Lima: Kondangan

46 6 2
                                    

Hari semakin sore, sebentar lagi Jundit akan menikah. Semua anak kosan ikut ke kondangan, tanpa sisa. Sisa orangnya maksudnya, bukan sisa barang. Yakali kondangan bawa barang pindahan.

(A/N: gimana sih author-nim, bercandanya garing banget)

Selama perjalanan, Jundit tidak bisa menahan senyum. Tentu dia tidak sabar untuk menikahi gadis yang dia cintai. "Belom sah aja udah bucin, gimana nanti pas udah sah, udah berhubungan," cibir Kevin.

Plakk!!

"ADOHH!! HYUUNGG!! JANGAN NABOK BISA GAK SEHH?!" Jerit Kevin, pahanya kena tabok Jundit, lagi. "By the way, Dit. Ini siapa aja boleh dateng kan? " Tanya Remo sambil melihat spion tengah. Jundit mengangguk dan Remo langsung paham maksudnya. Gedung yang digunakan untuk pernikahan Jundit tidak begitu mewah, hanya sebuah gedung pertemuan biasa dengan tema yang dia pilih sudah cukup sederhana dan kekinian. Ketika sudah sampai tujuan, Jundit lari sprint ke dalam gedung buat ngurus apa aja yang kurang dan lain-lain. "Jundit hyung emang bucin ye?" Tanya Kevin, "Iya, vin. Bucin beut itu anak satu, he has a big heart, but fragile." Jawab Jeje, maksudnya adalah Jundit memiliki hati yang besar, tetapi mudah runtuh alias gampang sakit hati.

"Masuk aja yok, ini dah mau jam nya," Ajak Remo sembari mematikan mobil yang mereka kendarai. Kevin dan Jeje menyetujui lalu turun dari mobil, dan masuk ke dalam gedung. Tercenganglah melihat betapa cantiknya nuansa ruangannya.

(A/N: imejin sendiri ya, author-nim lagi bingung nyari sumber kemana)

💎💎💎

Banyak orang mulai datang setelah Remo and the geng datang. Tidak lama kemudian, MC muncul dan membacakan Rundown acara.

Jundit POV
Hatiku berdetak cepat, aku gugup. Aku takut ketika mengucapkan janji suci, malah meleset salah. Selama MC membacakan Rundown acara, aku terus berjalan mondar-mandir.

"Kami akan memasuki puncak acara hari ini, yaitu pengucapan janji suci oleh kedua mempelai yang akan dipandu oleh sang pendeta, untuk mempelai pria silahkan memasuki ruangan."

Aku memasuki ruangan yang sudah dipenuhi oleh tamu undangan. Aku berjalan dengan tempo yang tetap, tapi mantap dan pasti. Aku berhenti saat berada di depan altar dan berdiri di sebelah pendetanya. Yang menjadi wali ku, adalah salah satu dari saudara dari keluargaku. Dia membacakan naskah sambutannya dan disusul dengan my soon to be wife, Michelle, masuk kedalam ruangan dengan anggunnya.

(A/N: gue lupa jalan acara kalo janji suci gimana, imejin aja sendiri)

"Anda boleh mencium mempelai wanitanya."

Setelah pasang cincin, aku memegang kedua pipi istriku dan memberikan dia kecupan dengan penuh kasih sayang. Para tamu undangan bersorak. Banyak rangkaian acara yang aku buat agar pernikahanku tidak terkesan monoton. Semua orang memberikan selamat atas pernikahanku dengan Michelle, yang kini sudah menjadi istri sah aku. "Dit, selamat bro! Alhamdulillah Jundit dah gak jadi bujang lagi," Kata Jeje hyung. "Maksudmu apa? Ha? Gini-gini jiwa bujangnya masi ada loh, jangan salah." Jawabku, alhasil membuat teman sekosanku tertawa.

3rd person POV
Semakin hari semakin larut, acara pernikahan Jundit berjalan lancar. Jundit mendekati Remo dan meminta ijin untuk tidak ke kosan dulu. "Hyung, gue gak ke kosan ya. Masa iya malam pertama gue tidur di kosan? Kan gak lucu gimana gitu," "Iya dit, sana gidah ama bini lu. Nitip ponakan ye," Suruh Remo. Jundit hanya terkekeh lalu pulang bersama istrinya, sedangkan yang lain kembali ke kosan.

Ketika Jundit sampai ke rumahnya yang baru, istrinya tercengang betapa cantiknya rumah itu. "Mas, i-ini rumah kita?" "Hehe, iya sayang. Ini rumah kita," Jawab Jundit. Dia turun dari mobil, lalu menggendong istrinya yang masih mengenakan pakaian pengantinnya, "Ih, mas. Gausah di gendong atuh, malu aku." "Gausah malu sama suami sendiri, dek." Jundit tetap menggendong istrinya sampai ke kamar mereka, kamar dimana mereka akan melakukan malam pertama ahai. Jundit mendudukkan istrinya di atas ranjang, lalu membantu melepaskan sepatunya, membantu melepaskan gaun pengantinnya, hingga tersisa pakaian dalamnya saja. Jundit memutar badan istrinya lalu mendekatkan badannya, tanpa jarak tersisa. "M-mas, k-kamu mau ngapain? Aku belom mandi, bersihin muka, ganti pake daster aja belom," kata Michelle terbata-bata, "Betapa bahagianya aku bisa jadi milikmu seutuhnya, kamu siap punya anak, dek?" Tanya Jundit dengan nada suara husky nya, sambil menyeringai.

"Maass, aku belom mandii. Aku takut mas jijiikk karena Chelle bauu, ngalih dulu sanaa—MAS!!" Michelle dengan sekuat tenaga melepaskan dirinya dari Jundit untuk kabur ke kamar mandi, tetapi Jundit tenaganya lebih besar, sehingga dengan mudah menggendong istrinya ke kamar mandi, "Sekali lagi kamu bilang gitu, mas mandiin beneran." Jundit menurunkan Michelle di bathtub, melepas pakaian dalamnya, lalu menyalakan airnya, "Ya kan, Chelle bauu..." Michelle menyiratkan air ke wajah Jundit, "Michelle, mau sekalian malam pertamanya disini?" Tanpa balasan dari sang istri, Jundit langsung buka baju, menampilkan tubuh atletisnya. "MAS MAU MANDI BARENG CHELLE?! GAK GAK GAK, KAMU NUNGGU DI LUAR AJA! !" Jerit Michelle sambil mendorong Jundit agar tidak masuk ke bathtub. Tetapi terlambat, Jundit sudah masuk ke bathtub, menindih istrinya.

(A/N: dah ya, selebihnya imejin sendiri sksksksk mian)

Kosan Jubel [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang