Jeon Jungkook x Kim Yerim
* * * * *
Jungkook melangkah dengan derap yang cepat, dengan ponsel di telinga kanannya dan mulut yang terus bergerak menjawab tiap cercaan manusia lain di seberang sana.
"Ya. Aku di jalan." Membuka kancing jasnya dengan tergesa, kegusaran semakin menyelimuti raut wajahnya. "Aku bersumpah Yerim, aku sedang di jalan. Tidak—tidak, aku berlari." Keluar dari gedung kantornya, Jungkook mengabaikan sapaan ramah para rekan dan security yang menyapanya.
"Tidak—tidak." Jawabnya lagi, dengan tangan lainnya yang bebas, Jungkook menekan tombol kunci mobilnya hingga alarm terdengar. Melompat ke dalam kursi kemudinya, Jungkook menjauhkan ponsel dari telinganya dan meletakkan ponselnya di tempat ponsel yang memang ia pasang di dasbor mobil. Tampilan panggilan pada layarnya berganti menjadi wajah perempuan dengan bibir yang mengerucut sebal—Yerim. "Lihat, aku di mobil."
"Kau selalu begi—"
"Sayang, aku memang baru keluar dari ruang meeting. Bahkan aku keluar mendahului Bossku." Jungkook sesekali menatap layarnya.
"Tapi kau bilang rapatnya hanya sampai pukul 12! Lihat sekarang jam berapa!" Jungkook hanya mampu menampilkan ekspresi bersalahnya. "Maafkan aku, pembahasannya panjang dan Anak Direktur juga turut hadir karena sedang persiapan pergantian jaba—"
"Anak Direktur? Son Seungwan?!" Jungkook mengumpat di dalam benaknya, bagaimana bisa ia memvocalkan siapa tamu dadakan yang hadir saat rapat tadi. "Aku akan pulang ke rumah orang tuaku." Wajah si perempuan yang semula memberenggut berubah datar seketika. "Sa—" belum juga selesai dengan katanya, panggilan videonya diputus paksa. Jungkook semakin menginjak pedal gasnya lebih dalam. Masalah baru muncul lagi, padahal baru satu hari mereka berbaikan. Dan permasalahanya berputar pada pokok bahasan yang sama. Kecemburuan Yerim yang sampai detik ini tak membuat ia bosan—Jungkook memang sinting.
Pernikahannya dengan si perempuan sudah menginjak angka 6, baru dikaruniai satu balita lelaki yang amat menggemas. Menikah karena sesuatu yang sungguh tak bisa diprediksi—yup! Mereka menikah karena Yerim mengandung lebih dulu. Salahkan saja panitia reuni yang diadakan sekolah tingkat akhirnya, mengapa harus menyiapkan banyak minuman menyegarkan yang dapat menghilangkan stress—sesaat, membuat kepayang dan menghilangkan nyawa pula—jika berlebihan. Jungkook tak menyesali pengalaman luar biasa itu, apalagi ternyata dia menjadi orang pertama yang menjamah tubuh si istri. Walaupun menikah tanpa cinta, Jungkook menepati janjinya pada dirinya sendiri untuk mengembangkan rasa tertarik itu ke tahap yang lebih tinggi, yaitu cinta dan sayang. Mau semenyebalkan apapun Yerim, Jungkook hanya akan berusaha menenangkan si perempuan. Memberikan banyak kecupan hangat di rambut dan wajahnya, dan memberikan pelukan menenangkan yang menjadi salah satu cara cepat meluruhkan amarah dan kecemburuan Yerim.
Berhasil memarkirkan mobilnya dengan rapih di pekarang rumah mertuanya—yang hanya berbeda blok dengan rumahnya, Jungkook melompat dan berlari masuk kedalam yang pintunya di biarkan terbuka.
"Jungkook." Si Ibu mertua menyambutnya lembut, "Yerim sedang di kamar, dan Yejung bersama Ayahmu." Lanjutnya memberitahu.
"Terima kasih Bu, aku akan menyusulnya ke kamar." Mengangguk mengerti, Jungkook diizinkan melanjutkan larinya menuju kamar yang dulunya di tempati sang istri. Membukanya setelah memberikan dua kali ketukan, Jungkook mendapati istrinya sedang menelungkupkan kepalanya ke bantal.
"Sayang.." mendekati dengan langkah lebar, Jungkook mendudukan bokongnya di pinggiran ranjang. "Maaf, penjabaran topiknya agak panjang. Dan aku tak mungkin meninggalkan ruangan ditengah-tengah rapat yang berlangsung." Tak mendapatkan jawaban, Jungkook malah mendapati suara tangisan lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
tale
Fanfictiontale /tāl/ noun a fictitious or true narrative or story, especially one that is imaginatively recounted. Gambar berasal dari pinterest.