"Kenapa hari ini kau terlihat lesu lagi?"
Aku melirik ke arah Jungkook yang terlihat fokus dengan buku pelajarannya. "Belajar saja sana."
"Aku tidak bisa konsentrasi jika lihat wajahmu seperti itu. Ada apa lagi? Kau bertengkar dengan Park Chanyeol?" tanyanya seraya menutup buku dan menatapku.
"Bisakah kau tidak usah menyebut namanya?"
Jungkook mengangguk kecil lalu menghela napas. "Tebakanku berarti benar. Ada apa lagi dengannya?"
"Aku tidak mau membahas itu," ujarku lalu bangkit berdiri dari dudukku sejak tadi di rooftop gedung sekolah. "Soodam mana?"
"Dia sedang latihan bernyanyi di ruang musik untuk acara ulang tahun sekolah nanti," jawab Jungkook. Aku mengangguk pelan lalu berjalan menuju pintu masuk. "Kau mau ke mana?!"
"Ke kelas, aku ingin merebahkan kepalaku," jawabku lalu berjalan meninggalkan Jungkook yang masih duduk di tempatnya.
Karena kejadian kemarin, hari ini aku benar-benar kehilangan semangat. Sedih dan kecewa, seperti itu rasanya ketika niat baikmu ditolak mentah-mentah oleh orang yang sangat ingin kau kenal dengan baik. Dari tadi pagi, aku tidak bisa menghilangkan bayangan Paman Chanyeol dari kepalaku, membuatku tidak konsentrasi mengikuti pelajaran sekolah hari ini.
Kuputuskan untuk pergi ke toilet, berniat membasuh wajahku. Tapi langkahku terhenti saat di pintu masuk, karena aku mendengar suara bentakan ... dan tangis perempuan. Aku mendekat ke pintu, mencoba mendengarkan apa yang terjadi. Tak butuh waktu lama, aku segera masuk ke dalam toilet, dan terkejut mendapati seorang gadis tengah dirundung oleh yang tak lain tak bukan, Han Yura dan teman-temannya.
"Apa yang kalian lakukan?!" seruku panik melihat gadis berkacamata itu menangis dengan keadaan yang berantakan. Yura menatapku dengan pandangan sinis bercampur jijik. Ia kemudian melepaskan cengkramannya dari rambut gadis itu dan berjalan ke arahku.
"Wah, ada yang mau jadi pahlawan kali ini," katanya.
"Pergi dari sini, atau aku adukan semuanya ke guru kedisiplinan!" seruku tertahan. Sungguh, aku benci kasus perundungan seperti ini, seperti di drama saja.
Yura mendengkus sambil tertawa kecil. "Kau ingin merasakan apa yang dia rasakan, huh? Jangan ikut campur urusanku dasar tukang cari muka!"
Aku mengepalkan tanganku dengan kencang, ingin sekali meninju wajahnya itu sekarang! Tapi aku tidak boleh melakukannya karena bisa-bisa aku yang kena kali ini.
"Aku bukan seperti dia yang lemah jika kalian rundung. Aku bisa membalas kalian lebih kejam dari pada ini. Jadi sekarang pergi dan lepaskan dia!" ujarku dengan penuh penekanan. "Jika kau tidak pergi, aku akan menarik rambutmu dengan kencang. Kau tidak mau 'kan jika rambutmu rontok seperti yang sudah pernah sebelumnya?"
Aku tersenyum kecil penuh kemenangan saat kulihat raut wajah ketakutan Yura. Ya, dia pasti tak akan pernah lupa bahwa empat bulan yang lalu, aku pernah berkelahi dengannya dan menjambak rambutnya kencang hingga banyak rambutnya rontok. Jangan lupakan penampilannya juga seperti orang gila. Untungnya waktu itu aku hanya dihukum membersihkan toilet karena membuatnya menangis. Jika saja dia bukan anak dewan rakyat, satu sekolah pasti membicarakannya hingga sekarang.
"Kali ini aku membiarkanmu, Sohyun," ujarnya geram. "Tapi tidak untuk lain kali." Yura kemudian melangkah pergi meninggalkan toilet, disusul oleh teman-temannya yang menatapku dengan sinis. Aku melangkah mendekat ke arah gadis berkacamata dan membantunya berdiri. Dia mungkin korban perundungan Han Yura yang ketiga.
"Kau baik-baik saja? Apakah ada yang terluka?" tanyaku.
Dia menggeleng. "Terima kasih, Sohyun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Moment ✓
DragosteKupikir takdir mempermainkanku ketika aku harus bertemu dengan pria dingin yang menyeramkan itu, seolah tali takdir itu enggan terputus meskipun aku sudah berusaha mengakhirinya. Di balik itu semua, tersimpan sebuah rahasia yang membentuk sosoknya...
