Dua Puluh Dua : Bad Clue

18 2 0
                                    

"Terima kasih, terima kasih sudah bebaskan aku dari sel tahanan." Kata seorang wanita, dengan paras keturunan asing. "No need to thank me, yang penting kamu sudah sembuh dan tobat kan?" tanya wanita satunya, berpenampilan sederhana tetapi fashionable. "Iya, aku pikir kamu akan menuntut aku yang macam-macam setelah terakhir kita bertemu. Ternyata kamu membiayai untuk kesehatan mentalku, sekali lagi terima kasih." "But, will you do me a favor, Sydney?"

"What is it?"

Wanita itu mendekat lalu membisikkan, "Hancurkan Tujuh Belas Group." Sydney terkejut. Dia takut akan masuk ke sel tahanan lagi, "T-tapi, aku baru saja keluar. Kenapa aku dapat tugas seperti ini?" Wanita berparas bule itu bingung dengan tujuan wanita yang sedang berbicara dengannya. "Udah, tenang aja. Aku tau semuanya, tinggal kamu yang jalanin. Urusan kamu bakal tertangkap, udah aman. Aku ada orang dalam disana," kata wanita itu sambil mengedip sebelah matanya.

"Kamu sangat yakin dengan hal ini? Aku tau suamimu itu salah satu kolega dari si pemilik Tujuh Belas Group, tapi gak gini juga. Masa kamu jadi musuh dalam selimut suamimu sendiri?" Mereka berdua terdiam lalu yang satu berkata, "Yaudah, gapapa. Aku rela jadi musuh dalam selimut suamiku, asalkan Tujuh Belas Group bisa kandas."

"Kamu rela?! Oh my God, aku nyulik Kevin aja udah sekarang tobat. Kamu tau sendiri suamimu, Jundit juga orang yang pintar, cum laude pula waktu wisuda kemarin," kata Sydney berusaha meyakinkan wanita dihadapannya untuk mengurungkan niatnya. "I have no other choice, Sydney. This is my only chance buat Tujuh Belas Group bangkrut dan semua tender berpindah ke perusahaanku," kata wanita itu menahan tangis. Dia juga tidak mau melakukan ini pada suaminya sendiri, tetapi mau bagaimana lagi.

"Begini, kamu kasih tau rencanamu apa, nanti aku langsung beraksi lewat Kevin atau teman-temannya yang lain untuk membujuk suamimu," Sydney menghela napas pasrah, terpaksa melakukan ini, demi balas budi dengan istri Jundit, Michelle. "Bagus, kalau begitu give me your number and I'll share it to you," Michelle meminta nomor telepon pada Sydney. Sydney mah mau-mau aja ngasih nomor teleponnya pada Michelle. "Ingatlah, aku tidak mau berurusan dengan polisi lagi," kata Sydney dengan hati-hati. Michelle menerimanya dengan penuh kemenangan, dia sekarang punya senjata untuk menghabisi perusahaan Remo.

💎💎💎

"Wahh, ternyata berdebat itu bisa seru juga ya!! Apalagi kita cosplay pake kemeja, pake jas juga!!" Zean dengan girangnya keluyuran memutari ruang tamu. Para penghuni kosan yang lain tertawa gemas dengan tingkah sang maknae kosan 17. "Debat bisa seru itu kalo orang yang diajak debat bisa nanggapin dengan cepat atau kek misal gua kasih pernyataan A, terus kamu kasih sanggahan tiga sekaligus jebret jebret jebret!! Otomatis kamu yang menang debat ntar, ya kan?" Kata Jundit sambil siap-siap untuk pulang, karena ditunggu istri.

ding dong!

Ada sebuah amplop masuk dari sela pintu bagian bawah dan menyangkut di keset welcome kosan. Zean mengambil amplop itu lalu menyerahkan kepada Remo, "Babeh Remo! Ada surat nih." Remo yang hendak masuk kamar melanjutkan pekerjaan kantor menoleh lalu menerima surat itu. Remo memeriksa isi luar amplop itu, tetapi hanya menemukan tulisan surat itu ditujukan untuk seluruh anggota kosan 17. "Kenapa beh? Kok kek bingung gitu?" "Ke ruang tamu yuk, de."

Remo beranjak menuju ruang tamu dan memanggil semua anak kosan untuk berkumpul disitu. "Ish babeeehhh!! Gua lagi skincarean ini," gugam Dirga yang bisa didengar jelas oleh semuanya. "Gini, tadi Zean dapet nih surat undangan ke sebuah secret party dan mereka mengundang kita untuk hadir disana—" "Jangan kesana beh! Takutnya ada apa-apa," Kevin mencegah anak-anak kosan untuk pergi kesana. "Tapi kan yang diundang itu semua. Jadi, kita ikut semua kesana. Untuk bagian yang nyupir itu Jundit ama gua bisa nganter," kata Remo. Jundit membulatkan matanya karena kenapa jadi dia yang bagian nyupir, "Remo hyung?! Kok jadi aing yang nyupir?! Tanggal berapa itu, lihat!!" "Tanggal 5... emang kenapa? kan beberapa hari lagi," kata anak-anak kosan.

Jundit auto cemberut mendengar pertanyaan nak anak kosan yang lupa pada hari itu karena merupakan hari jadi ke 1 tahun 2 bulan Jundit dengan istrinya, "Au ah, gua pulang aja. Yang penting gua bukan bagian nyetir, gua lagi berhalangan, titik." "Yaudah gidah, pulang sana ke bini lo. Gua tidur di tempat lo ya, abisnya Kevin masih suka ngorok kenceng banget," kata Hao seolah menyuruh Jundit cepetan pulang. Jundit hanya tersenyum getir lalu berpamitan pulang.

Setelah sampai rumah, Jundit melepas kemejanya lalu mencari istrinya ntah dimana dia berada, "Chelle? Kamu dimana, sayang? Mas pulang kok gak EUMMPH—" Jundit pingsan, dibekap oleh seseorang. "Maaf mas, aku harus melakukan ini," kata orang yang membekap Jundit lalu membawanya ke kamar, mengikatnya di ranjang, dan mengambil semua barang Jundit.

Kosan Jubel [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang