8

4.7K 343 12
                                    

Kila melangkah riang turun ke bawah. Berpenampilan simple tapi lucu, celana panjang yang tidak terkesan ketat sama sekali, sweater berbahan wol berwarna pink, serta tas selempang yang lagi lagi berbentuk ice cream ikut bergoyang kesana kemari seiring langkah riang Kila. Kila turun menghampiri Pratama yang sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselnya.

"Sudah ayo."

Mendengar suara Kila, Pratama langsung mematikan ponselnya, menengadah menatap gadis lucu didepannya yang sedang tersenyum manis.

"Bilang ke Bibi dulu."

"Siap!"

Kila berlari kecil menuju dapur, menemui Bi Sari yang sedang menata piring-piring di rak.

"Bibi...Kila pergi dengan Kakak ya, kalau Bunda atau Ayah pulang bilang saja Kila diajak Kakak jalan jalan hehehe... "

"Baik, hati-hati non."

"Oke."

Setelah berpamitan, Kila kembali menemui Pratama di ruang tamu. Mencolek pundaknya kemudian mengangguk tanda bahwa Kila sudah berpamitan kepada Bibi.

"Ayo."




2 kali berada dimobil hanya berdua dengan laki-laki tampaknya sudah membuat Kila lebih santai sedikit tidak terlalu kaku dan tidak terlalu canggung. Bahkan kini mereka berdua tengah bercerita emm ralat sepertinya hanya Kila yang bercerita, Pratama hanya tersenyum dan sesekali mengangguk. Pratama yang melihat Kila bercerita sempat berpikir, sebenarnya Kila umur berapa sih? Cara berceritanya saja lucu sekali.

"Lala bilang, Om Pilot! Om Pilot! Lala dibawah! Minta uang dong, turunkan sedikit uang! Ya sudah Kila ikutan hehe.. Kalau didalam pesawat siang tadi Kakak, Kakak dengar?"

"Kakak ada di atas bahkan pesawatnya jika dilihat dari bawah mungkin hanya seperti garis. Mana mungkin Kakak bisa mendengar suara Kila yang kecil ini."

"Memang. Terlihat seperi garis lurus. Emm Kak!"

"Ya?"

"Kila mau tanya, sebenarnya Kakak mau bawa Kila kemana?"

Pratama terkekeh, aishh sepertinya Pratama harus lebih bisa mengontrol jantung agar tidak lepas dari tempatnya. Kila memang gadis yang terlalu lucu, bertanya seperti tadi ah rasanya Pratama ingin mengunyel-unyel pipi Kila. Bertanya menghadap Pratama dengan mata yang membulat indah dan mulutnya yang sedikit terbuka.

"Coffee shop?"

"Siap Captain!" Kila menegakkan badanya menghadap Pratama dengan tangannya yang berada di pelipis, memberi hormat kepada Pratama.

Dan berakhir dengan keduanya yang tertawa manis. Tawa mereka berdua benar benar manis. Seperti memiliki ciri khas sendiri sendiri, Kila dengan bibir kecil berwarna cery nya serta pratama dengan gingsul satunya.

Pratama melajukan mobilnya ke arah salah satu coffee shop yang sering Pratama sendiri kunjungi, disaat dia sedang letih, ingin bersantai atau sekedar menenangkan pikiran dia akan datang dan memesan satu gelas americano. Sudah jelas kopi kesukaan Pratama, americano. Barista disana saja sudah sangat hafal dengan Pratama, jika Pratama datang pasti langsung dibuatkan satu gelas americano.

Tapi sepertinya waktu untuk sampai ke coffee shop sedikit lebih lama dari biasanya, karena tiba tiba Kila menyuruh Pratama untuk memberhentikan mobilnya dengan pandangan Kila yang terus tertuju ke sebrang jalan.

"Kenapa?"

"Anak kucing, lihat itu kakinya tersangkut. Semak semak tidak tau diri, beraninya dia menyangkutkan kaki anak kucing itu."

Hi, Kakak Captain! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang