18

3K 213 1
                                    

Pagi ini Kila berangkat sekolah diantar Pratama. Berhubung Pratama tidak ada jadwal tugas jadi dia lebih memilih mengantar Kila kesekolah. Jangan tanya bagaimana perasaan Kila, sangat senang tentunya, apalagi dengan status barunya yang sekarang sudah menjadi tunangan Pratama. Kila sudah berpawang.

Setelah acara kemarin Keluarga Pratama dan Kila semakin akrab, bahkan kemarin Keluarga Pratama tidak sadar pulang larut malam sekali karena keasikan mengobrol. Emm kue kering buatan Ita laris manis lho xixixi

"Bunda, ada titipan dari Mama."
Pratama memberikan rantang makanan titipan Ita tadi katanya suruh kasih ke Bundanya Kila.

"Oh ya? Ah semur jengkol, iya kemarin Bunda minta dibuatin semur jengkol sama Mama kamu."

"Semur jengkol buatan Mama ga ada duanya hahaha." Pratama.

"Bunda setuju. Sampein terimakasih Bunda ya ke Mama kamu." Dinda.

"Siap."

"Ya sudah, duduk didepan dulu tunggu Kila ya."

Pratama mengangguk, lantas berjalan ke depan duduk di bangku teras rumah Kila menunggu gadisnya selesai bersiap.

Tak lama kemudian Kila datang dengan senyum manis yang terpatri dibibirnya membuat Pratama ikut menyunggingkan senyum.

"Sudah?"

"Sudah, Ayok."

"Sudah apa?"

"Sudah selesai, tinggal berangkat kan."

"Sarapan?"

"Kila bawa bekal, nanti saja dimakannya."

"Janji dimakan?"

"Tidak janji hahaha."
Sebelum kena omel Pratama, Kila berlari dulu masuk ke mobil Pratama.

"Pamit ke Bunda!"

"Sudah!"


Di mobil

"Makan bekalnya sekarang."

"Nanti aja."

"Sekarang."

"Nanti."

"Tunggu apa? Tunggu perut Kila sakit baru Kila mau makan? Kila ga masak kan, itu Bunda yang masak. Kila cuma disuruh makan doang susah banget. Kakak cuma ga mau kamu sakit. Makan sekarang."

Pratama seperti itu ya tak lain karena khawatir dengan Kila. Kalau sudah di sekolah siapa yang bakal mengingatkan Kila untuk makan, dan nanti ujung ujungnya bekalnya masih rapat tertutup.

Kila menatap Pratama sinis, kesel, cemberut. Dengan terpaksa Kila mengeluarkan bekal dari tasnya. Memasukkan satu sendok makanan kedalam mulutnya itu saja males malesan. Sebenarnya kalau bibir Kila lagi baik baik saja Kila mau makan, mau banget malah. Sayang, sekarang bibir Kila sariawan makannya Kila enggan buat makan. Perih, tidak enak.

"Sudah."

"Lagi, baru satu sendok."

"Bibir Kila sariawan! Sakit ishh!"

Pratama menoleh, menatap Kila. Pantas saja Kila susah makan ternyata sariawan. Kalau seperti ini Pratama tidak lagi maksa Kila buat makan. Kasihan.

"Dari kapan?"

"Pagi tadi mungkin."

"Nanti Kakak beliin obat kumur."

Kila menggeleng, menutup kembali bekalnya dan memasukkannya ke tas.
"Minta Bunda aja. Udah ya makannya.."

"Iya. Di kantin jangan beli makanan pedas, minum air putih yang banyak."

"Siap. Pulang sekolah Kakak jemput ya."

Hi, Kakak Captain! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang