Melangkah keluar dari lift di lantai dasar, Joohyun dan Yerim berjalan bersisian menuju pintu masuk. Kali ini mereka di minta untuk menunggu di lobi bukan basement. Entah apa yang terjadi, Yerim menurut saja dengan arahan Joohyun karena ia tahu Kakaknya itu selalu melakukan yang terbaik untuk hidupnya.
"Disana." Joohyun menunjuk mobil sedan yang Yerim kenali. "Tenang, tidak ada Buhoejang-nim." Sambung Joohyun mengurangi ketidaksukaan Yerim.
"Setelah dengan pemotretan, kau ada pertemuan dengan Colette."
"Colette? Kenapa sekarang? Bukankah masih bulan depan?" Joohyun mengangkat bahunya tak tahu.
"Aku belum menanyakannya pada Isanim, tapi jadwal pemotretanmu di majukan menjadi minggu ini. Dan ada dua majalah untuk edisi bulan Juli dan Oktober yang juga akan dilakukan minggu-minggu ini. Jadwalmu padat sekali."
"Majalah?" Kaget Yerim. "Aku tak menerima penawaran apapun." Lanjutnya keheranan.
"Kau menerimanya, lupa? Kontrak awal tahun yang kau tanda tangani itu pemotretan berlaku untuk 3 edisi, tetapi terlompat bulannya."
"Selamat pagi Nona." Siwon menyambut Joohyun dan Yerim yang baru saja sampai di sisi mobil. "Silahkan." Lanjut Siwon setelah membukakan pintu untuk Yerim, sedangkan Joohyun langsung masuk dan menduduki kursi di sebelah pengemudi.
"Nona bisa duduk di belakang." Cegah Siwon saat Joohyun berniat menutup pintu.
"Its ok, aku biasa duduk di depan." Balas Joohyun santai dan melanjutkan tarikan tangannya agar pintu tertutup.
Siwon bergerak gesit memutari bagian depan mobil dan masuk ke dalamnya.
Memasang safebeltnya dan menoleh untuk memastikan Yerim sudah duduk nyaman di kursinya, Siwon menyampaikan informasi jika mereka siap berangkat.
"Yerim,.." Joohyun yang sibuk dengan tabletnya memanggil Yerim masih dengan fokus ke layar tablet di tangannya. "Kau ingat dengan perempuan yang beberapa hari lalu yang membawa-bawa namamu?"
Yerim mengerutkan keningnya berusaha mencari perempuan yang Joohyun maksud di ingatannya. "Perempuan? beberapa hari lalu? Seingatku tak ada berita apapun yang menyeretku."
"Aku lupa beberapa hari ini kau jarang membuka sosial media." Joohyun menolehkan kepalanya ke arah Yerim. "Teman mainmu di Drama tahun lalu, dia menyebut-nyebutmu." Lanjut Joohyun. "Memang sih tak sampai masuk berita pertelevisian karena seingatku Isanim segera bertindak."
"Lalu kenapa eonni menanyakannya lagi?" Tanya Yerim heran.
"Dia di tangkap." Yerim semakin mengerutkan keningnya dalam. "Kasus pembulian. sedang ramai sekali di sosial media. Bahkan beberapa televisi nasional mulai menayangkan kasusnya juga."
"Pembulian selalu menjadi topik sensitif eonni." Balas Yerim. "Terlebih jika pelakunya perempuan. Diskriminasi gender rasanya sudah lumrah saja disini."
"Karena itulah kau harus hati-hati Yerim. Aku bukan mengkhawatirkan karirmu, tapi aku lebih mengkhawatirkan keselamatanmu. Kau tentu tau betapa tajam dan kejamnya opini yang di sampaikan masyarakat."
"Hmm,. Kadang aku mempertanyakan kenapa mereka sampai sebegitu kejamnya padahal apa yang mereka lihat dan dengar belum tentu benar adanya. Hanya karna beberapa orang yang lihai menggiring opini, si tersangka yang ternyata sebenarnya korban sudah babak belur lebih dulu." Balas Yerim dengan tatapan mata menerawang. "Menjadi publik figure rasanya sama sulitnya seperti menjadi politisi. Yang baik akan selalu digunakan, sedangkan yang lihai akan terus berada di atas."
"Bakat memang penting, tetapi sekarang bukan itu penilaian utamanya." sambung Joohyung pelan.
"Yang terpenting, kau harus selalu menjadi dirimu sendiri Yerim. Tentunya dengan konotasi yang positif." Tutup Joohyun sebelum membalik tubuhnya menatap lurus ke tabletnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
tale
Fanfictiontale /tāl/ noun a fictitious or true narrative or story, especially one that is imaginatively recounted. Gambar berasal dari pinterest.