Mask On | Lima - Sudah tidak baik

1.5K 189 58
                                    

Hati-hati kesalahan nama dan typo, mohon di maklumi hehehehe

Btw selamat bermalam minggu bagi yang menjalankan! Jangan lupa terapkan 5M kalau keluar rumah ya. Sehat selalu untuk kita semua!❤️

* * * * *

Ketiga perempuan itu berjalan cepat mendekati unit gawat darurat salah satu rumah sakit yang berada di sekitaran site tempat Deepa berkunjung.

"Ada yang bisa di bantu Ibu?" Seorang perawat menghadang ketiganya yang hampir menyerobot masuk ke dalam.

"Saya mau cari pasien kecelakaan tunggal atas nama Deepa Vhisaka." Aca yang menjawab karena dua perempuan lainnya sibuk melongok ke arah dalam ruangan.

"Oh ada di ranjang pojok Bu. Mari saya antar." Aca mengangguk dan berjalan beriringan dengan perawat diikuti oleh Lidya dan Nabila di belakangnya.

"Keluarganya sudah ada yang datang Sus?" Tanya Aca lagi.

"Belum Bu, kami menghubungi sejak tadi nggak bisa. Nomor istrinya juga nggak diangkat sampai akhirnya kantor pasien menerima telepon kami." Jelas si perawat. "Disini ya Bu." Si perawat membuka tirai hijau yang mengelilingi salah satu ranjang di posisi pojok.

"Bapaknya tertidur karena obat Bu." Ujar si perawat saat tirai telah terbuka lebar dan menampilkan Deepa yang berbaring damai. Kegitanya masuk dengan Aca yang berada di paling belakang.

"Siapa yang bisa saya ke pendaftaran?" Tanya si perawat. Aca yang melihat Lidya dan Nabila sibuk memeriksa keadaan Deepa akhirnya menjawab bahwa ia yang akan mewakili mengisi pendaftaran karena luka-luka yang didapat Deepa tak terlalu serius. Hanya lecet-lecet di beberapa titik. Si perawat juga sempat menjelaskan bahwa Deepa tidak merasakan sesuatu yang aneh pada kepalanya karena Deepa memang mengenakan pelindung kepala ber-SNI.

"Nah disini ya Bu." Keduanya sampai di depan meja pendaftaran. "Karena pasiennya sudah di UGD dan KTPnya sudah didaftarkan. Ibu bisa langsung ke pendaftaran ya." Aca mengangguk mengerti.

"Suster, bisa sekalian di rontgen aja? Tadi saya di titipkan pesan sama orang kantor supaya di cek keseluruhannya aja." Tanya Aca menahan si perawat yang bersiap pergi.

"Kalau memang pihak pasien ingin pemeriksaan lebih lanjut, silahkan Ibu tanyakan pada pendaftaran bagaimana prosesnya ya." Aca mengangguk mengerti. Dan mendudukkan bokongnya di kursi pendaftaran saat petugas telah mempersilahkan Aca untuk duduk.

"Selamat pagi Bu. Dengan wali Bapak Deepa ya?" Aca memberikan anggukan.

"Tadi sudah didaftarkan ya Bu, ini KTP dan kartu asuransi Bapaknya. Ibu hanya tinggal tanda tangan saja."

"Saya mau rontgen juga Mbak. Bisakan?" Si petugas pendaftaran mengangguk mengerti.

"Bagian kepala atau seluruh tubuh Bu?" Tanya si petugas. "Tapi mohon maaf Ibu, jika ingin melakukan tindakan lain, tidak akan di cover ya Bu, jadi dikenakan biaya mandiri." Lanjut si perawat. Aca kembali mengangguk menyetujui.

"Sekali lagi saya tanyakan ya Bu, apa betul ingin pemeriksaan lebih lanjut? Karena menurut laporan Dokter. Bapak Deepa sebenarnya tidak memerlukan rontgen atau CT scan." Si petugas menyela pelan. Mencoba memberitahukan sekali lagi kepala wali pasien. Di beberapa situasi, banyak keluarga pasien yang memaksa melakukan pemeriksaan menyeluruh padahal Dokter sudah menyatakan si pasien baik-baik saja. Menghindari radiasi dari rontgen atau CT Scan lebih baik dilakukan bukan?

"Tapi apa benar nggak akan ada masalah di kemudian hari?" Tanya Aca lagi.

"Kalau begitu Ibu bisa tanyakan pada Dokter yang berjaga di UGD untuk pilihan yang terbaik. Tapi sebelumnya silahkan selesaikan registrasinya dulu ya Bu." Aca kembali memberikan anggukan mengerti.

taleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang