Di kediaman rumah Aditawijayanto, semua anggota keluarga sedang bersantai di ruang keluarga, sembari menonton tv dan memakan beberapa camilan. Mumpung Papa dan Mamanya sedang ada dirumah, Pratama akan memberitahu niatnya yang akan melamar Kila besok. Mendadak memang, tapi apapun itu Papa dan Mamanya juga harus tau. Semua perlu restu dari kedua orang tua.
"Pah, Mah."
"Ya?"
"Pratama mau bicara hal serius sama Papa dan Mama sebentar."
"Ada apa nak?"
Bima, Ita dan Alya menatap bingung Pratama. Apa yang akan Pratama katakan sampai mengatakan hal serius. Seserius apa?
"Pratama berniat melamar Kila. Besok."
"Apa?!"
"Bercanda kamu nak?"
"Serius Kak?"
Tepat seperti apa yang Pratama pikirkan. Semua pasti terkejut. Tidak apa apa, wajar terkejut karena mereka semua berpikir ini benar benar mendadak. Pratama akan menjelaskan pelan pelan.
"Pratama apa kamu tidak berpikir? Besok? Mendadak sekali. Kalau punya rencana ingin melamar seharusnya katakan jauh jauh hari." Bima.
"Iya nak betul kata Papa mu, mau melamar tidak apa apa tapi jangan mendadak seperti ini."
"Pratama sudah bilang ke Kila, kalau Pratama akan melamar Kila besok. Kila minta kejelasan hubungan, tapi disisi lain Pratama tidak mau klaim Kila hanya sebagai pacar. Pratama mau mengikat Kila ke dalam hubungan yang lebih serius dari pada pacaran. Pratama tidak meminta acara lamaran yang mewah, cukup datang dengan niat saja sudah cukup dan bawa beberapa jamuan agar terlihat lebih sopan. Pratama yakin keluarga Kila pasti paham."
"Sebentar. Pratama.. Sekali lagi Papa ingin bertanya, kamu sudah akan melangkah lebih dekat dengan hubungan yang tidak untuk main main. Kila masih gadis, masih waktunya untuk bermain dengan teman sepantarannya, pikiran dia belum sedewasa kamu. Sanggup menghadapi sifat Kila?"
"insyaallah Pratama sanggup."
"Kila butuh lebih bimbingan dari kamu, sanggup bimbing Kila?"
"insyaallah sanggup."
"Setelah kalian bertukar cincin jangan sampai keluar kalimat putus hubungan. Kamu sanggup itu?"
"Pratama tidak akan mengeluarkan kalimat itu. Papa percaya sama Pratama. Papa yang mengajarkan Pratama untuk tidak mempermainkan hati perempuan dan Pratama tidak akan melakukan itu, Kila gadis yang Pratama cintai."
"Pratama nak, Mama terharu, putra Mama sudah berani melamar anak orang. Semoga kedepannya kebahagiaan selalu bersama Kalian."
Ita memeluk Pratama erat. Anak laki-lakinya yang dulu selalu mengumpat di balik tubuh Ita, yang selalu minta naik pundak Bima bermain seolah olah sedang naik pesawat sekarang sudah berubah menjadi sosok laki-laki dewasa yang berani meminang gadis."Papa dan Mama tidak masalah dengan keputusan Pratama?"
"Keputusanmu baik, apalagi yang perlu dipermasalahkan?" Bima.
"Mama besok buat kue kering, biar keluarga Kila merasakan nikmatnya kue kering buatan Mama hahaha, Alya bantu Mama ya?"
"Siap Mama!"
"Barang terpenting bagaimana? Cincin?"
"Besok Pratama ada tugas Ma, sekalian saja Pratama akan beli disana."
"Berapa kali terbang? Pulang jam berapa?" Bima.
"Hanya 3 kali terbang Pah, pulang sore. Pratama sudah bilang ke Kila kalau Pratama akan kerumah Kila malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Kakak Captain!
Random"Mau nurut atau mau jadi pacar?" "Kakak pilot aneh." Bagaimana jika seorang pilot tampan berusia 25 tahun bertemu dengan gadis berusia 16 tahun yang cukup kekanak kanakan? Childish! Tapi cukup imut atau mungkin sangat imut dimata sang pilot, membua...