Mencari cinta sejati

1.9K 102 2
                                    

Kim Taehyung x Bae Joohyun



* * * * *

Menunduk dalam, Rena mengeratkan kepalan tangannya. Sedangkan orang lain—tepatnya seorang pria yang duduk berhadapan dengannya, tetap memaku maniknya pada si perempuan.

"Aku minta maaf." Ujar Akbar. "Kamu.." kalimatnya terhenti, ia dongakkan kepalanya secepat kilat agar desakan air mata yang siap keluar tak menuruni pipinya.

"Kasih aku waktu." Jawab si perempuan dengan suara seraknya, secara perlahan mengangkat wajahnya yang sejak kedatangannya hanya menunduk. "Kasih aku waktu, kasih aku waktu sampe aku siap." Lanjutnya lagi penuh kegetiran. "Aku takut." Bergantian, kini si pria yang sibuk mengedarkan pandangannya agar tak bertemu dengan manik si perempuan.

"Kalau gitu, aku pulang dulu." Rena bangkit perlahan, "Jangan paksa aku Akbar, tolong kasih aku waktu lebih banyak." Ujarnya sebelum benar-benar meninggalkan si pria yang kalah dan menunduk dalam. Membiarkan kedua matanya terus memproduksi liquid bening yang berjatuhan lancar. Tak memperdulikan suasana cafe yang memiliki pengunjung, Akbar menangkup kedua tangan pada wajahnya dan menangis dalam diam. Beristigfar berulang kali guna menenangkan gundah dan sakit pada jantung dan hatinya yang terasa ditikam bersamaan.

Berbeda dengan si pria yang menangis dalam diam, Rena membiarkan tanginnya pecah di dalam mobil dengan teriakan kesakitan. Kedua tangannya mencengkram setir dengan kencang berusaha menyalurkan rasa sakit, kukunya perlahan memutih menunjukkan seberapa erat cengkraman tangannya.

Masih dengan tangisannya, Rena menyalakan mesin mobil dan membawanya pergi dari pelataran parkir cafe. Tidak membawanya dengan kencang, Rena malah menurunkan kecepatan normalnya hingga terus di klaksoni dari belakang. Membawa mobilnya pergi berputar kemanapun, Rena tak berniat pulang. Rasa sakitnya pasti lebih terasa jika ia memilih pulang.

Tanpa terasa tiga jam terlewati hanya dengan mengitari Jakarta, ikut berdesakan dengan kendaraan-kendaraan lain yang bersiap pulang kerumahnya masing-masing. Mengabaikan rasa kaku pada leher dan pegal pada kakinya, Rena tetap membawa mobilnya berjalan lebih jauh dari Jakarta. Melewati perbatasan Jakarta dan Jawa Barat, Rena terus menginjak gasnya dengan perlahan.

Air matanya sudah menyusut, hanya meninggalkan bekasnya di pipi, suaranya hampir hilang, wajah pucat dan sakit di dada yang tak kunjung mereda. Padahal ia sudah berteriak dan menangis keras. Tapi rasa sakitnya tak kunjung memudar. Malah terasa semakin nyata. Kondisinya tak membaik sejak 5 hari lalu, hari-harinya diisi dengan bekerja lalu menangis setelahnya. Dan baru pada hari ini, ia bersedia kembali bertemu dengan sang kekasih, Muhammad Akbar Syaifudin. Pria teramat sempurna di mata Rena. Pria yang selalu ia doakan menjadi suaminya dan menemani sampai maut memisahkan.

Dering ponsel di jok samping menarik fokusnya, nama kontak Pacar tercetak di atas layar. Semakin membuat Rena menelan kegetiran yang menyakiti kerongkongannya. Sudah berkali-kali sejak meninggalkan cafe ponselnya terus berdering. Dari Oma, Opa, teman sampai kekasihnya. Tapi tak ada satupun yang Rena tanggapi. Berbeda seperti yang sebelumnya, panggilan kali ini terus berulang sampai 5 kali. Dengan tangan yang gemetar, Rena membawa ponselnya ke depan stir. Menguatkan hatinya untuk mengangkat panggilan si kekasih.

"Halo.." suara serak yang mengalun amat pelan keluar dari mulutnya. "Assalamualaikum, Rena." Air mata yang sebelumnya sudah mengering, turun dalam detik yang sama saat suara hangat dan lembut menyapa pendengarannya.

"Waalaikumsalam Mah." Ujar Rena berusaha menegarkan dirinya. "Rena dimana?"

"Di jalan Mah." Rena memutar stirnya ke kiri guna meminggirkan mobilnya. "Bisa kesini Nak?"

taleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang