Jam sudah menunjukkan waktu 5 sore, matahari pun mulai menyorot di ufuk barat sana. Perlahan membentuk semburat kuning keemasan di langit. Andai saja sedang berdiri di pantai pasti lebih memuaskan. Sayangnya kini bukan pantai tempat dua orang itu berpijak. Ya tak ada pemandangan lain selain bangunan-bangunan tinggi dan jalan raya yang penuh dengan kendaraan.
Di sepinggir trotoar mereka berjalan seperti melawan sinar sang surya yang sudah siap surup. Walaupun sudah akan memasukki waktu maghrib, tak menghentikan langkah riang Kila sambil asik bersenandung meninggalkan Pratama di belakang. Pratama yang berjarak ada sekitar 10 langkah dibelakang Kila tidak berniat untuk menyamakan langkah kakinya menjadi beriringan, lebih memilih untuk mengamati gadisnya itu dari belakang, melihat punggung kecilnya, rambutnya yang bergoyang-goyang diterpa angin dan langkah kakinya yang lucu.
Tujuan mereka sekarang adalah pulang, sudah betah dan sudah lebih dari cukup mereka duduk di bangku depan supermarket. Selama beberapa jam itu mereka hanya duduk disitu tidak kemana-mana, hanya obrolan-obrolan hangat di sore hari yang menemari mereka. Di momen itu juga ada saat dimana Kila sedikit kembali mengingat kejadian beberapa tahun silam ketika dirinya bertemu dengan Pratama di bangku itu juga sesaat setelah pertemuannya di Bandara. Ya Kila ingat itu setelah Pratama menceritakan sedikit saat-saat itu. Spekulasi bahwa Pratama adalah tunangannya itu harus Kila akui terbukti dengan kilasan kejadian-kejadian yang mulai terbayang di otak Kila semua berhubungan dengan Pratama.
Kila menengok ke belakang saat dirasa suara langkah kaki laki-laki dibelakangnya itu hilang, "Kak! lelet banget jalannya."
Pratama terkekeh kemudian berlari kecil menghampiri Kila, "Kakak lelet atau Kila yang jalannya cepet?" ucapnya lalu menggandeng tangan Kila untuk dia ajak berjalan kembali.
"Lelet! lagian kenapa ngga di samping Kila aja pake di belakang, emangnya Kakak bodyguard Kila?
"Iya dong, selalu jaga Kila pokoknya."
Kila tersenyum menanggapi ucapan Pratama, pandangannya kembali lurus ke depan memandang jalan trotoar yang belum terlihat ujungnya mau belok ke kanan atau ke kiri, tapi rumah Kila juga sebelum belokan jadi sebentar lagi juga sampai.
"Kila besok mulai kuliah?"
Kila mendongak menengok orang yang bertanya, "Maybe. Lagipula Kila udah sembuh."
"Ingat ya jangan dekat-dekat dengan Faizal."
Kila memincing dengan raut wajah menggoda, "Kenapa memangnya? dia kan teman Kila wajar dong kalau Faizal dekat dengan Kila."
"Wajar si, sebenarnya Kakak bukan tipe orang yang suka larang-larang berdekatan sama siapa. Boleh-boleh aja, asal tidak macam-macam. Kila mau berteman dengan siapapun juga terserah, sekarang itu waktunya Kila cari teman sebanyak mungkin, lagipula Kila juga sudah tau kan orang seperti apa yang akan dijadikan teman."
"Kenapa gitu? laki-laki diluaran sana banyak yang posesif lho Kak."
Berdehem sebentar sebelum mengeluarkan jawaban atas pertanyaan Kila, "Kita santai aja ya ngomongnya."
Kila mengangguk dan merasakan rangkulan di pundaknya, setelah dilirik ternyata tangan Pratama berpindah posisi. Tidak memasalahkan itu, walau sebenarnya lebih nyaman digandeng.
"Jadi gini, kan sifat orang itu beda-beda. Bukan berarti ngga posesif dalam hal ini nanti di hal lain juga ngga posesif. Contoh aja, Kakak beri Kila kesempatan buat cari teman sebanyak-banyaknya tapi dalam hal lain Kakak tidak memberi Kila kesempatan untuk keluar malam walaupun dengan alibi mengerjakan tugas kalau ngga sama Kakak ya ngga. Itu yang pertama."
"Yang kedua, Kakak pernah muda seperti Kila, Kakak pernah merasakan posisi Kila saat ini, menjadi mahasiswa dan yah waktu itu si Kakak lagi bebas-bebasnya. Dan ngga mungkin juga sekarang Kakak larang Kila berteman dengan ini itu malah nanti jadinya Kila ngga punya teman, cepat bosan juga karena sehari-harinya cuma sama Kakak. Kakak beri kesempatan Kila untuk menikmati masa-masa sekarang ini. Silahkan Kila mau cari teman sebanyak apapun yang penting ngga bikin Kila salah jalur ya, lagipula banyak teman kan bagus jadi kalau Kila butuh apa-apa bisa minta tolong teman Kila."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Kakak Captain!
Random"Mau nurut atau mau jadi pacar?" "Kakak pilot aneh." Bagaimana jika seorang pilot tampan berusia 25 tahun bertemu dengan gadis berusia 16 tahun yang cukup kekanak kanakan? Childish! Tapi cukup imut atau mungkin sangat imut dimata sang pilot, membua...