ALGHERA 25

51 17 3
                                    

Alaskha berbalik badan dan menatap Camelia dengan tatapan dingin. Alaskha dengan perlahan menghampiri Camelia seketika gadis didepan Alaskha langsung tersenyum simpul melihat Alaskha yang menghampirinya. Mungkin kah Alaskha akan menerima Camelia?

Alaskha mendekatkan wajahnya dan Camelia memejamkan matanya, Camelia tidak menyangka Alaskha akan seagresif ini. Jantung Camelia berdebar kencang sampai dirinya menahan napas dan merasakan deru napas dari Alaskha. Bau mint dari tubuh Alaskha tercium jujur saja Camelia rindu bau mint dari tubuh Alaskha.

Alaskha tersenyum simpul dan berbisik di telinga Camelia. "Lo kalo mau jadi pacar gue, mikir dulu pake otak! Lo pantes gak sama gue! Gak usah ke cakepan!" Ucapnya dingin.

Seketika Camelia langsung membuka matanya. Matanya terasa panas perlahan air matanya mulai menggenang melihat Alaskha tersenyum rasanya sangat menyakitkan baginya. Camelia hanya bisa melihat punggung Alaskha yang perlahan menjauh, Camelia berlari sambil melempar kotak bekal warna biru muda ke arah Alaskha. Dia benar-benar kesal dengan cowok itu.

Alaskha terdiam dan menengok kebelakang dengan wajah dingin. Jelas sekali Alaskha melihat banyak roti isi yang berhamburan di lantai dan Camelia sedang menarik napas panjang sambil berceceran air mata. Ia pikir Alaskha akan merasa iba?

"Al gue suka sama lo!" Ucap Camelia dengan nada bergetar. Ia masih menginginkan seorang Alaskha Arkana.

"Ya udah. Gue gak peduli!" Alaskha mengangkat keduanya bahunya cuek kemudian cowok itu bersiul dengan santai kembali menuju kelasnya.

Langkah kaki Alaskha kembali terhenti. "Jangan lupa rotinya lo buang ke tempat sampah. Jangan nyusahin anak OSIS!" Kata Alaskha dengan santai.

Camelia menganga. "Lo lebih peduli sama anak OSIS dari pada perasaan gue?" Tanya Camelia dengan tidak percaya seorang Alaskha lebih memilih peduli dengan OSIS daripada perasaannya. Ingin rasanya Camelia membunuh Alaskha dengan roti beracun.

Alaskha kembali berjalan dengan santai dia sudah bosan di ganggu oleh Camelia. Saat ini dirinya ingin bersantai sejenak karena setelah pulang sekolah dirinya harus ke rumah sakit untuk mengecek keadaan sang ibu. Dan kemungkinan besar Alaskha akan bermalam disana untuk menjaga ibunda tercinta.

Camelia memunguti roti-roti yang ia buat dari jam 5 pagi hanya untuk Alaskha dia rela bangun sepagi itu. Dan apa balasannya semua rotinya tidak termakan oleh Alaskha dan malahan terbuang sia-sia. "DASAR ALASKHA GAK TAU DIRI!" kata Camelia.

Raina terhenti melihat Camelia yang sedang memunguti roti sebagai seorang OSIS di bidang kebersihan dia merasa kesal melihat roti yang berhamburan dimana. Terlebih melihat Camelia yang rasanya membuat Raina tidak mood. Raina perlahan berjalan melewati Camelia dengan santai. "Bersihin tuh roti!" Katanya dengan ketus.

"Eh Raina!" Ucap Camelia dengan sedikit berteriak.

Merasa namanya di panggil Raina menengok ke arah Camelia dengan alis mengkerut. "Apa?"

"Bisa bantu gue buat deketin Alaskha?" Tanya Camelia sambil mengusap air matanya.

"Lo nangis?" Tanya Raina dengan alis mengkerut.

Camelia mengangguk sebagai jawabannya. "Gue di tolak Alaskha. Gue gak tau kenapa." Ucap Camelia dengan nada bergetar.

"Yang sabar ya!" Raina menepuk bahu Camelia dengan pelan.

"Lo mau bantu gue kan?" Tanya Camelia dengan pelan dia berharap Raina mau membantunya dan bisa mendekatkan dirinya kepada Alaskha.

Raina menghela napas. "Duh gue gak tau deh! Alaskha mines banget kepekaannya." Ucap Raina.

A L G H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang