Kaki Syahidan sedikit terluka karena bergesekan dengan aspal sedangkan Renata yang sudah banyak luka goresan di tangannya. Gadis itu terus meringis ke sakitan dan memarahi Syahidan karena tidak hati-hati menyetir motornya, Syahidan hanya bisa bersabar saja. Renata memang selalu saja bawel dan menyalahkan Syahidan, padahal belum tentu Syahidan salah. Jelas-jelas mobil yang tadi melaju didepannya menyenggol motor Syahidan sehingga Syahidan kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Karel menghentikan mobilnya di dekat tempat Syahidan terjatuh dan Raina langsung keluar dari mobil untuk mengecek keadaan Syahidan. Ada sedikit rasa khawatir di dalam hati Raina. Karel tak bisa berdiam diri saja, dia langsung ikut ke luar dan menahan tangan Raina untuk menemui Syahidan. Raina sempat menepis tangan Karel dengan kasar, namun cengkaman Karel lebih kuat mengunci pergelangan tangannya. Raina terdiam oleh tatapan Karel yang dingin.
"Rel lepasin tangan gue!" Ujar Raina dengan nada sedikit membentak Karel. Cowok berkulit putih dengan rambut undercut itu menggeleng pelan lalu menggenggam tangan Raina dengan perlahan.
Raina menatap Karel dengan wajah heran seolah meminta penjelasan dari Karel, mengapa dia tiba-tiba menggenggam tangannya. Karel menarik tangan Raina untuk melihat Syahidan. Raina hanya mengikuti Karel saja tanpa banyak bicara.
"Sakit Dan!" Ucap Renata saat Syahidan meniup-niup luka Renata. Syahidan begitu telaten dan lembut saat mengobati luka Renata dengan air minumnya. Padahal kakinya juga terlauka karena bergesekan dengan aspal.
Melihat itu Raina langsung memalingkan wajahnya, sakit? Tentu saja Raina merasa sakit melihatnya. Seketika Raina menghentikan langkah kakinya dan mengurungkan niatnya untuk melihat keadaan Syahidan. Karel menarik paksa Raina untuk mengecek kondisi Syahidan dan Renata. Raina berkali-kali menolak, tapi tetap saja Karel tak mau mendengarkan penolakan Raina. Cowok itu terus menarik tangan Raina sampai tepat di depan Syahidan dan Renata.
Karel terkekeh hambar. "Gimana? Sakit?" Ujarnya dengan nada merendahkan.
Syahidan menoleh kearah Karel, dan melirik tangan Karel bersatu dengan tangan gadis disampingnya yang sedang memalingkan wajahnya menatap ke sembarangan arah. Wajah Syahidan langsung lesu tak bersemangat, ternyata melihat Raina di gandeng oleh orang lain sakit juga rasanya. Ada rasa kesal dan iri melihat Karel menggandeng Raina. Syahidan menundukkan kepalanya tak bisa terus-terusan melihat Karel menggenggam tangan Raina.
"LO BERDUA KAN YANG NABRAK GUE!" Bentak Renata dengan kencang. Kalau saja kakinya tidak luka, gadis itu pasti sudah bangun lalu menampar wajah Karel.
Karel hanya terkekeh pelan. "Sakit ya?"
"Sakitlah!" Cetus Renata dengan kesal. Matanya terus melirik Raina dengan tidak suka.
Karel menarik kerah baju Syahidan, di tatap cowok itu dengan tajam tersirat kebencian di mata Karel. "Gue gak pernah bercanda sama ucapan gue!" Kata Karel dengan pelan namun penuh penekanan.
Karel tidak bisa menahan emosinya, Karel langsung menghajar Syahidan dengan bengis. Karel terus menghajar Syahidan dan mengabaikan teriakan dari Renata dan Raina yang memintanya untuk berhenti menghajar Syahidan. Raina menarik tangan Karel, menjauhkannya dari Syahidan.
"Rel cukup!" Kata Raina.
Karel masih menatap Syahidan yang terbaring lemas di atas aspal. Dengan luka lebam di wajahnya. Rasa kesal di dalam hati Karel belum reda, dengan sengaja Karel menendang luka di kaki Syahidan sehingga membuatnya menjerit kesakitan.
"ARGGHH.."
"KAREL! GILA YA LO!" Bentak Renata.
"Rel udah Rel, udah." Kata Raina dengan pelan. Dia sudah cukup pusing dengan semua masalah hari ini. Jangan ditambah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L G H E R A
Teen Fiction"Hanya ingin tetap menjadi diri kami sendiri, agar nantinya akan ada seseorang yang menerima kami apa adanya." Persahabatan kami bisa dibilang spesial mengapa? Karena wajah wajah kami terlalu banyak mengandung candu untuk dipandang terlalu jernih ji...