Vote, komen, share🤗
Koreksi typo^^
.
.
.
————
Moon 15
————
.
.
.
🌚
Syukuran tujuh bulanan kehamilan Etha sudah sejak pagi dipersiapkan. Teras di depan beranda akan digunakan sebagai dapur. Tungku tradisional juga telah tersedia sejak semalam.
Kini April dan Mark tengah menikmati susu sereal di teras dengan selimut pendek menyelimuti punggung masing-masing. April melirik ke arah Marc. Bentol-bentol di wajahnya hampir hilang.
Kemarin, saat panen petai..
Marc masih diam, memperhatikan para bapak-bapak yang mulai memanjat. Mereka memakai kaus kaki dan lain-lain. Persis seperti akan menghadapi musim dingin.
Ia mengangguk paham ketika sudah memperhatikan bagaimana para bapak naik kesana. Apa yang harus diperhatikan, dan apa yang menjadi kunci utama.
Marc mulai naik dengan semangat. Dia melewati dahan satu dan dua. Dari awal dia menargetkan satu rumpun petai yang banyak. Tentunya untuk April. Sesuai pesanan gadis itu.
Ibu-ibu bersorak sorai mengarahkan para bapak untuk mengambil petai. Tidak ada alat petik untuk mengambil petai. Jadi hanya mengerahkan kekompakan warga.
Marc menatap April yang menggigit bibir. Gadis itu seperti menyesali syaratnya. Tatapannya benar-benar khawatir.
Tapi Marc tidak peduli. Dia terus naik dan maju menuju dahan ke empat tempat dimana petai yang ia maksud.
April terlihat berpindah posisi. Gadis itu terus melafalkan nama Marc dalam hatinya. Dan Marc lupa, dia tidak memperhatikan bagaimana cara bapak-bapak melangkah diatas dahan. Apakah ngesot? Jalan? Atau bergelantung?
Dan Marc memilih ngesot. Dia memeluk dahan itu. Bergerak-gerak pelan dengan dahan yang mulai melengkung karena bobotnya yang tidak ringan.
Satu dorongan kaki, dia berhasil. Dua, dia berhasil, tiga, dia berhasil meski ada sedikit air di dahan, tapi dia tidak peduli. Mungkin tahi burung. Dia bahkan tidak peduli jika baju yang dia pakai robek akibat acara ngesotnya.
Tunggu. Baju mahal bisa robek? Entahlah.
Marc hampir sampai. Tangannya terulur untuk mematahkan dahan yang ujung. Tapi urung ketika justru ulat penuh bulu muncul dan merayap di jempolnya.
"Aaaggggggggrrrhhhhh!" Marc berteriak dan mengibaskan ulat itu.
Namun, dia baru sadar bahwa dahan yang dia peluk dipenuhi ulat di sela kulit pohonnya. Dan ulat-ulat mulai keluar dari tempat. Mereka meregangkan badan dan tampak bulu-bulu yang lebih mirip jarum.
Dengan panik, Marc menggapai ujung ranting. Menarik petai dan berucap, "Bye-bye, caterpillar!"
Dan Marc lupa. Ini bukan bunggie jumping.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN✅
RandomBIASAKAN FOLLOW AKUN PENULIS TERLEBIH DAHULU✨ PLAGIAT tolong sadar diri..meniru karya orang lain nggak membuatmu menjadi lebih baik. CERITA INI REAL 100% DARI IMAJINASI SAYA! KALAU KALIAN MENEMUKAN CERITA YANG BERBAU-BAU SEPERTI CERITA SAYA, TOLONG...