Pratama sedang berada di garasi mobil rumah Kila, mengambil sepeda Kila yang diletakkan bareng dengan mobil disana. Mereka bakal sepedaan bareng, persis seperti yang Kila mau. Tadi setelah mengantarkan Kila sampai rumah, Pratama tidak langsung pulang. Bukan karena dirinya yang tidak ingin pulang namun kali ini Kila lah yang tidak mengizinkan Pratama pulang. Pratama tidak keberatan sama sekali malah bersyukur karena Pratama tau Kila masih ingin berdua bersama dirinya.
Dan berakhir dengan mereka sekarang yang sedang bersepeda keliling kompleks dengan Pratama didepan dan Kila membonceng dibelakang. Kila awalnya duduk manis dibonceng Pratama tapi sekarang dirinya sudah berdiri melawan angin langsung. Rambut hitam dan poni tipisnya yang terbang tertiup angin, senyum yang tak pernah hilang dari bibirnya seakan akan Kila benar benar menikmati momen ini, apalagi dibonceng Kakak Pilot.
"Duduk saja jangan berdiri."
"Tidak mau!"
"Ya sudah. Pegang pundak Kakak."
Kila berpegangan lebih erat di pundak Pratama. Untung saja sepeda Kila tidak terlalu kecil dan warnanya juga tidak terlalu cewek. Jadi Pratama tidak malu memakainya. Jujur ini kali pertama Pratama naik sepeda lagi setelah 10 tahun yang lalu. 10 tahun yang lalu Pratama bersepeda bersama Adiknya, Si Alya. Posisinya juga sama persis, Pratama didepan dan Alya membonceng dibelakang, tapi sekarang Kila yang dibonceng.
"Kakak suka naik sepeda?" Kila memiringkan kepalanya menatap wajah Pratama dari samping.
"Tidak terlalu. Tapi sekarang suka."
"Hm?"
"Karena ada Kila."
"Hih! Di rumah Kakak ada sepeda?"
"Tidak, dulu ada sekarang tidak. Karena Alya tidak suka bersepeda. Alya pernah jatuh dulu."
"Ooh begitu, Kila juga pernah jatuh, berkali kali malah tapi Kila tetep suka naik sepeda."
"Entah. Tanya ke Alya sendiri."
"Akan Kila tanyakan. Kak.... Mampir supermarket sebentar boleh? Kila mau susu kotak." Ucap Kila sambil memainkan rambut Pratama, memilin milin, memotong motong dengan jarinya seperti tukang potong rambut.
"Di Apartemen Kakak ada, mampir sebentar mau? Kakak mau ambil seragam."
"Lho mau dibawa kemana?"
"Pulang, Kakak mau tidur dirumah."
"Oo ayok!"
"Pegangan, Kakak goes kenceng ya!" Pratama menggoes sepeda Kila lebih cepat, mengendarai layaknya seorang pembalap motor.
"Okee aaaaaaaaa!"
"Tutup mulut Kila, angin masuk hey."
"Woahh apartemen Kakak ini? besar hihi."
Kila mengamati seluruh sudut ruangan apartemen Pratama. Mulai dari ruang depan sampai kamar mandi belakang pun Kila jelajahi, mulutnya juga tak berhenti berhenti mengucapkan kalimat kekaguman. Pratama yang melihat Kila berjalan kesana kemari hanya bisa tersenyum dan geleng geleng kepala, mengamati tingkah laku gadisnya yang terlampau menggemaskan.
"Keren! Seperti ini ternyata apartemen Pilot."
"Seperti apa memangnya? Sama kan seperti apartemen lainnya."
"Oh tidak, lihat itu, lukisan bandara. Itu lagi, hiasan dinding gambar pesawat. Itu di meja, patung pilot kecil. Ck!" Kila menunjuk nunjuk dimana ada benda yang berhubungan dengan Pilot dan semacamnya.
Pratama tertawa ringan, dirinya berjalan kearah dapur tak sadar jika Kila membuntuti Pratama diam diam. Mengendap endap layaknya maling.
Pratama membuka isi kulkasnya dan bum! Susu kotak tertangkap sudah di mata Kila, Kila langsung menyingkirkan Pratama dan mengambil susu kotaknya. Persetan dengan Pratama yang terkejut karena ulahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Kakak Captain!
Random"Mau nurut atau mau jadi pacar?" "Kakak pilot aneh." Bagaimana jika seorang pilot tampan berusia 25 tahun bertemu dengan gadis berusia 16 tahun yang cukup kekanak kanakan? Childish! Tapi cukup imut atau mungkin sangat imut dimata sang pilot, membua...