Setelah mendapat kabar mengenai Kevin, semua anak kosan berkumpul di warung Abin, menunggu Remo menjemput mereka. "Jadi itu pelakunya dah ketangkep?" Tanya Hanan. "Iya, gila gue gak nyangka Jundit bisa gercep gitu merekam suaranya," Sahut Dirga yang sedang membayar seprait sama Abin. "Assalamu'alaikum," Remo datang memberi salam. "Waalaikumsalam hyung!!" Sahut Abin dari tempat kasir. "Kita langsung aja yuk ke kantor polisi! Dit, lu mau anter siapa aja? Mobil lu cukup berapa orang?" Tanya Remo. "Hmm... Yang pasti Michelle ikut. Kek tadi malam aja, hyung. Hanan hyung, Dirga, Hao, Abin sama Yoyon—" "Kemarin gue cuma sama Jeje, gue bawa Abin aja deh biar gak berantem tuh," Jelas Remo sambil menunjuk ke Abin dan Yoyon, "Oiya sama Michael juga." Jundit mengiyakan lalu mengajak anak-anak kosan untuk berangkat sekarang. Selama perjalanan, sungguh damai, tentram, dan sejahtera. Baik di mobil Jundit maupun di mobil Remo, suasana menjadi sunyi, hanya suara radio yang menemani kesunyian.
"Dit," panggil Yoyon. "Apa?" "Lu ama Michelle dah malper apa belom sih?" Tanya Yoyon dengan polosnya. Michelle melepas sepatu pantofel nya hendak melemparkannya ke arah Yoyon, "A-ampun chelle, ampun." "Ih si Yoyon bisa aja kalo nanya, mana sini kepalanya biar gue toyor sekalian," Kata Hanan lalu menjambak rambut Yoyon. "AKKKH SAKIT HYUNG!! SAKIT HEH!!" Yoyon menjerit kesakitan. Jundit terkekeh sambil tetap fokus menyetir, "Kalau udah emang kenapa? Hm? Nunggu ponakan ye lu?" "Nah, tuh Jundit peka. Ngerti ama maksud gue gitu," Cibir Yoyon. Tiba-tiba Dirga menoyor kepala Yoyon, "Lu tuh ya, nanya pake liat keadaan dulu. Main sambat aja lu, buset." Yoyon hanya cengar-cengir seperti orang tanpa dosa.
💎💎💎
Setibanya di kantor polisi, Remo dan Jeje masuk duluan, yang lain menunggu di depan gedung. Dengan hati yang berdebar, Abin dan Yoyon ikut masuk dan mengintip pembicaraan Remo dan Jeje. Kedua saudara itu melihat Kevin terduduk lemas di sebelah Jeje, dan banyak perban di area lengannya. Mereka akhirnya kembali ke depan gedung lalu menyampaikan kepada yang lain, "Gila woi yang nyulik Kevin. Kek abis dicakar itu tangan dia," kata Abin, merinding. "Chelle, coba liat itu si pelakunya siapa?" Suruh Jundit kepada sang istri. Michelle pun mengiyakan lalu berjalan masuk ke tempat Remo, Jeje, dan Kevin. "Lho? Michelle? Ngapain kesini? Hm?" Tanya Remo lalu menarik Michelle untuk duduk di kursi kosong di sebelahnya. "Aku mau ketemu sama pelakunya, tadi mas Jundit yang minta," Jawab Michelle. Remo mengangguk mengerti lalu bertanya kepada petugas apa boleh bertemu dengan tersangkanya, dan petugasnya memperbolehkan. Michelle berjalan mengikuti petugas itu menuju sel tahanan.
Disana, Michelle bertemu dengan seorang gadis cantik tetapi berhati psikopat itu. "Bu Sydney, ada yang ingin bertemu," Kata petugas lalu membukakan pintu jeruji besinya. Gadis itu keluar lalu menatap Michelle dengan sinis. Petugasnya menyuruh mereka duduk berhadapan di meja dan kursi yang telah disediakan. "Siapa namamu?" Tanya Michelle dengan tegas. "Like you care, b*tch!" Mata Sydney terus menatap mata Michelle dengan sinis. Michelle menghela napas lalu bertanya lagi, "Kenapa kamu menculik temanku? Apa maksudmu?" "Dengar ya, aku menculik Kevin supaya aku bisa hidup bersama Kevin tetapi apa?! Aku ditangkap seperti ini," Jelas Sydney. Ini orang sakit kali ya. Batin Michelle sambil menatap mata Sydney yang berwarna coklat muda, "Look, what you are doing is wrong. Aku sebagai perempuan tak tau harus berkata apa, Kevin punya salah apa sama kamu? Sampai kamu harus menculik dia?" "Tsk, Kevin melakukan kesalahan yang besar. Dia meninggalkan aku, diam-diam!" kata Sydney, mengeluarkan air mata dan mengusapnya dengan kasar. "Bu, waktu berkunjung sudah habis," Kata petugas yang berjaga di depan pintu. Sebelum pergi, Michelle menghampiri Sydney dan berkata, "Hey, kau tau? Seorang perempuan tidak boleh obsesi dengan seorang lelaki, begitu dengan sebaliknya. Gadis cantik sepertimu layak untuk menerima cinta dari orang lain, bukan hanya dari Kevin saja." Setelah itu Michelle kembali ke tempat Remo, Jeje, dan Kevin. "Gimana? Sudah selesai?" Tanya Michelle. "Dikit lagi, kenapa?" Jawab Remo. "Aku boleh bertanya kepada bapak petugasnya?" "Boleh atuh nanya aja."
"Pak, apakah tersangka sudah diberikan pengobatan khusus? Dia sepertinya sedang sakit," tanya Michelle. Petugas yang sedang mengolah data menjawab, "Besok akan kami antar ke rumah sakit jiwa untuk merehabilitasi mentalnya." Michelle menghelas napas lega lalu berpamitan untuk ketemu Jundit dan yang lain. "Gimana sayang? Udah ketemu?" Tanya Jundit. "Udah, anaknya cantik. Tapi kok hati cem batu astaga, kasar, songong pula," Jawab Michelle. "Terus, terus?" "Aku tanya kan sama petugas, dia sakit apa gimana—eh, dia beneran sakit astajim. Katanya besok mau dibawa ke RSJ," Lanjut Michelle. Tidak lama kemudian Remo, Jeje, dan Kevin keluar dari kantor polisi. "Vinaaaaa!!" Seru Abin dan Yoyon berlari memeluk sohib mereka itu. "Ouch-! Hati-hati tangan gue lagi sakit," rintih Kevin memegang lengannya yang diperban. "Puji Tuhan Kevin bisa bebas dari perempuan gila itu," Kata Jeje. "Oke, mending kita balik aja yuk," Ajak Remo. Dan pada akhrinya anak kosan 17 semua kembali ke kosan dengan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Jubel [COMPLETE]
FanfictionThis book was written with love and care for all the members of Tujuh Belas and a special thank you for being my home in this virtual world. Buku ini ditulis dengan penuh kasih sayang untuk semua member Tujuh Belas serta banyak terima kasih telah m...