Renata mendorong tubuh mungil Raina sehingga membuat tubuh mungil itu berbenturan kencang dengan dinding kamar mandi. Lalu efek dari benturan itu membuat Raina sesak di dadanya, Raina memegangi dadanya yang terasa sesak membuat Renata berserta Sabitha hanya terkekeh geli melihatnya. Tanpa menunggu aba aba Renata langsung menampar pipi Raina dengan kencang, tidak hanya sekali melainkan berkali - kali, sehingga membuat ujung bibir Raina mengeluarkan darah. Rasa perih di pipinya cepat sekali menjalar, dan membuat mata Raina berkaca - kaca.
Raina mengusap darahnya yang berada di ujung bibirnya. Berkali kali menahan rasa kesal yang semakin memanas. Raina menarik nafasnya pelan - pelan, kemudian menyisir rambut hitamnya yang panjang dengan kelima jarinya. Lalu tatapannya menjadi tajam menatap kedua gadis yang berada didepannya. Renata sedikit terkejut, melihat perubahan ekpresi wajah Raina yang cepat berubah.
"Udah cukup? Lo ngebully gue?" Tanya Raina dengan nada merendahkan. Matanya melirik sinis Sabitha, kemudian dengan angkuh melipat kedua tangannya di depan dada.
Renata berdecak. "Ck. Udah gue bilang jangan deketin Syahidan!" Ucap Renata dengan ketus.
Raina mendengkus lalu memutar bola matanya malas. "Gue, gak pernah deketin dia! Cowoknya aja yang ke gatelan." Ucap Raian santai.
"Gak mungkin seorang cowok bisa gatel, kalo ceweknya gak menggoda!" Kata Renata dengan ketus.
Raina tersenyum miring. "Oh, menurut lo gue menggoda? Berarti lo gak laku dong. Ups!"
Renata dan Sabitha menatap Raina dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan terus tersenyum masam. Keduanya kemudian melipat kedua tangannya di dada sambil menatap Raina dengan tengil. Raina hanya gadis biasa saja, berpakaian seadanya dan sewajarnya tidak suka memakai make up yang berlebihan. Berbeda dengan Renata dan Sabitha yang bedaknya berlapis - lapis dan begitu enak jika di bilang tepung kanji. Ups.
"Ish! Pede banget lo! Lihat diri lo sendiri. Gue lebih cantik dari pada lo!" Kata Renata dengan penuh penekanan di setiap katanya, diujung kalimatnya Renata terkekeh sambil mengibaskan rambutnya yang kecokelatan. Merasa lebih baik dan wah dari pada Raina.
Raina menyisir rambutnya layaknya bad girl dan peran antagonis dalam sebuah drama. Terasa angkuh, namun dirinya merasa senang dan puas. Lalu menatap Renata dan Sabitha dengan senyuman sinisnya. Raina menghela nafasnya pelan. Sebelah alisnya terangkat menandakan mode sinisnya sedang aktif. "Terus kalo lo lebih cantik dari gue, kenapa Syahidan berpaling?"
"Cantik itu dari attitude nya, bukan dari wajahnya." Ucap Raina kelewat santai.
Sabitha menggertakkan kaki ke lantai dia merasa geram dengan sikap Raina yang menurutnya terlalu percaya diri. "Ish! Lo sama aja kaya temen lo si Ghea. Murahan!" Ucapnya ketus.
Beralih menatap Sabitha, Raina menatapnya dengan datar. Jika menyangkut tentang sahabatnya Raina tidak mau diam saja. "Lebih murahan mana? Cewek yang mau di peluk cowok yang bukan status pacarnya didepan umum." Katanya Raina dengan tegas, membuat Sabitha tercangang mendengar rangkaian kata yang baru saja keluar dari mulut Raina. Sangat menohok hatinya.
"LO JANGAN ASAL NGOMONG DONG! PUNYA MULUT TUH DI JAGA." Bentak Sabitha, suaranya menggema seisi toilet siswi.
Raina mendengkus kasar lalu merotasi bola matanya jengah melihat sikap Sabitha yang menurutnya sangat minus. "Disana ada kaca," Tunjuk Raina ke arah kaca di belakang Sabitha. "Mending lo buruan ngaca, sebelum lo terlalu percaya diri." Katanya dengan santai. Senjata makan tuan.
"Amit - amit deh gue punya anak kaya lo berdua. Minus attitude!" Ucap Raina. Ucapan Raina membuat Sabitha menganga tak percaya gadis itu akan seberani itu kepada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L G H E R A
Teen Fiction"Hanya ingin tetap menjadi diri kami sendiri, agar nantinya akan ada seseorang yang menerima kami apa adanya." Persahabatan kami bisa dibilang spesial mengapa? Karena wajah wajah kami terlalu banyak mengandung candu untuk dipandang terlalu jernih ji...