Kila berguling guling ke kanan dan ke kiri sampai sampai selimut tidurnya sudah melilit tubuh Kila dengan sempurna. Berkali kali Kila menampar pipi nya tapi tidak keras sih, berusaha meyakinkan kalau ini mimpi atau bukan? Dan ternyata bukan.
Yang membuat Kila seperti orang gila itu karena perkataan Pratama tadi sebelum Kila berlari masuk rumah dengan pipi yang memerah. Oh rasanya Kila tidak ingin malam ini cepat berganti dengan pagi. Benarkah dirinya akan diajak ke rumah Kakak Pilot? Bertemu dengan keluarganya? Apa yang harus Kila katakan jika keluarga Kakak Pilot bertanya macam macam? Bagaimana kalau orang tua Kakak Pilot tidak menyukai Kila? Itulah pikiran pikiran semrawut Kila. Tapi disisi lain Kila juga senang, Kila bisa mengenal keluarga Pratama nanti bukan cuma Pratama saja yang mengenal keluarga Kila.
"Aishhh bagaimana ini? Halo Tan, Om, nama saya Kila, ahh big no! Kila tante? Ah tidak tidak. Hai Tante, Om, senang bertemu dengan kalian. Oh astaga! Kila pusingggg.."
Kila bersender kebelakang, memegang bantal kuat kuat sesekali diremas dan digigit, gugup sendiri memikirkan sapaan yang cocok untuk dirinya nanti ketika menyapa orang tua Pratama.
Dringg
DringgBunyi panjang dari ponsel Kila menandakan ada telepon dari seseorang, Kila berguling sedikit ke kanan meraih ponselnya yang tergeletak diatas nakas.
Nama Kakak Pilot tertera disana, Kila tanpa ba bi bu menggeser tombol hijau dengan malas. Bukan malas tidak ingin bertelepon dengan Pratama tapi malas sebab otaknya pusing memikirkan hari esok.
"Ya, halo.. Kenapa?"
[Kila yang kenapa? Nada bicara Kila berbeda.]
"Ah Kakak tidak tau saja, Kila itu sangat takut."
[Takut kenapa? Kila dimana? Dirumah kan? Aman?]
"Ish bukan itu. Masalah emm ke rumah Kakak besok. Kila bingunggggg.. Kila harus pakai baju apa? Kila harus ngomong apa nanti? Kakak tau kan Kila itu jarang ikut bergabung kalau dirumah ada tamu?"
[Oh itu, kenapa takut? Orang tua Kakak baik. Dan pakai baju yang sopan saja, harus ngomong apa? Ya ngomong kalau Mama atau Papa Kakak bertanya lah.]
"Ish! Kakakkkkkk."
Kila mencebir kesal. Dirinya disini sedang takut dan bingung tapi Pratama disana malah terkekeh.
[Kenapa hm?]
"Demi apapun kalau Kakak masih begitu Kila matikan!"
[Eh jangan.]
"Ya sudah, besok bagaimana? Ah diundur saja ya Kak?"
[No! Buat apa takut, Kakak saja tidak takut saat bertemu orang tua Kila. Orang tua Kila baik begitu juga orang tua Kakak. Biasa saja, kalau ditanya ya jawab, yang sopan. Sudah itu saja.]
"Ck! Kakak kan tau Kila kadang lupa sopan santun, terus kalau ditanya Kila belum tentu bisa jawab. Ah Kakak!!"
[Mau ketemu orang tua Kakak atau mau ketemu Bapak Presiden? Santai saja. Nanti Kakak bantu jawab semisal Kila bingung. Oke?]
"Janji?"
[Janji.]
Kila sedikit bisa bernapas lega, hanya sedikit. Masih banyak pikiran pikiran kurang ajar di kepala Kila yang membuat Kila takut bertemu orang tua Pratama.
"Kak, Orang tua Kakak bagaimana?"
[Bagaimana ya.. Mama ya seperti Bunda Kila, kalau Papa sedikit lebih tegas dari Ayah Kila.]
"Ah! Kila takuttttttt!"
[Sudah Kakak bilang tidak usah takut, sekarang Kila tidur saja.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Kakak Captain!
Random"Mau nurut atau mau jadi pacar?" "Kakak pilot aneh." Bagaimana jika seorang pilot tampan berusia 25 tahun bertemu dengan gadis berusia 16 tahun yang cukup kekanak kanakan? Childish! Tapi cukup imut atau mungkin sangat imut dimata sang pilot, membua...