"Jadi, Pak Jundit ini mau gugat cerai istri bapak?" tanya Pak RT. "Iya, Pak RT. Saya mending jadi jomblo seumur hidup kalo gini mah," Jawabku lalu meracau tak jelas. Aku gatau lagi jalan apa lagi yang harus aku tempuh. "Gini aja pak, bapak telepon Pengadilan Agama terus mulai urus gugatan cerainya," saran Pak RT. "Tapi Pak, ponsel saya diambil istri saya, jadi komunikasi paling lewat telepon rumah atau pinjam punya orang. Saya kesini awalnya mau telepon temen saya di kosan, kebetulan Pak RT nyaranin urus gugatan cerai, jadi biar sekalian," Jawabku. Lalu, Pak RT menyerahkan ponselnya lalu menyuruhku menelepon siapapun yang aku butuh telepon. Aku menelepon Remo hyung, baru nanti telepon Michelle.
"Halo? Ini dengan siapa?"
"REMO HYUNG!! INI JUNDIT!!"
"ASTAGA, DIT!! LU KEMANA AJA?!"
"There is no time to explain, yang penting lu pulangin semua karyawan lu, SEKARANG!!"
"Dalam rangka apa ini, dit?"
"MICHELLE MAU TEROR KANTOR LU, HYUNG!! Cepetan, speaker sentral nya dinyalain umumin kantor akan tutup lebih cepat."
"Ok, dit. Makasih infonya."
pip...
"Okay, sekarang telepon pengadilan agama," kataku pada diriku sendiri lalu mengurus gugatan cerainya dengan Michelle. "Pak Jundit apa saya belikan bapak ponsel baru?" Tanya Pak RT yang tidak sengaja menginterupsi. Aku menoleh lalu berkata, "Boleh Pak RT, uangnya nanti saya ganti." Ketika Pak RT mau keluar rumah, aku teringat sesuatu. Rombongannya Sydney masih di sekitar rumahku pastinya, aku menyuruh Pak RT untuk berhati-hati, "Hati-hati ya pak, rombongan orang yang teror saya masih disekitaran rumah saya." Pak RT hanya menjawab dengan senyuman lalu pergi keluar membelikanku ponsel baru.
Kini aku cuma sama anaknya, si Jungwon kalo gak salah namanya. "Om Jundit dikejar orang ya?" Pertanyaan Jungwon membuat lamunanku buyar begitu saja. "Ah, iya. Ini mau urus ke polisi sama pengadil buat urus perceraian," jawabku sambil senyum getir. "Oalah, kalo gitu... daripada om Jundit mikirin terus itu orang aneh yang ngejar-ngejar om, mending temenin Jungwon ngegame. Satu ronde aja, sambil nunggu papa pulang, oke?" Ajak Jungwon. Aku mengangguk lalu menemani anaknya Pak RT ini main game, main satu ronde doang. Abistuh udah, itu anak menyublim. Masuk ke kamar.
Kini aku masih terbayang, apa yang akan terjadi di kosan sana ya?
💎💎💎
3rd person POV
Di lain tempat, Remo sudah memberi pengumuman melalui speaker sentral bahwa kantor akan tutup dalam waktu dekat dan menyuruh semua karyawan untuk libur selama seminggu. Setelah koordinasi dengan satpam di semua lantai, Remo akhirnya pulang paling terakhir. Tidak lupa untuk waspada setiap gerak gerik orang di sekitar. Ketika Remo mau masuk mobil, ia merasa ada sesuatu yang menempel di pelipisnya. Dia menoleh dan menemukan Michelle dengan senyuman yang jahat, "Halo, Remo." Remo hanya menghela napas lalu menghadap Michelle. "Baru ngeh sekarang? Kenapa nggak ngeh sejak kamu nikah dengan suamimu tercinta itu?" Tanya Remo dengan nada meremehkan Michelle."Y-ya aku-"
"Kenapa? Hm? Mau mengelak? Mau bilang baru tau sekarang? Iya? Tsk," cibir Remo lalu menurunkan pistol di pelipisnya, "Langsung kelihatan dari wajah kamu, Michelle." Michelle kini tak mampu berbicara apapun sekarang karena semuanya terpampang jelas dari raut wajahnya. Ada rasa bersalah dan rasa dendam terlukis di wajah Michelle, "H-hahaha! Kamu ini dukun atau CEO sih? Bisa baca pikiran segala." "Bukan baca pikiran, Chelle. Tapi secara fisik dan psikis itu keliatan," Kata Remo lalu dengan sigap mengambil pistol dari tangan Michelle dan menodong ke arah kepala Michelle.
"Sekarang kamu sebaiknya pulang, urusan kita belum selesai. Kasihan suamimu menunggumu sudah 3 hari, hari ini ulang tahun pernikahanmu kan? Rayakanlah dengan suamimu untuk terakhir kalinya," kata Remo lalu meninggalkan Michelle, terdiam. "Iya juga, Mas Jundit aku kurung 3 hari sampai anniversary kita berdua. Kira-kira Mas Jundit kabur gak ya?"
Sydney
Syd
Mas Jundit ada di rumah?Gaada
Dia cabut
Ntah kemanaAduhh
Coba cek seluruh rumahUdah
Kosong
Cuma tadi
di kamar banyak taliOh...
KIRA-KIRA MAS JUNDIT KEMANA
SYDNEY BANTU AKUYa ayo
sabar
aku tanya orang sebelah"Semoga Mas Jundit ditemukan, semoga belum terlambat." Michelle langsung bergegas masuk mobil, menyetir pulang ke rumah. Ketika Michelle masuk dengan kunci cadangan, dia melihat Jundit dengan santai keluar dari ruang kerjanya. "M-mas Jundit!!" Michelle berlari lalu memeluk erat suaminya itu. Tetapi Jundit mendorongnya, "Mau apa kamu? Mau mempermainkan mas lagi? Iya? Terus mau bilang apa lagi? Happy Anniversary? Jangan harap."
"Tapi mas-"
"Tapi apa? Kamu buat suamimu tak sadarkan diri selama 3 hari dan OVERSTIMULATE suami kamu?! KEMANA OTAK KAMU MICHELLE PRICILIA?!" Teriak Jundit yang membuat Michelle membisu, Jundit memanggilnya dengan nama lengkapnya. "M-maaf mas, aku-" "Aku apa? Merasa bersalah? Aku gamau maafin orang seperti kamu, aku juga gamau beri ampun buat kamu. Jadi, sebagai hadiah anniversary kita..." Jundit mengambil berkas di meja tamu lalu memberikan kepada Michelle, "... mending kita cerai aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Jubel [COMPLETE]
FanfictionThis book was written with love and care for all the members of Tujuh Belas and a special thank you for being my home in this virtual world. Buku ini ditulis dengan penuh kasih sayang untuk semua member Tujuh Belas serta banyak terima kasih telah m...