Malamnya, tepat pukul 8 Pratama sudah berada didepan rumah Kila, duduk di motor besar, Honda CBR150R miliknya. Jangan pikir Pratama tidak mengikuti perkembangan zaman, Pratama itu pria keren layaknya ABG umur 20an. Penampilannya saja saat ini tidak menggambarkan pria usia 28 tahun. Celana jeans hitam, kaos hitam pendek dan jaket denim yang sengaja dia sampirkan ke tangki motornya, tidak mau dipakai dulu.
Tak lama, Kila datang. Ekspresi yang awalnya ceria berubah menjadi ekspresi kebingungan. Dia menatap Pratama dari atas sampai ke bawah, sampai motor Pratama pun mata Kila jelajahi.
"Kenapa?"
"Tumben pake motor."
"Pengin. Lagian Kila juga udah pernah Kakak bonceng pake motor."
"Iya sih."
"Ayah, Bunda belum pulang?"
"Belum, tapi udah pamit ke Bibi."
"Good. Ayok naik."
Kila menjadikan pundak Pratama sebagai pegangan. Terlalu tinggi, sedangkan Kila itu pendek.
"Udah."
"Pegangan takut diculik genderuwo hahaha."
"Genderuwonya Kila gigit!"
Kila menuruti perintah Pratama untuk pegangan. Dia memegang ujung baju Pratama erat."Ga boleh disitu."
"Apa?"
"Pegangannya ga boleh disitu, takut diculik pocong."
Plak!
Kila menggeplak pundak Pratama spontan. Kila itu paling anti dengan 'pocong'. Menyebut namanya saja sudah membuat Kila merinding apalagi kalau live eksklusif.
"Ga usah ngomong ituuuuu!"
"Hahaha ayo cepet, ga usah gengsi buat meluk."
"Siapa yang gengsi? Engga tuh."
Buru Kila memeluk Pratama, mengeratkan kedua tangannya diperut Pratama.Sepanjang perjalanan mereka tak henti hentinya berbicara. Berbicara ini itu kadang juga bercanda. Asik dengan dunia mereka sendiri. Siapapun yang melihat Pratama dan Kila saat ini pasti iri, apalagi dengan nyamannya Kila meletakkan kepalanya dipundak Pratama dan tangannya yang masih setia memeluk Pratama.
"Pak Jo lagi tiduran di bangku depan supermarket biasa tempat Kila suka beli ice cream itu, Kila mau bangunin Pak Jo, tapi... Ihh hahah Kila ga sengaja, ice cream yang Kila pegang tumpah ke mukanya Pak Jo hahaha."
"Terus terus?"
"Kila minta maaf. Pengin ketawa tapi kasihan. Trus Kila ambil tisu dimobil, Kila bersihin mukanya Pak Jo. Kata Pak Jo, udah ga papa non, cuma ice cream lagian muka Pak Jo warnanya juga sama kaya ice cream non. Coklat. Hahahaha."
"Bagus. Pak Jo jujur hahaha."
"Iya hehe."
"Dingin ga?"
"Engga, kan Kila peluk Kakak hehe. Kakak sendiri bawa jaket buat apa kalau ga dipake?"
"Buat jaketin Kila, tapi Kilanya ga kedinginan, yaudah."
"Di pake."
"Tanggung, males berhenti."
"Mau kemana emang?"
"Taman kota aja ya, yang deket. Ga boleh jauh jauh, Kakak ga bawa helm haha."
"Oke."
Ditaman kota yang lumayan luas ini, Kila dan Pratama sibuk mencari cari tempat duduk. Karena bangku bangku disekitar taman sebagian besar sudah ditempati. Ramai, dominan muda mudi yang asik nongkrong bareng temen-temennya tak sedikit pula yang berpacaran. Tapi yang menarik pandangan Kila bukan orang banyak yang asik pacaran tapi jajanan yang berjajar sepanjang tepi taman. Woah Kila ingin beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Kakak Captain!
Random"Mau nurut atau mau jadi pacar?" "Kakak pilot aneh." Bagaimana jika seorang pilot tampan berusia 25 tahun bertemu dengan gadis berusia 16 tahun yang cukup kekanak kanakan? Childish! Tapi cukup imut atau mungkin sangat imut dimata sang pilot, membua...