Remo mengambil alih posisi Jundit, lalu mulai membuka suara, "Oke, terima kasih Jundit sudah memandu kami isi dari kosan ini. Sekarang waktunya untuk membuat peraturan dalam kosan yang akan diletakkan di beberapa tempat yang terlihat." Kemudian Kevin menggantikan PowerPoint menjadi Word, siap menulis peraturan yang akan digunakan. "Dah siap? Oke, siapa yg mau kasih saran duluan?" Tanya Remo.
Abin mengacungkan tangannya, "Hyung, bikin peraturan kalau kamar mandi wajib bersih! Khusus buat Yoyon, suruh dia bersihin tiap hari—" "APAAN HEH PIGGEU, BUKAN GUE YANG NGOTORIN TOILET TADI!!" Seru Yoyon. "Kalian kalau mau ribut, mending ke lapangan aja sana," Kata Remo dengan tegas, lalu kedua kakak beradik itu terdiam. "Ada yang lain?" "Hyung, mau pake sistem uang saku gak? Jadi nanti kalau ada yang melanggar peraturan, uang saku nya dikurangin," Saran Dirga. "Nah, boleh juga tuh. Gue setuju ama Dirga," sahut Jundit. Remo menghela napasnya sambil tersenyum pasrah, "Disini yang udah kerja siapa aja? Maksud gue yang udah punya pekerjaan tetap." Dan sesuai ekspetasi, hanya Jundit yang mengacungkan tangannya."Oke, dit. Nanti kita bahas pembagiannya. Lu ada saran apa gitu?" Tanya Remo kepada Jundit. "Ini gue masih belum pasti sih ya, gue sebutin ya—
Yang pertama, dilarang meninggalkan ibadah masing-masing.
Yang kedua, melaksanakan tugas piket sesuai jadwal.
Yang ketiga, menjaga solidaritas dan kekompakan.
Dan yang terakhir, dilarang berkata kasar. Kalau berkata kasar, uang saku kalian dikurangin.
Sekian," Jelas Jundit. Semua di dalam ruangan itu tercengang dengan saran Jundit. "Dit," Sahut Jeje, "itu peraturan paling pas yang pernah gue denger!!" Yang lain menyetujui pernyataan Jeje. Akhirnya yang diambil adalah saran dari Jundit, "GUYS!!" sahut Kevin. Semuanya menoleh ke arahnya, "Apa, vin?" "Peraturannya ga mungkin itu aja kan? Maksud gue peraturannya dinamis aja, sewaktu-waktu bisa ditambah gitu," kata Kevin sambil membereskan laptop dan proyektor. "Hmmm... Boleh juga tuh, vin. I'm in, who's with me?" Kata Jeje lalu disahuti oleh yang lain.
💎💎💎
Remo dan Jundit akhirnya berada di kamar mereka mendiskusikan mengenai pembagian uang saku setiap anak kosan. "Dit," Panggil Remo. Jundit hanya menjawab dengan "Hm?" "Lu kan kerja di LTE labels kan?" Jundit hanya mengangguk sambil memainkan hapenya. "Maaf banget nih gue nanya, lu digaji berapa disana?" Tanya Remo dengan hati-hati. Jundit menghentikan aktivitasnya lalu menatap Remo, "hmm... seinget gue ya, sekitar 8 juta ada kalau gak lembur, kalau dipake lembur bisa nyampe 12 juta ada." "Lha kok? Gue kira—maaf nih, dit. Bukannya gue yang pangkatnya lebih tinggi gajinya lebih besar dari lu? Kok bisa gaji lu sama kek gue," Remo terheran-heran dengan perkataan Jundit. Tiba-tiba Jundit tertawa lepas sampai guling-guling di kasur, "ahAHAHAHAHA astaga huAHAHAHAHAHA!! hadeuh bengek gue ahAHAHAHAHA!!"
Ini anak dah gila kali ya, batin Remo yang melihat Jundit masih tertawa, "Dit, lu sehat? Mau gue bawa ke RSJ?" Akhirnya Jundit berhenti tertawa, wajahnya merah seperti tomat, masih tersenyum menahan tawa, entah apa yang lucu dari pertanyaan Remo barusan. "Gue cuma bercanda hyung—pfft, lagian mana mungkin gue gaji segitu. Gaji gue UMR kalau gak lembur, kalau lembur 6 juta ada," Jelas Jundit. "Lu mau gue gebukin di lapangan sana, dit?" Tanya Remo dengan tatapan mengintimidasinya, "Nggak astajim yakali gelud disana, yang ada ntar diomongin orang sini. Kalau mau bahas yang tadi di atas hayuk sebelum bini gue nelepon," Jawab Jundit sembari matanya menghindari tatapan Remo. Remo akhirnya duduk hadap-hadapan di ranjang Jundit. "Gaji kita kalau di jumlah, ada sekitar 12 juta. Orangnya disini kurang lebih juga segitu, mau dikasih masing-masing sejuta?" Tanya Remo. Jundit terdiam sejenak memikirkan dia kerja juga bukan hanya untuk kosan, tetapi untuk kehidupan dia dengan istrinya sekarang. "Gimana ya, hyung. Gue kan gaji UMR, bini gue juga kerja gaji UMR. Gue kerja juga—" "Iya, gue tau, dit. Lu pasti harus cari nafkah kan buat bini lu? Gimana kalau gini aja, uang saku masing-masing anak kosan 500 ribu cukup kah?"
"Cukup beh, kalau melanggar peraturan kurang 50 ribu huehehe. Terus nanti gak kerasa uang saku mereka makin berkurang," Jawab Jundit menyeringai. "Oke, ide bagus tuh, dit. Wow, gue gak nyangka roommate gue cem gini orangnya," Kata Remo tertawa lega.
Ting!
Hape Jundit berbunyi, dia segera melihat siapa yg mengirimkan pesan. Jundit membulatkan matanya, "Hyung, gue balik dulu ya. Dicariin bini soalnya," Kata Jundit sambil beberes barangnya. "Oke oke, hati-hati di jalan ya!" Seru Remo. Jundit hanya memberi thumbs up lalu meninggalkan kamarnya. "Loh, dit? Mau kemana?" Tanya Jeje. "Pulang lah, dicariin bini aing noh," Jawab Jundit. Jeje hanya mengangguk mengerti lalu meminta titip salam dari anak-anak kosan untuk istrinya Jundit, "Yaudah kalau gitu, Assalamualaikum!" Salam Jundit lalu meninggalkan kosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Jubel [COMPLETE]
FanfictionThis book was written with love and care for all the members of Tujuh Belas and a special thank you for being my home in this virtual world. Buku ini ditulis dengan penuh kasih sayang untuk semua member Tujuh Belas serta banyak terima kasih telah m...