Aku memutuskan untuk bangun pagi-pagi sekali karena tidak mau bertemu dengan Paman Chanyeol. Hari ini cuaca mendung dan sepertinya akan turun hujan. Tidak mau membuang waktu, aku langsung pergi ke sekolah dengan naik bus. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, perasaanku campur aduk. Isi kepalaku masih tentang Paman Chanyeol dan Han Jiwon. Bayang-bayang mereka berpelukan di ruang rawat rumah sakit waktu itu masih membayangiku dan membuat hatiku sakit.
Ketika sampai di sekolah, hujan turun dengan deras, membuatku mendesah lesu. Bahkan langit pun seolah tahu kalau aku sedang bersedih. Kulangkahkan kakiku menuju koridor sekolah yang tampak sepi dan suram karena belum ada orang sama sekali. Ketika kubuka pintu kelas, aku terkejut saat melihat Jungkook berada di sana. Pria itu tengah duduk sembari membaca buku dengan earphone di telinganya, dan menoleh ke arahku ketika aku berjalan masuk.
"Oh, selamat pagi!" sapa Jungkook lalu tersenyum. Senyumnya terlihat cerah, berbanding terbalik dengan hari ini serta suasana hatiku.
"Sejak kapan kau di sini? Ini baru jam enam!" seruku lalu duduk di kursiku. Jungkook membalikkan tubuhnya menghadapku dan tersenyum lagi.
"Sepuluh menit yang lalu aku sampai di sini. Aku takut hujan semakin deras dan terlambat pergi ke sekolah," jawabnya. "Kau sendiri, kenapa datang pagi?"
"Alasan yang sama denganmu," jawabku. Namun Jungkook menaikkan alisnya.
"Jangan berbohong. Aku tahu kau berbohong. Kau bertengkar lagi dengan Chanyeol?"
"Kenapa kau berpikir demikian?"
"Kau bisa pergi ke sekolah dengan naik mobil jika memang nanti hujan. Chanyeol pasti akan mengantarmu tepat di depan gerbang sekolah, jadi kau tidak perlu repot-repot jalan kaki untuk menghindari hujan. Menghindari Chanyeol adalah salah satu alasan kenapa kau pergi pagi-pagi sekali sendirian. Benar, kan?" jelasnya panjang lebar membuatku terperangah.
"Kau sudah seperti detektif saja!" seruku, dan dia terkekeh kecil. Wajahnya kembali serius menatapku. Tatapannya seperti seorang kakak yang sedang menghadapi adiknya yang memiliki masalah.
"Mau cerita padaku? Apa yang terjadi di rumah sakit hingga membuatmu ingin mengakhiri hubunganmu dengan Chanyeol? Padahal aku tahu, kau menyukainya," tanyanya.
"Bukankah dari dulu aku memang berniat untuk melupakannya meskipun menyukainya?" ujarku.
"Tapi tetap saja. Dari caramu memandang Chanyeol waktu kita di pameran itu, aku tahu kau tidak akan pernah meninggalkannya karena kau sangat menyukainya," kata Jungkook. Pria itu menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. "Matamu tidak bisa membohongi perasaan itu, Sohyun. Kau menyukainya ... bahkan mungkin mencintainya. Aku tidak mau keputusanmu nanti malah menyakitimu."
Tanpa sadar air mataku telah menggenang di pelupuk mata saat mendengar perkataan Jungkook. Aku berusaha menahannya agar tidak jatuh, tapi sia-sia. Kelamnya pagi ini menambah rasa emosional di dalam dadaku. Jungkook berusaha menenangkanku dengan meraih kedua tanganku dan menggenggamnya erat, berusaha menyalurkan dukungan untukku.
Tidak perlu kata-kata untuk menjelaskan bahwa aku setuju dengan ucapan Jungkook. Aku mencintai pria pendiam itu melebihi aku mencintai diriku sendiri. Aku percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi, sepertinya aku hanyalah gadis naif yang menolak mengakui bahwa situasinya kini mungkin tak lagi sama seperti yang kuharapkan.
"Apa yang harus kulakukan, Jungkook?" tanyaku di sela tangis. "Apa yang harus kulakukan jika Paman Chanyeol memilih meninggalkanku untuk seseorang yang masih dia cintai?"
Jungkook bungkam. Hanya ekspresinya yang berbicara bahwa ia juga tidak tahu harus bagaimana. Yang ia bisa lakukan hanya menggenggam tanganku dengan erat, hingga tangisku berhenti karena sekolah yang perlahan-lahan mulai ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Moment ✓
RomanceKupikir takdir mempermainkanku ketika aku harus bertemu dengan pria dingin yang menyeramkan itu, seolah tali takdir itu enggan terputus meskipun aku sudah berusaha mengakhirinya. Di balik itu semua, tersimpan sebuah rahasia yang membentuk sosoknya...
