Nomer tidak dikenal
Awas lo berani deket - deket Cakra pas gue gak masuk!Ghea mematikan data ponselnya dan memasukan benda pipih itu ke dalam saku hoodie miliknya yang berwarna abu - abu. Pesan nyasar itu sangat tidak menyenangkan baginya. Ghea masih merapihkan buku-buku yang sengaja dia perlama untuk menunggu Cakra selesai piket hari ini. Sekaligus bisa menjadi alasan untuk pulang bareng Cakra katanya.
Cakra melirik sinis Ghea yang sedang merapihkan bukunya lelet sekali pikir Cakra. Cowok itu sedang mengepel lantai kelas, karena tugas piketnya hari ini membuat Cakra harus pulang paling akhir di antara teman sekelasnya yang lain. Tidak perlu lama untuk mengepel kelas, asalkan basah dan terlihat mengkilat itu sudah cukup untuk Cakra. Cowok itu mengangkut seperangkat pembersih lantai itu keluar dan menaruhnya di depan kelas.
Dengan sigap Ghea mengambil tas Cakra dan membawanya keluar dengan memeluk tas Cakra, tak lupa senyumannya tak pernah pudar didepan Cakra. Cakra menatap Ghea dengan tajam, cowok itu berdecak kesal melihat tasnya sudah di peluk Ghea dengan erat.
"Ck. Balikin tas gue." Pinta Cakra dengan berusaha menahan kekesalanya agar tidak meluap kepada gadis didepanya.
"Gak! Tas lo gue sita." Ghea menerobos tubuh tegap didepanya dan berlari menuju parkiran sekolah untuk mencari motor Cakra.
Cakra berdecak sebal berurusan dengan Ghea sangat membuatnya ingin mengomel setiap hari. "Caper!" Umpatnya.
Ghea sudah menunggu didepan motor Cakra dengan senyuman manisnya hal itu sangat membuat Cakra kesal. Cakra menghampiri Ghea dengan wajah datar kalau dompet dan ponselnya tidak berada didalam tasnya Cakra akan merelakan saja tasnya itu di bawa Ghea.
"Balikin tas gue." Ujar Cakra datar.
Ghea menggeleng. "Big no! Lo harus pulang bareng gue!" Kata Ghea langsung to the point. Sementara Cakra hanya berdecak sebal dengan tingkah Ghea yang selalu saja mencari perhatian darinya. Padahal sekarang status mereka berdua hanyalah sebatas mantan. Tidak lebih.
"Ck. Gak usah caper lo! Kita bukan pacar lagi." Kata Cakra dengan ketus membuat udara sedikit menyusut ke dalam hati dan dada Ghea.
Ghea tersenyum lebar berusaha menyembunyikan fakta dia sedang tidak baik-baik saja. "Kita kan mantan! Tapi temenan." Kata Ghea dengan cengengesan.
Cakra mendengkus menghadapi Ghea sangat membuatnya begitu jengah. Cowok jangkung itu mendorong Ghea sehingga membuat Ghea mundur beberapa langkah dan terus terdiam menatap Cakra yang sibuk memarkirkan motornya. Tanpa menunggu aba-aba Ghea langsung menaiki motor Cakra dengan cepat, untungnya dia agak tinggi jadi tidak terlalu susah untuk menaiki motor Cakra.
"Shit!" Cakra mengumpat dibalik helmnya yang menutupi sebagian penuh wajahnya. Cakra tidak mau berlama-lama berhadapan dengan Ghea cowok itu langsung menyalakan motornya dan membelah jalan jakarta yang tidak terlalu ramai. Senyuman diwajah Ghea tidak bisa pudar ia ingin terus menerus memamerkan sederetan giginya yang putih kepada sang ibu kota.
Didalam perjalanan Ghea terus mengajak Cakra mengobrol sekalian untuk mendekatkan hubungan mereka kembali. Sekali-kali Ghea menceritakan masa-masa indahnya bersama Raina dan Alaskha yang dibalasi anggukan 'iya' saja dari Cakra. Tidak hanya bercerita seringkali juga Ghea bernyanyi lagu milik Rizki Fabian yang berjudul 'Cuek' niatnya untuk sedikit menyindir Cakra. Alih-alih si pengendara motor merasa tersindir, dia malahan merasa kesal Dengan Ghea yang tidak punya malu nyanyi ketika lampu merah menyala. Seketika semua pengendara mobil ataupun motor menatap kearah Cakra dan Ghea, untung saja Cakra menggunakan helm fullface jadi dia terlalu terlihat oleh orang lain. Ghea sangat memalukan.
Ghea menepuk-nepuk pundak Cakra meminta untuk menepikan motornya di sebuah Cafe, awalnya Cakra menolak dan begitu ogah-ogahan. Karena Ghea begitu merengek seperti anak kecil terpaksalah Cakra memutar balik dan berhenti di cafe, tempat dimana Ghea pernah memutuskan pacarnya dulu. Romeo.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L G H E R A
Teen Fiction"Hanya ingin tetap menjadi diri kami sendiri, agar nantinya akan ada seseorang yang menerima kami apa adanya." Persahabatan kami bisa dibilang spesial mengapa? Karena wajah wajah kami terlalu banyak mengandung candu untuk dipandang terlalu jernih ji...