Aku senyum-senyum sendiri bacain komentar kalian. Kenapa kalian mikirnya Aca itu istrinya Deepa? Apa yang membuat kalian yakin kalo Deepa itu suaminya Aca?
Karena aku happy sama responnya kalian, aku kasih lagi ya hihi. 2 bagian lagi abis kok, niatnya cuma mau bikin 5 bagian aja karena ini ide-ide yang mentok🤣.
* * * * *
Sore harinya, di dalam ruangan hanya tersisa beberapa pria paruh baya yang sibuk berjalan kesana kemari. Sudah jam 17.17 sebenarnya, tapi Sarah masih harus menyelesaikan pekerjaaannya sedangkan Aca sudah selesai sejak tadi. Seperti yang Andika bilang sebelumnya, pria itu keluar dari kantor dua jam lalu tepatnya sebelum adzan ashar berkumandang. Hasan yang ternyata akan berangkat dari kantor juga masih harus mengecek lift sebelum menyusul yang lainnya. Pria itu bilang akan kembali sebentar lagi dan berniat berjalan beriringan dengan mobil sarah. Si pria yang berusia lebih tua dari Aca itu membawa motor, tapi ia menyanggupi jika beriringan dengan mobil Sarah.
"Mampus gimana dong?!" Aca mendongak ke arah kursi yang di duduki Sarah. Perempuan beranak satu dengan rambut pirangnya itu menggerutu dengan tangan sibuk di atas layar ponsel.
"Kenapa Mbak?" Tanya Aca akhirnya. Melihat bagaimana raut wajah perempuan itu, rasa ingin tahu Aca menjadi muncul.
"Gimana dong Ca, anak Mbak ngambek nih." Aca mengerutkan keningnya tak mengerti beberapa saat sebelum akhirnya tersadar.
"Ehh yaudah Mbak, Mbak pulang aja. Aku bisa naik ojek kok." Ujar Aca.
"Tapikan Mbak udah janji Ca."
"Ya kan sebelumnya nggak tahu kalau anak Mbak bakal ngambek. Santai aja Mbak." Balas Aca berusaha menenangkan.
"Mbak! Ayok!" Pria yang biasa disapa Hasan masuk dengan tampilan lengkapnya—sudah memakai Jaket dan menenteng helm. "Ayo Ca, udah siap kan?"
"Kamu sama Hasan aja deh Ca. Jangan naik ojek." Ujar Sarah tiba-tiba.
"Gimana?" Tanya Hasan bingung.
"Anak Mbak ngambek, Mbak nggak bisa datang." Hasan mengangguk-angguk santai. "Yaudah kalo gitumah, Ayo Ca."
"Tapi aku nggak bawa helm."
"Tenang, di lemari ada 2 helm nganggur kok." Balas Hasan. "Mbak juga punya penutup kepala." Sela Sarah cepat. Perempuan yang paling tua itu bangkit menghampiri Aca setelah mengambil barang yang ia maksud di dalam laci.
"Kok Mbak punya?" Tanya Hasan yang ikut mendekati meja Aca.
"Iya, kan Mbak sering bonceng Nabila kalo lagi mau jajan. Dan helm yang di lemarikan jarang di pakai, jadi ngebul."
"Nggak bau kok Aca, helm itu seringnya di pakai sama yang cewek." Sambung Sarah menenangkan.
"Ehh bukan gitu Mbak maksud aku." Balas Aca salah tingkah.
"Yaudah sana berangkat. Kamu ambilin helmnya ya San." Perintah Sarah. Tangannya sibuk memakaikan penutup kepala plastik pada bagian rambut Aca.
"Sorry banget ya Ca, kamu jadi di lempar-lempar gini."
"Nggak masalah Mbak. Kan nggak bisa di prediksi juga." Jawab Aca lembut.
"Ca, ayo." Aca mengangguk dan meraih tasnya di atas meja kerjanya.
"Hasan pelan-pelan loh bawa motornya. Tas kamu taruh belakang aja biar nggak mepetan sama Aca. Mana motormu nungging lagi." Ujar Sarah memberikan petuah bercampur gerutuan.
"Iya Mbak Sarah siap." Balas Hasan sambil tertawa.
Aca melangkah menghampiri Hasan dengan tangan yang menyelempangkan tasnya miring. Menerima helm yang di sodorkan Hasan, Aca langsung mengenakannya walaupun keduanya masih melangkah di lorong menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
tale
Fanfictiontale /tāl/ noun a fictitious or true narrative or story, especially one that is imaginatively recounted. Gambar berasal dari pinterest.