3

8.6K 530 42
                                    


Tok
Tok

"Bun... Kila pulang."

Ceklek

"Kila kok pulan- ya ampun!! Kamu bawa bujang siapa ini?!" Dinda.

"Dia Kakak Pilot yang Kila ceritain."

"Oh Kila ceritain Kakak ke Bunda Kila?"

"Bunda yang kepo."

"Kakak Pilotnya Kila astaga tampan sekali!! Mari mari masuk, rumah Bunda akan selalu terbuka untuk kamu." Dinda sangat antusias sekali mempersilahkan Pratama untuk masuk ke rumahnya.

"Jangan! Kakak Pilot langsung pulang aja." tahan Kila ketika Pratama sudah menginjakan satu kakinya di keramik ruang tamu rumah Kila.

"Aishh Kila sayang tidak boleh seperti itu. Kakak Pilot kan tamu."

"Dia hanya ingin mengantar Kila Bunda.."

"Sekarang Kakak ingin bertamu juga." Saut Pratama. Kila tampak mematung menatap Pratama garang seolah olah ingin memakannya hidup hidup. Setelah ini sudah pasti Kila akan disuruh duduk diruang tamu dan mendengarkan ocehan yang menurut Kila sangat tidak enak jika dibandingkan dengan jajanan milik Kila. Kila lebih memilih tidur di kamar dari pada harus duduk di ruang tamu bersama Ayah, Bundanya dan juga Kakak Pilot.

"Dengar Kila? Jadi mari masuk.." Dinda meninggalkan Pratama dan Kila didepan, Dinda akan menyiapkam minuman dan camilan untuk Kakak Pilot anaknya dengan tangan sendiri bukan Bi Sari.

"Iya terimakasih."

"Kakak Pilot jangan lama lama."

"Tidak hanya 1 jam."

"Apa?!! 1 jam itu lama!"

"55 menit?"

"Buat apa? Hanya beda 5 menit." Kila sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada dan menatap Pratama malas.

"50 menit?"

"Beda 10 menit."

"Baiklah, 10 menit saja."

"Sungguh?" Ucap Kila dengan wajah riang dan berseri serinya.

"Ya."

"Baiklah, mari masuk."

Pratama menggigit pipi bagian dalamnya menahan sekuat tenaga agar tidak berteriak melihat kelucuan Kila. Bagaimana tidak, wajah murung seketika berubah menjadi wajah ceria hanya karena waktu 10 menit. Benar benar bocah.

Sekarang di ruang tamu, Ayah, Bunda, Pratama dan Kila terlihat asik mengobrol emm ralat pengecualian untuk Kila. Kila hanya diam sesekali mengangguk dan menggeleng sebagai respon dari ucapan Ayah dan Bundanya.

"Apa Kila seperti ini? Memilih diam dari pada ikut mengobrol?" Tanya Pratama kepada Ayah Bunda Kila.

"Yah begitu, dia terlalu malas untuk mendengarkan suara suara orang yang mengobrol. Dia bahkan mungkin lebih memilih menyendiri di kamar dengan ice cream ice cream kesayangannya." Arif.

"Tapi dia sangat cerewet bukan?" Pratama melirik ke arah Kila dan dibalas tatapan tajam dari Kila. Bukannya menakutkan, malah seperti kelinci yang menggeram. Sangat lucu.

"Memang, Kila memang sangat cerewet, tapi tidak saat seperti ini. Dia hanya akan memasang telinga. Emm kalau kami boleh tau, nama Kakak Pilot siapa?" Dinda.

"Oh saya Pratama, Pratama Aditawijayanto."

"Pratama rupanya.. Umur berapa nak?" Arif.

"25 tahun."

"Emm jadi Pilot? Diusia 25 tahun?" Arif.

"Ya."

"Apa otakmu ajaib? Kalo iya, sihir otak Kila sekalian." Arif.

Hi, Kakak Captain! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang