23

1K 86 8
                                    

Setelah beberapa minggu di rumah sakit, Kila akhirnya diperbolehkan pulang. Tentunya dengan kondisi yang sudah lebih baik hanya ingatannya saja yang belum sepenuhnya kembali.

Selama di rumah sakit, Kila menjalani terapi untuk ingatannya entah itu bersama dokter, atau orangtuanya yang dengan telaten memberi sedikit-sedikit memori kehidupan Kila tak luput juga dari peran Faizal yang terus memberi tahu Kila bahwa Pratama adalah tunangannya. Namun nampaknya belum sepenuhnya berhasil karena Kila masi bingung dan takut ketika bertemu dengan Pratama. Entahlah mengapa jadi seperti itu.

Padahal perjuangan Pratama demi untuk mengembalikan ingatan Kila sangat besar. Setiap hari dia berkunjung ke rumah sakit untuk mengantarkan entah itu ice cream, susu kotak, boneka dan lainnya. Harap-harap keajaiban menghampiri dirinya kala itu. Mungkin itu akan menjadi sesuatu yang sangat dia syukuri.

"Faizal, terimakasih ya sudah membelikan susu kotak ini." ujar Kila ketika menemukan susu kotak di atas nakas samping ranjang rumah sakit.

Faizal menoleh saat mendengar ucapan Kila. "Ucapanmu salah tujuan."

"Maksudnya?"

"Kamu ga lupa kan sama orang yang setiap hari datang membawa camilan-camilan mu itu?" kata Faizal sambil memasukkan baju-baju Kila ke dalam tas. Berhubung orangtua Kila tidak bisa membantu Kila mengemasi barangnya jadi Faizal saja yang menghandlenya. Jadi orangtua Kila urusan menjemput saja.

"Ooo Kak Pratama lagi. Ngomong-ngomong kapan dia datang?" ujarnya dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

"Subuh tadi pas kamu lagi enak-enaknya ngebo."

Kila terkejut, seniat itukah Pratama sampai pagi-pagi sekali saat matahari belum muncul sepenuhnya dia sudah berkunjung. Kila si tidak membenci Pratama toh tidak ada alasannya dia untuk membenci Pratama. Hanya saja Kila lelah dengan kondisinya selama ini, Kila kasihan kepada Pratama tapi disisi lain Kila memang benar-benar lupa siapa itu Pratama dan susah untuk mengembalikan itu semua.

"Kila, saran aja si ini ya. Coba kamu jangan tertutup sama Pratama. Maksudnya, coba kamu lebi berani dekat sama dia."

"Tap-"

"Aku jamin dia orang baik. Percaya. Kamu nggak liat effort dia buat selalu lihat kamu? Kita tau pekerjaan dia pilot pasti dia sibuk bukan? Tapi nyatanya setiap hari dia sempatkan untuk berkunjung."

Menghela nafas gusar, "Kamu benar."

Faizal memandang Kila sejenak, gadis itu benar-benar malang. Faizal yakin jika dalam hati gadis itu dia ingin sekali memeluk Pratama tapi logikanya terus menolak dengan berpikiran bahwa siapa si Pratama? dia tidak ingat Pratama.

"Jadi kalau kamu pengin ingatan kamu pulih, lebih berusaha lagi. Jangan berdiam diri."

Kila mengangguk lalu berjalan mendahului Faizal untuk keluar dari ruangan. Sedangkan yang didahului hanya bisa tersenyum kecut, masalah hati memang rumit. Siapa sih yang tidak jatuh hati ketika ada seorang perempuan yang begitu cantik dan lucu tiba-tiba bergantung kepada dirinya. Faizal juga manusia normal yang bisa terbawa perasaan, namun kembali tersadar ketika nama Pratama muncul. Faizal sadar jika gadis yang dia sukai sudah menjadi milik orang. Dia tidak mau menjadi peran antagonis dalam cerita mereka.

Perna suatu saat Pratama berkata kepada dirinya, "Kamu boleh berdekatan dengan Kila selagi tujuannya benar, tapi jangan lupa bahwa Kila sudah punya saya."

Ya mau bagaimana lagi, ikuti kata orang-orang saja jika mencintai tidak harus bisa memiliki.

"Faizall cepetann!!"







Kopi dan roti kering tersaji di meja bundar kantin bandara. Memilih untuk mengistirahatkan raganya setelah seharian beraktivitas terbang kesana kemari. Di pandangnya lurus kedepan dengan jari jemarinya yang mengetuk-ngetuk meja. Pikirannya melayang ke gadis yang masih melupakan dirinya.

Hi, Kakak Captain! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang