ALGHERA 11

118 57 24
                                    

"Mel, dengerin penjelasan gue dulu."

Camelia menepis tangan Alaskha dengan kasar. "APAAN SIH AL! BERHENTI PANGGIL GUE MEL." Bentak Camelia.

Alaskha terdiam menatap Camelia yang sudah menangis.

"Gue akan berhenti, kalo lo tetap bersama gue." Kata Alaskha dengan lembut.

Camelia mendengus. "Bersama lo?" Camelia terkekeh, "Ngimpi lo!"

Alaskha mencekal tangan Camelia. "Ini udah mau malam, kiri kanan hutan. Ini bukan jakarta."

"LO PIKIR GUE BEGO?"

Alaskha menghela nafas. "Me-Ca. Ini daerah yang kita gak kenal, dan lo cewek. Gue sebagai cowok harus bisa lindungi lo." Jelas Alaskha dengan sangat pelan.

Camelia memutar bola matanya jengah mendengar ocehan Alaskha. "Lindungin aja dua pacar lo itu!" Ucap Camelia ketus.

"Mereka sahabat gue, bukan pacar gue. Dan gue harus lindungi lo juga, lo juga teman gue." Ucap Alaskha dengan wajah tenang.

Alaskha benar benar harus banyak bersabar menghadapi Camelia yang keras kepala dan bertingkah semaunya.

"Lo aja gak bisa berantem, sok sok-an mau lindungi gue. Jangan mimpi lo!" Ucap Camelia dengan begitu ketus.

Perkataan Camelia memang benar, Alaskha langsung menunduk mendengarnya. Berkali kali Alaskha memikirkan perkataan Camelia dan tetap faktanya memang benar, Alaskha tidak terlalu pandai dalam beradu otot. Alaskha menghela nafas, lalu menatap Camelia dengan penuh perasaan dan tatapan yang sendu.

"Kalo lo mau pergi, gue gak akan menghalangi lo lagi. Tapi ingat, saat lo dalam bahaya, jangan lupa panggil nama gue. " Kata Alaskha dengan penuh senyuman.

"Pergi lo sana!" Kata Camelia sambil mendorong tubuh Alaskha dengan kasar.

Camelia berbalik dan perlahan pergi meninggalkan Alaskha yang masih berdiam diri memperhatikannya dari kejauhan. Camelia tak menghiraukan dan tidak mempedulikan Alaskha dia masih bersih keras untuk segera pergi dari kelompok yang sangat menyebalkan. Camelia berdiri di pinggir jalan aspal hitam yang begitu sepi, tak satu pun kendaraan yang lewat. Entah mengapa bulu kuduk Camelia merasa merinding, hari semakin gelap dan menjelang magrib, hujan rintik rintik menambah suasana horor yang mendominasi. Camelia menengok ke kiri dan kanan, sambil mengusap pundaknya yang terasa berat dan pegal. Kiri dan kanan Camelia adalah pohon pohon yang sangat besar, sebesar pohon beringin di dekat SMA RAJAWALI.

Camelia tersentak, tubuhnya sekatika kaku dan tak bisa bergerak. Telinganya yang tertutup oleh rambut tergerai, merangsang suara ketawa yang terdengar sangat jauh. Camelia menengok kiri dan kanan tidak ada orang sama sekali, dengan perlahan Camelia berbalik dan mendapatkan Alaskha yang sedang berdiri menghadap ke arah Camelia. Dengan segera Camelia berlari ke arah Alaskha dan berhamburan memeluk tubuh Alaskha yang tinggi.

"Al gue takut." Ucap Camelia sambil memeluk erat tubuh Alaskha.

Alaskha mengulas senyuman tipis. "Tenang, ada gue di dekat lo."

Cakra terus saja merangkul gadisnya Ghea, seakan akan melupakan bahwa di sana ada dua orang manusia yang tengah menatapnya dengan tatapan bingung. Terlebih Raina yang rasanya malas melihat kedekatan Cakra dan Ghea yang bisa di bilang seperti sepasang kekasih, entah mengapa meskipun sahabat sendiri, rasanya jengah sekali melihat Ghea dan Cakra yang terus pamer keuwuwan di dalam situasi yang sedang tidak baik baik saja ini. Berkali kali Raina melirik sinis Ghea dan Cakra, keduanya tidak sadar itu semakin membuat Raina ingin segera pergi dari tempatnya sekarang. Ditambah Syahidan yang terus saja mengoceh dan menganggu pendengaran Raina, rasanya ingin segera memusnahkan ketiga makhluk ini.

A L G H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang