Beberapa Bulan Kemudian...
Jundit tidak main-main membawa Michelle ke rumah sakit jiwa, lalu menceraikannya secara sepihak. Jenazah Hanan, Jeje, dan Michael sudah dimakamkan beberapa hari lalu, dan Sydney pergi ke Amerika, tinggal bersama tantenya. Kondisi kosan kini tidak seramai dulu. Remo tetap menjadi orang gila kerja, Jundit tetap menjadi pekerja freelance, Dirga dan Kevin menikah dan pindah ke kompleks yang tidak begitu jauh dari kosan, Abin dan Yoyon pulang kampung ke Jogja selama beberapa minggu kedepan, Hao, Galang, dan Vernon masih tinggal di kosan, sedangkan Kwanie, dan Zean meninggalkan kosan karena mereka merasa kosan sudah tidak lagi aman, dan kembali ke rumah orangtua mereka. Kondisi kosan kembali suram seperti terakhir kali dibentuk.
"Hyung, gue sama Galang pamit dulu ya. Mau ketemu temen-temen angkatan di kampus," pamit Hao ke Jundit yang sedang menyiapkan kamera untuk memulai vlognya. "Iya, hati-hati ya," jawab Jundit lalu tersenyum tipis. Tiba-tiba terlintas di pikiran Jundit untuk menjadi dosen di kampus, "Eh, Hao. Gue ngikut ya." Hao dan Galang mengangguk lalu bersama jalan ke kampus. Perjalanan yang cukup sepi, tidak ada obrolan, tidak ada musik radio, tidak ada rusuh-rusuh di mobil. Terlihat damai, tetapi sebenarnya ada rasa gak enak antara mereka sesama anak kosan. Ketika sampai di kampus, Jundit seperti baru saja menjelajahi waktu. Kampusnya banyak berubah setelah dia wisuda.
"Ini serius kampus gue?" bisik Jundit pada dirinya. Hao dan Galang jalan bareng menuju kelas, tidak mengajak Jundit. Jundit hanya mengelilingi kampus, lalu tidak lama berhenti di depan ruangan rektorat. "Ternyata ruang rektorat pembawa hawa tidak enak ini masih disini toh. Dasar para mahasiswa pembawa hoax," Jundit terkekeh sendiri, lalu mengetuk pintu ruangan.
"Iya, masuk."
Jundit pun masuk ke dalam, memberi hormat kepada rektor, "Selamat pagi, pak." "Eh, ada alumni mahasiswa datang kesini. Namamu Aditya Pratama itu bukan ya, maaf, bapak mulai lupa-lupa. Mahasiswa di Universitas ini mulai lebih banyak dari sebelumnya," kata pak rektor sambil mengingat-ingat nama Jundit ketika masih menjadi mahasiswa di Universitas tersebut. Jundit tertawa kecil lalu mengangguk, "Iya, pak. Saya Junhui Aditya, yang beberapa waktu lalu lulus, wisuda, dapet cum laude."
"Uwah... makin tampan aja kamu. Gimana kabar istrimu, nak?"
"Eeee... mohon maaf, pak. Michelle tidak bisa mengikuti kegiatan kampus untuk beberapa waktu ini karena dia sedang menjalani rehabilitasi di rumah sakit jiwa," jawab Jundit, meringis mendengar rektornya menanyakan mantan istrinya.
"Loh? Dia ada penyakit yang mengganggu mentalnya?"
"Bukan begitu sih, pak. Dia diwarisi orangtuanya untuk menjalankan perusahaan mereka, dilanjuti saya yang menggugat cerai dia karena perilakunya yang diluar batas, hingga membuat 3 teman saya meninggal," Jundit menjadi mengingat masa lalu itu, hanya tersenyum getir.
"Aduh, maaf sekali mendengarnya, nak. Semoga kamu diberi kekuatan oleh Tuhan," kata rektornya, sambil mengelus punggung Jundit, "Ngomong-ngomong, kamu ngapain ke ruangan saya? Ada perlu apa?"
"Apakah bapak masih ada slot untuk saya menjadi dosen jurusan DKV? Kebetulan saya sekarang bekerja freelance dan sedang mencari pekerjaan tetap." Jawab Jundit.
💎💎💎
Setelah dari ruang rektorat, Jundit bertemu dengan Hao dan Galang yang sudah selesai bertemu dengan gengnya. "Jundit hyung, abis dari ruang rektorat?" Tanya Hao. Jundit hanya mengangguk dan memperlihatkan kertas yang dia bawa kepada mereka. Mata mereka membulat setelah membacanya, "J-JUNDIT HYUNG?! LU JADI DOSEN?! DI DKV?!" Jundit malu-malu mengangguk, dan mereka bertiga berpelukan karena senang Jundit diterima menjadi dosen. "Alhamdulillah, ya Tuhan. Engkau sungguh Maha baik, Engkau memberi jalan untuk Jundit hyung yang sekarang jadi dosen kami," Hao bersyukur sekali Jundit menjadi dosen di jurusannya.
Namanya juga Hao, kadang seneng ngebuntutin apa yang Jundit pelajari. "Eh iya, Kevin tadi kesini gak?" tanya Jundit secara random. "Nggak hyung, kan mereka lagi bulan madu ke Bali," kata Hao. "Eh iya ya, Kevin ama Dirga kan abis nikah berapa hari langsung bulan madu ke Bali," batin Jundit. Dia hanya mengangguk lalu mengajak Hao dan Galang kembali ke kosan.
Ketika sampai, mereka melihat beberapa motor dan mobil terparkir di halaman rumah. Mereka curiga terjadi sesuatu sama Remo atau Vernon. Mereka buru-buru masuk dan melihat ada beberapa orang sedang duduk santai dengan Remo. "B-babeh?" panggil Hao terbata-bata. Remo menoleh dan menjawab dengan senyuman tipis. "Assalamualaikum, beh. Wah ada siapa disini?" Kata Jundit, yang masuk terakhir. "Waalaikumsalam, guys kenalin ini—"
———————————————————
HAI GUYShari ini update lagi~
hehe, sengaja ku gantung. Biar penasaran. I also wanna inform y'all... kalo ini jadi chapter terakhir di Kosan 17 Season 1. Jangan mewek dulu kalian pada -_-
Kosan 17 Season 1 : Epilogue itu isinya mostly tentang para cast menceritakan kisah mereka, sharing-sharing melalui siaran radio dan berbagai berita.
so, this is the end and...
HAPPY NEW YEAR 🎉🎊🎉🎊🎉🎊🎉
Semoga tahun depan menjadi tahun yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Terutama pandemi virus COVID-19 yang terus meningkat dan meluas penyebarannya dengan berbagai tipe dan macamnya🦠😷
Stay Safe
Stay Healthy
Keep your distance
Pake masker
Sering-sering cuci tangan
See you next year~
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Jubel [COMPLETE]
FanfictionThis book was written with love and care for all the members of Tujuh Belas and a special thank you for being my home in this virtual world. Buku ini ditulis dengan penuh kasih sayang untuk semua member Tujuh Belas serta banyak terima kasih telah m...