Pagi ini, aku memutuskan untuk pulang ke apartemen Paman Chanyeol. Meski ada rasa takut, aku harus berani bertemu dengan Paman Chanyeol hari ini. Salju pertama turun pagi ini, membuat langit dipenuhi benda putih berterbangan, membuat aku semakin merasa gugup.
Ketika aku tiba di apartemen dan membuka pintu, aku menahan napasku ketika melihat sepatu Paman Chanyeol berada di sana. Jiwon benar-benar mengantar Paman Chanyeol pulang semalam. Aku berjalan masuk ke dalam tanpa suara, dan tertegun ketika melihat pria itu tidur di sofa dengan tubuh meringkuk. Ia hanya mengenakan sweater dan celana panjang, tanpa selimut yang menutup tubuhnya.
"Astaga," gumamku mulai cemas karena semalam itu cukup dingin, apalagi hari ini karena turun salju! Bagaimana dia tidur di sini tanpa mengenakan selimut sama sekali?! Aku cepat-cepat melangkah ke kamarku dan mengambil selimut milikku. Setelah itu aku berjalan ke arah Paman Chanyeol dan mulai menyelimuti tubuhnya. Namun sepertinya pria itu terusik karena selimutku yang menyentuh tubuhnya, membuat Paman Chanyeol terbangun dari tidurnya. Netra kami bertatapan dan tubuhku membatu untuk sejenak karena terkejut. Terlebih lagi wajahnya itu hanya berjarak lima belas centimeter dari wajahku.
Sesaat, aku menyadari wajahnya yang terlihat lebih kurus dari terakhir aku melihatnya. Entah mengapa itu membuat hatiku sedih.
"Sohyun... apakah itu kau?" tanyanya lirih.
Aku mengangguk. "Kenapa Paman tidur di luar? Udaranya dingin. Paman bisa sakit."
Pria itu kemudian bangun dari tidurnya dan menatapku lekat. Dari wajahnya, aku tahu ada banyak hal yang ingin dia bicarakan denganku. Tapi ada baiknya aku menyiapkan sarapan dulu untuknya.
"Paman tunggu di sini, aku siapkan teh hangat untukmu," ujarku sembari merapikan selimut, menutupi tubuhnya dengan baik. Pria itu tidak menjawab dan hanya menatapku dalam diam selama aku berada di dapur. Aku menyiapkan teh hijau hangat untuknya, dan sepiring kue kering di dalam toples, yang kubawa dalam perjalanan ke sini. Setelah itu aku meletakkannya di atas meja kecil dan duduk di sebelah Paman Chanyeol.
Aroma teh hijau yang hangat itu perlahan menyapa penghiduku, dan kami hanya saling diam setelah duduk beberapa saat. Aku menunggunya berbicara lebih dulu, meskipun ada banyak hal yang ingin kukatakan juga padanya. Kulirik pria itu, yang ternyata terlihat bingung dan ragu. Jemari-jemarinya yang besar terlihat memainkan ujung selimut di tubuhnya.
"Bagaimana kabarmu, Paman?" tanyaku pada akhirnya memulai pembicaraan. Pria itu menoleh ke arahku lalu tersenyum tipis.
"Aku tidak baik-baik saja," ujarnya.
"Kau terlihat sangat kurus. Tidak makan dengan baik?"
"Bagaimana aku bisa makan dengan baik jika setiap hari aku merindukanmu, Sohyun," jawabnya lirih. Kini, matanya benar-benar menatapku dengan tatapan sendu. Dia menghela napas lalu menunduk dalam. "Aku minta maaf. Aku minta maaf untuk semuanya."
Dengan cepat aku menggeleng. "Tidak. Aku yang harusnya minta maaf. Aku minta maaf karena telah menyembunyikan semua ini darimu."
Pria itu tersenyum lagi, lalu dengan perlahan, ia merebahkan kepalanya di pundakku. Sementara aku hanya bisa mematung, merasakan hatiku yang perlahan menghangat.
"Kau tidak pernah salah, Sohyun. Semua ini terjadi karena aku. Karena aku yang punya penyakit mental, kau harus kehilangan masa remaja yang menyenangkan karena berurusan dengan pria sepertiku. Jika bukan karena aku, kau tidak perlu merasakan hal ini, kan?"
"Tidak ada yang perlu disalahkan lagi, Paman. Hanya situasi yang membuatnya jadi seperti ini. Seandainya aku tidak egois dan tidak kekanakan, tentu aku tidak harus membuatmu tahu hal ini dengan cara yang salah. Aku benar-benar berniat memberitahu semuanya padamu, Paman. Tapi aku takut. Aku takut kehilanganmu," jawabku. Setengah mati aku menahan air mataku, tapi sekarang gagal. Paman Chanyeol meraih jemariku yang terasa dingin, kemudian ia menggenggamnya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Moment ✓
RomanceKupikir takdir mempermainkanku ketika aku harus bertemu dengan pria dingin yang menyeramkan itu, seolah tali takdir itu enggan terputus meskipun aku sudah berusaha mengakhirinya. Di balik itu semua, tersimpan sebuah rahasia yang membentuk sosoknya...
