Moon 19

2 0 0
                                    

Vote, komen and share anda berarti untuk saya😊

Koreksi typo yaa^^

.


.


.



————

Moon 19

————



.


.


.



🌚

Kira-kira, ini hari ketiga Marc di Jakarta. Entahlah.. April tidak menghitung hari. Karena semakin bertambahnya detik, semakin besar rindu yang terbuat karenanya. Semakin lama waktu yang memisahkan, semakin menekannya untuk bertemu.

Sore hari ia memilih pergi ke sawah. Selain mengecek pekerjaan tukang, dia juga harus memastikan kondisi sawah sesuai target untuk mencapai penghasilan yang diinginkan. Rumah jamurnya juga berjalan dengan baik. Meski kemarin sempat tidak menghasilkan karena kelembaban yang kurang sehingga menghasilkan jamur dengan kualitas buruk.

Dan disinilah April, yang sedari tadi diikuti Mei. Gadis ini terus saja mengoceh tentang Marc. Dia merindukannya, dia yakin bahwa Marc merindukannya juga. Dia bilang Marc mencintainya hanya karena waktu itu ia pernah diantar pulang oleh Marc. April tidak habis pikir gagasan darimana Mei mendapatkan simpulan seperti itu.

Marc memang pernah mengantar pulang, saat Etha mengalami kondisi yang nyari— ah ya begitulah. Tapi hanya sekadar mengantar. April tahu itu karena Marc juga pulang dengan cepat.

Mei masih dengan wajah berkhayalnya. Semilir angin nampak mewakili perasaan gadis ini sepertinya. Membuat raut jijik terpampang jelas di wajah April.

"Rasanya pengen gitu kayak dulu. Ngobrol bareng, ketawa bareng, seneng deh," ucap Mei

"Itu bukan seneng. Itu namanya baper. Dia emang baik sama siapapun. Nggak usah merasa lo spesial deh. Siapa tau dia kek gitu cuma hargain lo sebagai teman. Nggak lebih." April melengos malas. "Karena yang spesial cuma martabak."

"Tapi aku cukup sadar diri kok. Aku udah bukan siapa-siapanya lagi."

April menaikkan alis tinggi-tinggi. "Memang lo sebelumnya siapanya? Pacarnya? Hah? Dia suka sama lo sedikit pun enggak," cibir April

Tapi Mei masih dalam tahap berkhayal akut. "Tapi kok sedih, ya. Inget dia dulu kek gitu, sekarang kek gini. Kok sakit ya? Tiba-tiba dijauhi. Tiba-tiba berubah sikap."

April memutar mata malas. "Nggak ada yang berubah. Itu cuma rarasaanmu aja. Lagian mungkin dia seperti itu dulunya mau manfaatin doang. Hanya sebatas penasaran. Ngga lebih. Dan kamunya juga muka-muka gampang dibegoin sih."

April yakin. Kalau ngga dalam mode halu, si Mei ini pasti mencak-mencak abis itu update jejaring sosial buat ngasih tau 'fake followers' nya bahwa dia tercukiti.

Nyebelin kan? Emang.

April tahu itu dengan melihat insta story di Ig Mei kemarin saat Andre menunjukkan.

Tiba tiba Mei meringis, kemudian terisak. "Siapa sih, yang ngga sakit hati digituin, hah? Huhuhu. Merasa kehilangan banget tau nggak?!"

"Lo yg merasa. Dia mah fine-fine aja. Lo tuh cuma sebongkah upil yang gabisa ngalahin berlian kayak gua dihatinya." April tersenyum puas. 

BULAN✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang