Remo, lelaki berumur 25, pernah membangun sebuah kos kosan bersama beberapa temannya. Tadinya ada banyak orangnya, hingga tinggal tersisa dua orang bersamanya, Jeje dan Jundit. Mereka masih tinggal di kos, tetapi jarang menyapa. Jam kerja mereka yang padat membuat mereka jarang berkumpul bersama di kos.
Kini Remo terduduk diam di ruang kerjanya, sambil menatap banyak lembaran kertas berisi berkas yang harus dia tandatangani.
Tok tok tok
"Permisi, pak. Ada yang ingin bertemu dengan bapak."
Remo tersadar dari lamunannya lalu menyahuti asistennya, "Suruh dia masuk." Tidak lama kemudian pintu ruang kerja Remo terbuka perlahan, menunjukkan sosok yang familiar di mata Remo.
"Jundit? Kenapa kau kesini? Apa ada masalah di kosan kah?" Tanya Remo. "Ah, tidak. Gue mau kasih ini aja, kali aja lu berminat ikut dateng ke nikahan gue-" "Apa? Lu nikah? Sama siapa? Kapan jadiannya kok gue gapernah liat?" Remo sangat terkejut, bahkan sampai bertanya macam-macam pada teman sekosannya itu. Jundit hanya terkekeh, "Gimana lu mau tau, orang lu pulang tengah malem mulu, meeting mulu tiap hari. Hari libur pun lu hanya diem di kamar lu, ngerjain kerjaan mulu."
Remo pun terdiam kembali, menghela napas panjang. "Jadi, alasan kau kesini mau menyampaikan undangan pernikahanmu dan menceramahiku?" Tanya Remo yang menahan amarah. "Aniya, bukan begitu. Sekalian mau bahas ini, ada yang ingin bekerjasama dengan kantor lu," ucap Jundit. "Kerjasama? Perusahaan manakah itu? Ayo duduk dulu, dit." Mata Remo terbinar ketika mendengar kata kerjasama. Jundit akhirnya duduk menghadap Remo. Terkesan canggung, tetapi karena masih di kantor orang, gak mungkin Jundit bakal nyelonong masuk gitu terus duduk sebelah Remo.
💎💎💎
Setelah berdiskusi selama 2 jam lamanya, Remo menyetujui tawaran kerjasama Jundit. Pada saat Jundit hendak meninggalkan ruangan, "Oiya, kalau ada waktu pas pulang, kita ngumpul ya, ada hal yang Jeje hyung mau sampein." Remo hanya mengangguk iya dan kembali mengerjakan kerjaan yang tertunda.
Di lain sisi, Jundit selama perjalanan pulang menuju kosan, masih berpikir keras untuk membangun kembali kosan yang kini menjadi sangat sepi dan hanya dihuni 3 orang, mana sebentar lagi dia akan segera menikah dan tidak akan lama lagi tinggal di kosan. Ketika Jundit sampai di kosan, dia melihat ada sebuah motor yang dia tidak kenal, terparkir di halaman kosan. Jundit masuk melalui pintu samping dan melihat Jeje sedang berbincang dengan seseorang. Jundit menghampiri mereka dan mencari tahu apa yang mereka perbincangkan.
"Eh, Jundit dah sampe. Sini, nimbrung bentar," Ajak Jeje, "Jundit, kenalin ini Kevin. Kevin, kenalin ini Jundit." Jundit dan Kevin berjabat tangan, Jundit tiba-tiba have something in mind. "Apa maksud kedatangan Kevin kesini?" Tanya Jundit setelah berjabat tangan dengan Kevin, "Oh, aku kesini mau ngekost disini, tadi Jeje hyung habis tour kos kosan. Fasilitasnya bagus loh, tapi kenapa tempatnya agak- uhh.. terpencil? No offense."
Jundit hanya menghela napas, "None taken. Kalau kau mau ngekost disini, boleh kasih saran kalau emang harus pindah, ya kemana-" "Sebaiknya sih kita pindah, tapi aku ingin bertemu dengan pemilik kosan ini. Apa dia ada di rumah?" Tanya Kevin. "Actually, he is kinda workaholic these days. Kita yang anak lama disini aja jarang sekali ngobrol bareng dia," kata Jeje. Kevin cukup terkejut dengan perkataan Jeje.
"Oh, kira-kira dia pulang jam berapa?" Tanya Kevin lagi. "Tidak tentu, dia sering ambil lembur jadi dia pulang tengah malam-" ucapan Jeje terpotong oleh Jundit, "Kadang dia suka mampir beli minum karena terlalu stress." Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Pastinya sulit ya, urusin kosan sama kerja kantor tiap hari."
"Tentu." Jawab Jeje dan Jundit berbarengan. Terjadi keheningan di ruang tamu kosan, Jeje mencoba membuka percakapan kembali, "Dit, lu tadi dah ketemu Remo?" "Udah hyung, biasa kalo dah urusan kerjasama kantor, langsung dia gaspol," Jawab Jundit. "Remo siapa?" Tanya Kevin, "Yang punya ini kosan, vin. Yang tadi gue bilang workaholic itu." Jawab Jeje. Kevin hanya ber-oh-ria dan melihat beberapa tempat di kosan itu.
Ting!
Ponsel Jundit berbunyi, dia mengambilnya lalu membaca apa isinya. "Hyung, Remo hyung line gue. Katanya sih bisa pulang cepet, tapi-" "Tapi kenapa atuh Jundit?" Tanya Jeje. "Tapi sekitar jam 10-an gitu hyung. I know it's past your sleeping time, but atleast we can meet up, right?" Jundit menepuk punggung Jeje untuk menyemangatinya.
"Jadi, aku pindahannya kapan? Hari ini bisa?" Tanya Kevin. "Hari ini beres-beres barang? Boleh banget, ayo sini ikut gue," ajak Jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Jubel [COMPLETE]
FanfictionThis book was written with love and care for all the members of Tujuh Belas and a special thank you for being my home in this virtual world. Buku ini ditulis dengan penuh kasih sayang untuk semua member Tujuh Belas serta banyak terima kasih telah m...