paman Chanyeol sedang bermain piano. Permainan pianonya sangat baik dan membuatku larut dalam setiap nada yang ada.

Aku harus mengakui bahwa rasa raguku untuk bertemu dengannya kali ini menguap begitu saja karena mendengar permainan pianonya yang bagus. Mungkinkah ini diri Park Chanyeol yang sebenarnya? Dia tampak berbeda dari apa yang kulihat setiap hari. Apakah ini yang ia lakukan tiap hari di kamarnya? Tapi kenapa aku tidak bisa mendengar suara musik dari dalam sana?

Ketika aku ingin melangkah sedikit lebih dekat lagi, tiba-tiba tidak sengaja aku menendang pintu. Sontak Paman Chanyeol menghentikan permaiannya dan menoleh ke arahku. Netranya membesar ketika melihat keberadaanku di sini. Aku dilanda panik ketika ia mulai berdiri dan berjalan ke arahku. Astaga, ke mana Paman Seokjin?!

Eternal Moment ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang