17| Aku Sayang Padamu

263 55 25
                                        

Es krim vanila dan roti isi krim cokelat adalah perpaduan terbaik yang dapat membuat perasaanku membaik kapan saja. Terima kasih kepada ibuku yang menyiapkan ini saat aku tiba di rumah dengan wajah muram dan perasaan marah.

"Makannya pelan-pelan, Sohyun, kau bisa tersedak nanti," kata ibu seraya mendudukkan dirinya di sebelahku.

"Tenang saja, Bu," jawabku dengan roti di sebelah rongga mulutku. Kusuapkan lagi satu sendok es krim ke dalam mulutku. "Aku ahlinya makan ini dengan cepat."

Ibuku menghela napas pelan lalu ia tersenyum tipis. "Apakah ada masalah dengan suamimu sampai-sampai kau ke sini?"

Aku berdecak saat ibu membicarakannya. Ah, perasaanku jadi buruk lagi sekarang. "Jangan bahas Paman Chanyeol, Bu. Aku benci padanya."

"Astaga, ada apa, hm?" tanya ibu dengan mata melebar, lalu ia tersenyum. "Jika itu karena masalah kecil, sebaiknya kalian tidak bertengkar seperti ini."

Aku ingin sekali cerita pada ibu tentang apa yang terjadi, bagaimana sikap Paman Chanyeol yang tidak pernah bersikap membelaku jika aku terlibat masalah dengan Han Yura si tukang bully itu. Tapi, bisa-bisa aku juga kena marah oleh ibu karena bertengkar di sekolah. Dulu, aku juga pernah bertengkar dengan teman laki-lakiku dan pulang dalam keadaan luka. Ayah dan ibu memberiku ceramah selama tiga jam penuh, dengan kesimpulan dari seluruh isi ceramahnya bahwa perempuan itu tidak boleh berlaku kasar apalagi memukul seseorang.

Aku tidak mau dapat ceramah yang sama selama tiga jam ke depan dari ibuku untuk saat ini.

"Bisakah hari ini saja aku tidur di sini? Aku sungguh tidak mau bertemu Paman Chanyeol untuk sementara," balasku.

"Baiklah, baik," kata ibuku. "Untuk malam ini saja, ya. Kasihan suamimu ditinggal sendirian di rumah. Besok, kau harus pulang. Mengerti?"

Aku mengangguk sambil tersenyum. Ibu kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan makan malam. Setelah aku menikmati camilanku, aku pun memutuskan untuk mandi dan istirahat di kamarku.

Ah, kamar kesayanganku ... belum berubah sedikitpun sejak aku meninggalkannya beberapa bulan lalu. Aku melonjak girang saat melihat lagi buku novel dan komik yang tertera rapi dan bersih di rak buku. Ibu sepertinya selalu membersihkan kamarku setiap hari. Aku mendudukkan diri di kursi belajar kesayanganku, lalu mengeluarkan buku sekolahku. Ada PR yang harus dikumpul minggu depan, tapi mumpung dalam keadaan semangat, aku putuskan untuk mengerjakannya sekarang.

Semula, beberapa soal bisa kukerjakan dengan baik. Namun tiba-tiba entah dari mana datangnya, bayangan wajah Paman Chanyeol kembali melintas di kepalaku, membuatku menghentikan tulisanku.

"Ah, sial..." lirihku. Aku kembali berusaha mengerjakan tugas lagi, tapi sepertinya tidak lagi berhasil karena bayangan wajah Paman Chanyeol menghantui diriku.

"Argh!" seruku sembari menggaruk kepalaku yang gatal tiba-tiba. Sepertinya aku butuh es krim lagi. Aku putuskan untuk ke dapur dan mengambil beberapa camilan guna memperbaiki perasaanku. Tapi, saat aku membuka pintu kamar, yang kudapati adalah sosok Paman Chanyeol—yang entah sejak kapan ada di sini—tengah berjalan ke kamarku. Kami berdua terdiam beberapa saat karena terkejut, tapi dengan cepat aku kembali masuk ke kamarku dan menutup pintu.

"Yak, Kim Sohyun!" serunya sambil berjalan cepat. Aku bisa mendengar langkah cepatnya saat menutup pintu, dan kudengar gedoran di pintuku.

"Hei, buka pintunya!" katanya lagi sambil menggedor pintuku lebih kencang.

"Tidak mau, karena kau menyebalkan!" balasku masih bersandar pada pintu kamarku.

"Sohyun, jangan seperti ini!" terdengar suara ibuku. "Chanyeol sudah susah payah pergi ke sini untuk menjemputmu."

Eternal Moment ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang