Insider

2.2K 124 4
                                    

Park Jimin x Kang Seulgi

* * * * *

Pukul 2 dini hari, dan Danielle masih saja berlarian di lorong gelap dengan pencahayaan minim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 2 dini hari, dan Danielle masih saja berlarian di lorong gelap dengan pencahayaan minim. Pakaiannya berantakan, rok yang menjadi bawahannya bahkan miring tak lurus, kemeja vertical yang digunakannya hanya terkancingi sampai batas dada, kakinya pun masih bertelanjang. Tapi semua itu tak diperdulikannya, Danielle terus berlari dengan mengenggam erat tas dan heelsnya.

Melewati belokan terakhir yang diyakini Danielle menjadi tikungan terakhir. Nafasnya malah memburu saat melihat seorang pelayan sedang berjalan dengan langkah tergesa kearahnya. Danielle memundurkan tubuh dan berusaha menempel serapat mungkin dengan dinding lorong, cahaya teraman yang cenderung gelap berhasil menyembunyikan tubuh berserta bayangannya. Danielle menahan nafasnya saat si pelayan melewatinya tanpa menoleh.

Memastikan si pelayan tak melihat atau mencurigainya, Danielle kembali melanjutkan langkah tergesanya. Berusaha mengingat dimana pintu yang akan membawanya keluar. Rumah ini terlalu besar dan luas, pikir Danielle. Matanya lalu menangkap jendela besar tepat di samping perapian. Memutuskan menghampirinya, Danielle menemukan jendela besar itu tanpa jeruji besi.

"Tak terkunci." Danielle mendorong dengan perlahan jendela yang akan menjadi penyelamatnya. Sesekali kepalanya menengok ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Memastikan tak ada yang menyadari keberadaannya disini.

"Kunci semua akses!" Teriakan membahana itu membuat Danielle terlonjak kaget. Dengan dada yang bergemuruh ramai, Danielle menaiki kusen jendela besar didepannya. Terlebih dahulu menyampirkan tasnya di belakang, Danielle berhasil menduduki kusen dan siap melompat.

"Sial! Sejak kapan aku di lantai 2?!" Memandang penuh kengerian aspal yang berjarak terlalu jauh dari tempatnya sekarang, Danielle menelan ludahnya susah payah.

"Semua salah Natalie! Bagaimana bisa aku mengizinkan jalang satu itu untuk mengurusku saat mabuk." Danielle memastikan kebawah sekali lagi, berusaha menguatkan dalam hati. "Tak bisa. Kakiku bisa patah jika nekat melompat."

Danielle kembali memperhatikan jendela yang kini di dudukinya, telinganya juga mulai pecah konsentrasi karena mendengar derap langkah yang terburu-buru. "Lebih baik keluar dulu, melompat atau tidak urusan belakangan." Danielle mengeluarkan tubuhnya sepenuhnya, berbalik badan guna merapat di dinding luar. Kakinya menjadikan lekukan-lekukan yang ada di bawah jendela untuk merayap menjauh. Tak lupa Danielle juga menutup kembali jendela agar persembunyiannya tak ditemukan atau dicurigai. Sampai pada lekukan di sisi kiri, Danielle semakin berdebar saat jendela yang baru saja di lewatinya terbuka kasar. Matanya jelas melihat pria itu disana.

"Sial. Ya Tuhan maafkan aku yang tak pernah berdoa dan rutin datang beribadah. Tapi tolong kali ini, tolong aku. Aku berjanji akan sering datang beribadah pada hari minggu." Rapal Danielle lirih, matanya tak dipejamkan guna melihat apa yang dilakukan pria itu di jendela. "Bantu aku Tuhan bantu aku." Danielle semakin merapatkan tubuhnya, berharap dinding didepannya bisa menelan tubuhnya agar menghilang.

taleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang