6

5.8K 389 13
                                    

"Mana Kakak Pilot mu itu?"

"Entah! Kila sebel. 10 menit Kila menunggu. Lebih baik dijemput Pak Jo saja!" Kila menghentak hentakkan kakinya kesal, wajahnya sangat kentara sekali bahwa gadis mungil itu sedang kesal. Kila memang tak suka menunggu, mau menunggu asalkan dibelikan ice cream, karena Kila akan melupakan yang lain dan sibuk dengan ice creamnya.

"Apa Kila sudah bilang ke Kakak Pilot?"

"Sudah."

"Kita tunggu saja."

"Apa Lala tidak pulang saja? Takut Bunda Lala marah."

"Tidak. Mana mungkin aku membiarkanmu menunggu sendirian."

"Baiklah."

Tak lama kemudian datang mobil putih berhenti tepat di depan Kila dan Lala. Orang pemilik mobil menurunkan kaca mobilnya sampai wajah tampannya terlihat. Emm sangat tampan sampai Kila dan Lala terbengong ditempat. Bagaimana tidak terbengong, wajah tampan, topi hitam bertengger manis dikepala serta gingsul yang terlihat ketika tertawa.

"Kalian masih betah memandangi wajah Kakak?"

Seketika itu Kila dan Lala salah tingkah sendiri, Kila berpura pura membenarkan poninya sedangkan Lala berpura pura membenarkan dasi yang dia pakai.

"Apa dia Kakak Pilot mu?" Lala berbisik pelan tepat ditelinga Kila.

"Iya."

"Sialan! Tampan sekali."

"Kila tidak mau masuk?" Pratama.

"Iya masuklah dan aku akan pulang." Lala mendorong dorong Kila dari belakang, seolah olah ingin Kila segera pergi dan berdua di mobil hanya bersama Pratama.

"Apa Lala tidak gabung saja?"

"Ah tidak tidak! Rumahku dekat. Jadi cepat masuklah!" Lala kembali mendorong dorong tubuh Kila dari belakang sampai Kila berhasil masuk ke dalam mobil Pratama.

"Babay Kila sayang!"

"Ah iya dah."



Suasana didalam mobil sangat sangat canggung, tidak ada obrolan sama sekali jangankan obrolan deheman saja tidak ada. Mereka sama sama sibuk dengan pikirannya, Kila dengan pikiran ingin keluar dari mobil karena dia tidak suka suasana canggung seperti ini, dan Pratama yang memikirkan bagaimana cara agar bisa memecahkan kecanggungan ini. Ya dan salah satunya adalah dengan memulai pembicaraan.

"Apa Kakak lama?"

Kila menoleh, tak menatap jalan sampingnya tapi beralih menatap Pratama dengan wajahnya yang seolah olah ingin memakan Pratama hidup hidup.

"Ya!! Kalau tidak niat ingin menjemput tidak usah menjemput Kila, biar Pak Jo saja. Kakak hanya ingin membuat Kila menunggu! Andai Pak Jo yang menjeput Kila, Kila tidak akan dibuat menunggu!"

"Tentu, Pak Jo supir keluarga Kila. Pak Jo mengabdi ke keluarga Kila apapun perintah dari Keluarga Kila Pak Jo lakukan karena Pak Jo bekerja dengan Keluarga Kila. Apa Kila menganggap Kakak seperti Pak Jo?"

Kila sebenarnya tak begitu paham dengan pertanyaan Pratama tapi bisa dia tangkap inti dari pertanyaanya. Seperti... Apa Kila mengaggap Pratama sebagai supirnya? Apa Pratama bekerja dengan keluarga Kila? Tentu tidak kan. Ah Kila jadi merasa bersalah sendiri. Jiwa tak sabarannya itu memang sialan!

"Tidak." Kila mengalihkan pandangannya kedepan, suara Kila mulai lirih dan perlahan lahan isakan kecil keluar dari bibir cery Kila.

"Apapun itu Kila, kita harus bersabar sedikit. Bilang sama jiwa sabar kamu supaya lebih luas. Jangan sempit sekali. Seperti ini, misal Kila sudah belajar sungguh sungguh, belajar tinggi tinggi untuk meraih cita cita Kila yang Kila impikan sedari kecil dan cita cita itu satu langkah lagi teraih tapi karena Kila sudah lelah dan tak sabar akhirnya Kila memilih berhenti dan melanjutkan dengan mencari pekerjaan mungkin. Padahal satu langkah lagi Kila berhasil meraih cita cita. Bagaimana? Tidak mau bukan? Jadi... Bersabar itu penting. Ingat itu gadis cantik." Jelas Pratama diakhiri dengan menoel hidung cantik Kila. Kila menatap Pratama dengan matanya yang berair dan isakan kecil yang masih jelas tertangkap telinga Pratama. Kila merasa sangat bersalah kali ini, Kila tak memikirkan apa Kakak Pilot ada urusan sebentar tadi atau apalah, yang Kila pikirkan hanya dirinya sendiri.

Hi, Kakak Captain! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang