Raina menyandarkan kepalanya di tiang halte busway dengan sebuah earphone yang tersumpal ditelinganya. Dia sudah lelah untuk menangis dan rasanya hari ini begitu menyebalkan sekali. Raina hanya ingin semuanya baik-baik saja tak seperti ini, perasaannya begitu berantakan dan sulit untuk di netralkan. Mungkin sekarang hanya lagu yang mewakili perasaannya. Angkutan juga tak kunjung datang, Ghea yang membeli cimol di sebrang sana juga rasanya lama sekali. Raina hanya ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya untuk menenangkan perasaannya yang bisa dibilang sedang tidak baik-baik saja.
Ghea di balik sana sedang menyebrang melihat Raina yang murung jadi merasa heran sendiri. Baru-baru ini memang Raina sering sekali murung dan terlihat tidak bersemangat padahal biasanya gadis itu biasa saja. Ghea menyodorkan cimol kearah Raina, namun Raina kali ini menggeleng menolak tawaran Ghea. Ghea semakin bingung karena Raina sangat tumben seperti ini. Ghea duduk disamping Raina dirinya sibuk dengan cimol.
"Masih masalah Syahidan Ra?" Tanya Ghea dengan polos. Mulutnya masih mengunyah cimol.
"Nggak." Jawab Raina dengan datar.
"Udahlah Ra. Mungkin si Syahidan lagi eror, makannya dia kaya gitu. Nanti juga dia balik lagi sama lo." Ucap Ghea dengan santai.
Raina hanya melirik sinis Ghea. "Ghe gue bilang jangan bahas dia." Kata Raina dingin.
Ghea mengangguk paham.
Sebuah mobil hitam lewat didepan Ghea dan Raina ia pikir itu mobil milik Alaskha dan benar saja itu mobil Alaskha. Ghea sangat hafal plat nomer mobil itu karena ia sering melihatnya. Tapi mengapa Alaskha tidak mengajak Raina dan Ghea pulang bareng?
"Lah Alaskha gak bareng kita?" Tanya Ghea dengan kesal.
Raina ia baru tersadar, Ghea benar baru kali ini Alaskha tidak mengajaknya pulang. Ada apa sebenarnya dengan cowok itu, Raina mulai merasa heran. "Eh coba chat grup deh. Tumben banget Alaskha gak pulang bareng kita?"
"Tadi gue chat tuh anak, tapi gak di bales." Kata Ghea dengan santai.
"Ya udahlah. Nanti tanya aja di rumah."
Angkot berhenti didepan Raina dan Ghea itu angkot yang mengarah ke rumah mereka jadi tak perlu lama mereka berdua langsung naik ke angkot. Ghea masih penasaran dengan keanehan Alaskha yang hanya lewat saja tanpa menawarkan tumpangan. Sebenarnya bukan masalah tumpangannya, melainkan aneh saja. Alaskha kan selalu menawari Ghea serta Raina naik mobilnya, atau jika dia buru-buru setidaknya ia bilang kepada Raina atau Ghea karena ada urusan mendadak. Ghea jadi sedikit negative thinking kepada Alaskha.
Raina turun duluan dari angkot sedangkan Ghea masih sedikit lagi didepan. Raina dengan cepat turun dan berpamitan pada Ghea yang sibuk mengunyah cimol tanpa hentinya. Hanya tinggal jalan kaki beberapa meter barulah sampai di depan rumah Raina. Raina memicingkan matanya melihat mobil warna silver didepan rumahnya. Raina langsung berlari masuk kedalam rumah, dan benar dugaan Raina, itu adalah mobil milik papah nya yang baru pulang dinas setelah sekian lama.
Raina langsung memeluk tubuh pria yang berstatus orang tuanya itu dengan erat. "Raina kangen papah." Ucap Raina.
"Papah juga kangen kamu Ra!" Ucapnya sambil mengelus lembut kepala Raina.
"Raina lebih kangen pah!" Kata Raina dengan bersemangat.
Setelah berkangen-kangen dengan sang Ayah Raina langsung pergi ke kamarnya untuk bersih-bersih diri, karena dia sudah kegerahan tadi di angkot dan sekarang ia harus mandi. Setelah selesai mandi Raina merebahkan dirinya untuk beristirahat sejenak sambil mendengarkan musik-musik dan sedikit mengecek notifikasi yang entah mengapa dia sedikit rindu notifikasi dari Syahidan, yang biasanya menganggu waktunya. Mata Raina mulai mengantuk tak terasa dirinya mulai tertidur dengan pulas dengan musik yang masih berputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L G H E R A
Teen Fiction"Hanya ingin tetap menjadi diri kami sendiri, agar nantinya akan ada seseorang yang menerima kami apa adanya." Persahabatan kami bisa dibilang spesial mengapa? Karena wajah wajah kami terlalu banyak mengandung candu untuk dipandang terlalu jernih ji...